Minggu, 05 Mei 2013

Uji Sterilisasi Ruangan


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sebagai contoh, sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme. Satu tinja dapat mengandung jutaan bakteri.
Bahan atau peralatan bahkan ruangan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi, harus dalam keadaan steril. Artinya bahan atau peralatan atau ruang yang digunakan tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang akan mengganggu media atau pun mengganggu kehidupan dan proses yang akan dikerjakan.
Sterilisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dilakukan jika menginginkan suatu keadaan yang bebas dari mikroba beserta sporanya. Ada beberapa ruangan yang diharuskan memiliki keadaan yang steril. Ruangan – ruangan tersebut antara lain yaitu ruang operasi, ruang roentgen, ruang produksi sediaan obat steril dan ruang pengemasan sediaan farmasi yang steril.
Sterilisasi terhadap ruangan dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ruangan tertentu sehingga ruangan tersebut dapat dinyatakan steril dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan antara lain untuk operasi, untuk produksi sediaan obat steril dan pengemasan obat steril. Proses sterilisasi juga dipergunakan pada bidanag mikrobiologi untuk mencegah pencemaran organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan asepsis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting.                        
Ruang steril sangat penting dalam bidang kesehatan, contoh ruang steril antara lain ruang bedah, ruang pasca operasi, termasuk dalam industri farmasi, khususnya sediaan steril (injeksi dan lain-lain). Ruang-ruang tersebut dibutuhkan adanya pengujian sterilisasi yang baku. Untuk pengujian tersebut dibutuhkan adanya kesterilannya sebab diharapkan tidak adanya kontak bakteri dengan bahan atau alat yang digunakan yang pada akhirnya akan merugikan bagi manusia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana tingkat sterilisasi dari ruangan LAF, Enkas, dan ruangan lampu UV ?

C. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara-cara uji sterilisasi ruangan.

D. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan sterilitas ruang yag disterilkan dengan menggunakan LAF, Enkas , dan Lapu UV.
E. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara mensterilkan suatu ruangan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relatif, dan kemungkinan mnciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba. Oleh karena itu sterilitas dalam arti mutlak belum dapat diciptakan, tetapi lebih mungkin berhasil bila proses sterilisasi ini terus mengalami peningkatan ( Lachman, 1994).
Steril menunjukkan kondisi yang memungkinkan terciptanya kebebasan penuh dari mikroorganisme dengan keterbatasan. Istilah aseptis menunjukkan proses atau kondisi terkendali dimana tingkat kontaminasi mikroba dikurangi sampai suatu tingkat tertentu, dimana mikroorganisme dapat ditiadakan pada suatu produk. Aseptis menunjukkan keadaan steril yang tampak. Semua proses sterilisasi (termal, kimiawi, radiasi, filtrasi) dirancang untuk menghancurkan atau mengurangi bahan pencemar mikrobiologis yang ada dalam suatu produk ( Lachman , 1994).
Organisme dapat dihilangkan dengan agen antimikroba dengan aturan yang sama mengenai angka kematian jika 20% organisme dalam menit pertama, 20% sisa yang hidup akan mati dalam menit kedua, dan seterusnya. Jika dengan temperatur yang berbeda 30% mati dalam menit pertama, 30% ada sisanya akan mati dalam menit kedua, dan seterusnya. Dari observasi yang dilakukan dapat didefinisikan bahwa organisme yang mati memeberikan selang waktu (Jacquelyn, 1999).
Ruangan steril adalah keadaan ruangan yang bebas dari semua bentuk kehidupan bakteri yang patogen maupun yang nonpatogen termasuk sporanya. Untuk memperoleh ruangan steril dibutuhkan cara-cara tertentu di dalam proses pengendaliannya. Ruangan steril sangat penting dalam bidang kesehatan, seperti ruangan steril untuk bedah, ruangan pasca operasi, ruangan industri farmasi khususnya ruangan produk sediaan steril, dan lain-lain. Ruangan dan peralatan industri farmasi tersebut dibutuhkan pengujian sterilitas yang baku, dalam pengujian tersebut dibutuhkan alat dan media yang khusus (Anonim, 2012).
Sterilisasi dapat dlakukan dengan tiga cara yaitu,1) sterlisasi basah dengan menggunakan uap atau air panas, 2) sterlisasi kering alam tanur, dan 3) Pembakaran total (incineration). Berdasarkan pada ketiga cara tersebut, sterlisasi dapat dibagi dalam : (Irianto, 2006)
1.       Sterlisasi Kering
Sterlisasi kering dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Pemijaran
Pemijaran diterapkan  pada ose ujung-ujung pinset, dan sudip (spatula) logam.
  1. Jilatan api
Jilatan api diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca ojek, dan kac penutup.Benda-beda ini dijilatkan pada api bunsen tanpa membiarkannya memijar. Dapat juga dilakukan dengan mencelupkannya ke dalam spiritus bakar, kemudian dibakar, tetapi cara ini tidak meghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk sterilisasi. Cara ini sering diterapkan terhdap permukaan baskom dan mortir.
  1. Tanur Uap Panas ( Hot-Air Oven)
Sebagian besar sterilisasi kering dilakukan dengan alat ini. Biasanya digunakan suuhu 160-165oC selama 1 jam. Cra ini baik dilakukan terhadap alat-alat kering terbuat dari kaca, seperti tabung reaksi, pinggan petri, labu, pipet, pinset, kalpel, gunting, kapas hapus tenggorok, alat suntik dari kaca. Juga diterapkan terhadap bahanbahan kering dalam tempat-tempat tertutup, bahan serbuk (talk, dermatol), lemak, minyak. Penyusupan panas kedlam bahan-bahan ini berjalan lambat sekali, karena itu harus disterilkan dalam jumlah sedikit dan dalam lapisan tipis, tidak lebih dari 0,5 cm dalam pinggan petri. Kadang-kadang dilakukan sterilisasi pada suhu 170oC selama 2 jam.
2.      Sterilisasi Basah
Sterilisasi basah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Penggolongan dalam air
Cara ini cukup untuk mematikan mikroorganisme yang tidak berspora. Memang ada spora yang tidak tahan penggodogan, tetapi endospora dari famili Bacillacea ada yang tahan penggodogan selama 1-3 jam. Efek pensterilan dengan penggodogan dapat diperbaiki dengan penambahan 2% natrium karbonat.
  1. Uap mengalir
Uap mengalir bebas digunakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat menahan uap itu tanpa tekanan.Air mendidih dan uap bebas tidak pernah mencapai suhu lebih dari 100oC (212oF). Uap bebas ini kadang-kadang digunakan untuk melakukan sterilisasi bertingkat atau tindalisasi. Cara ini menghasilkan keadaan steril yang tidak dapat dicapai penggodogan 1 jam, karena spora yang resisten dengan penggodogan  ini tetap berada dalam keadaan nonaktif. Keuntungan penggunaan cara ini ialah tidak membutuhkan alat khusus. Kerugiannya ialah memakan waktu lama dan dalam beberapa cairan seperti air, spora-spora tidak akan segera mengadakan germinasi tumbuhan dalam keadaan kontak dengan oksigen atmosfer. Cara ini diterapkannatara lain untuk media gelatin, susu, da karbohidrat Bila dipakai suhu yang tinggi atau waktu yang lebih lama, maka bahan-bahan ini akan mengalami hidrolisis.
  1. Uap dalam Tekanan
Pensterilan dengan uap dalam tekanan dilakukan dalam outoklaf. Dalam outoklaf ini uap berada dalam keadaan jenuh , dan peningkatan tekanan mengakibatkan suhu yang tercapai menjai lebih tinggi, yaitu dibawah tekanan 15 ib (2 atmosfer). Suhu dapat meningkat sampai 121oC. Bila uap itu dicampur dengan udara yang sama banyak, pada tekanan yang sama, maka suhu yang tercapai hanya 110oC. Itu sebabnya ufdara dalam outoklaf harus dikeluarkan sampai habis untuk memperoleh suhu yang diinginkan (121oC). Dalam suhu tersebutsemua mikroorganisme, baik vegetatif maupun spora dapat dimusnahkan dalam waktu yang tidak lama, yaitu sekitar 15-20 menit.
Untuk mengkarakteristikkan tingkat kemurniaan dari daerah kerja dan produksi digunakan kandungan partikel dan kuman di udara. Secara internasinal telah dikenal adanya tiga kelas ruang bersih. Identitas kelas 100 dan sebagainya mengacu kepada konsentrasi partikel per kubik kaki ( 1 kubik kaki =0,28 m3).Untuk membuat obat yang dituntut sterilitasnya, diperlukan kriteria kelas ruang 100 ( Voihgt, 1994 ).
Untuk bekerja dalam lingkup yang kecil disarankan meggunakan kamar staril (boks steril, kapel steril). Ukuran dan konstrulas atau pleksigelas lebar ini menjamin kondisi yang kedap udara, sehingga tidak ada mikroorganisme dari ruang kerja yang dapat masuk ke dalam kamar. Dibagian depannya, mereka memiliki dua lubang, yang dipasangi manset atau sraung tangan  karet kedap kuman secara permanen. Dengan bantuan sarung tangan tersebut bagian dalam boks dapat diraih sehingga kerja aseptik yang diperlukan dapat dilakukan. Melalui bagian  sisi atau atas yang dapat dibuka. Alat-alat yang akan digunakan bekerja dan telah disterilkan esbelumnya (timbangan, mortir, corong sendok, dan lain-lai) serta obat dan bahan pembantuyang akan diracik, dimasukkan ke dalam boks, setelah ruangan disemprot dengan bahan desinfeksi ( Voihgt, 1994 ).
Ruang pembuatan aseptik (yang dinamakan pusat steril), yang harus ada dalam apotek rumah sakit, klinik, serta perlengkapan pusat farmasi, medukung daerah produksi aseptic melalui ruang-ruang persiapan imana wadah, alat kerja dan material yang diperlukan untuk pembungkusan sediaan obat secara aseptik, dicuci dan dibersihkan. Ruang semacam itu harus bersifat sedemikian rupa, sehingga menjamin pembersihan secara mudah (dinding regei, langit-langit dapat dicuci, lantainya mudah disikat). Ruang tersebut juga harus memiliki instalasi air pans dan dingin, pencuci, meja kerja, meja  yang dapat beregerak, serta ventilor, yang berfungsi untuk menghilangkan uap air (Voihgt,  1994).
Prinsip pengujian sterilitas adalah pertumbuhan mikroorganisme pada media tertentu yang diinokulasi dan diinkubasi pada suhu tertentu. Cara pegujian sterilisasi sediaan farmasi Steril : (Djide, 2006)
1.       Menurut farmakope Indonesia edisi III
Pada pengujian tersebut digunakan medium pembenihan  yang telah memenuhi syarat efektifitas dan fertilitas medium. Pada pengujian ini disiapkan 2 tabung reaksi yang berisi  medium ticglikolat yang telah memenuhi syarat tersebut. Zat akan diuji dimasukkan ke dalam medium tersebut dan diinkubasi pada suhu 30-32oC selama tidak kurang dari 7 hari. Selanjutnya pada tabung reaksi yang lainnya disiapkan pula 2 tabung reaksi yang berisi mediumkosamino atau tripticase Soy Broth(TSB), dilakukan seperti diatas, da diinkubasi pada suu 22-25oB selama tidak kurang dari 2 hari.
Hasil dinyatakan memenuhi syarat bila tidak ada pertumbuhan mikrorrganisme dalam tabung tersebut diatas yang ditandai dengan mediumnya tidak menjadi keruh.
2.      Pengujian Sterilitas Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995
Pada pengujian ini terdiri atas :
·         Pengujian secara langsung ke dalam medium uji.
Hal ini dilaukan terhadap sediaan berupa cairan, salep dan minyak/lemak yang tidak larut dalam isopropil miristat, zat padatan, kapas murni perban, pembalut, benang bedah, dan bahan sejenisnya, alat kesehatan steril dan alat suntik kosong atau terisi steril.
·         Teknik penyaringan membran
Hal ini dilakukan untuk sediaan-sediaan berupa cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air (kurang dari 100m, perwadahan), zat padat yang dapat disaring, salep dan minyak yang larut dalam isopropil miristat, zat padat tidak dapat disaring, alat kesehatan.
B. Uraian Bahan
1.       Alkohol ( Ditjen POM, 1979)
Nama resmi               :  AETHANOLUM
Sinonim                       : Etanol, Alkohol
BM/RM                        : 46,07 / C2H5OH
Pemerian                    :  Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang idak berasap
Kelarutan                   :  Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan            :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                  :  Sebagai desinfektan
2.      Aquadest (Ditjen POM ,1979)
       Nama resmi        :  Aqua destillata
 Nama lain                 :  Aquades, air suling
 Rumus molekul/BM :  H2O/18,02
             Pemerian                   : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh.
       Penyimpanan           :  Dalam wadah trtutup baik
Kegunaan                 :  Sebagai bahan pengencer


3. Pepton (Ditjen POM. 1979)
Pemerian                         :  Serbuk; kuning kemerahan sampai coklat; bau khas tidak busuk.
Kelarutan                        : Larut dalam air; memberikan larutan berwarna coklat kekuningan yang bereaksi agak asam; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.
Kegunaan                        :  Sebagai komposisi medium.
4.     Agar (Ditjen POM. 1979 )
Nama resmi                     :    Agar
Nama lain                        :    Agar-agar
Pemerian                         :    Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan berlekatan, atau berbentuk keeping, serpih atau butiran; jingga lemah kekuningan, rasa berlendir; jika lembab liat; jika kering rapuh.
Kelarutan                        :    Praktis tidak larut dalam air; larut dalam air mendidih.
Penyimpanan                 :    Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                        :    Sebagai komposisi medium.
5.      Ekstrak daging sapi (Ditjen POM,1995 )
Kaldu daging sapi konsentrat diperoleh dengan mengekstraksi daging sapi segar tanpa lemak, dengan cara merebus dalam air dan menguapkan kaldu pada suhu rendah dalam hampa udara sampai terbentuk residu kental berbentuk pasta.
Pemerian               : Massa berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, bau dan rasa seperti daging, sedikit asam.
Penyimpanan       :  Wadah tidak tembus cahaya, tertutup rapat.
6.     Dekstrosa (Ditjen POM.1995)
Nama resmi           :    Dextrosum
Nama lain              :    Dekstrosa, Glukosa
RM/BM                   :    C6H12O6 / 180,16
Pemerian               :    Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih; tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan              : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan       :    Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan              :    Sebagian komposisi medium
C. Prosedur Kerja
A. Menyiapkan Media (anonym, 2012)
1.       Disiapkan medium NA sebanyak yang dibutuhkan, kemudian disterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit.
2.      Medium yang telah steril dituang ke dalam cawan petri steril sebanyak yang dibutuhkkan sejumla 15-20mL/cawan petri. Kemudian diinkubasi dalam incubator selama 24 jam suhu 37oC.
3.      Dilakukan pengamatan, nedia yang tidak ditumbuhi mikroba disiapkan sebagai media uji.
B. Pengujian Sterilisasi Ruangan (LAF, Enkas, Dan Ruang Lampu UV)
             I.      Pengujian awal Ruangan
1.       Disiapkan ruangan yang akan diuji kesterilannyatanpa penyemprotan desinfektan terlebih dahulu.
2.      Diletakkan masing-masing satu cawan petri uji pada bagian tengah dan sudut ruangan uji, kemudian di buka 1/3 bagian cawan petri uji, dibiarkan selama 15 menit.
3.      Selanjutnya cawan petri ditutup, kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.
4.     Dilakukan pengamatan ada tidaknya kontaminasi mikroba di ruangan uji.
           II.      Pengujian Akhir Ruangan
1.       Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu ruangan uji disemprot dengan desinfektansia, dibiarkan selama 15 menit.
2.      Diletakkan masing-masing satu cawan petri uji pada bagian tengah dan tiap sudut ruangan uji, kemudian dibuka 1/3 bagian dari cawan petri uji, dibiarkan selama 15 menit.
3.      Selanjutnya cawan petri ditutup, kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24-49 jam dengan posisi terbalik.
4.     Dilakukan  pengamatan ada tidaknya kontaminasi mikroba di ruangan uji.
BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

  1. Alat yang Dipakai
Adapun alat yang di pakai adalah Cawan Petri, enkas, erlenmeyer, hand spray, inkubator, Korek api, laminary Air Flow (LAF), lampu Spiritus, lampu UV, Spoit  10 mL, stop watch
  1. Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan Etanol, medium NA (Nutrient Agar), medium PDA (Potato Dextrosa Agar).
  1. Cara Kerja
1.      Penyiapan Medium
a.     Medium NA
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan beserta medium NA sebanyak yang dibutuhkan, kemudian disterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit. Medium yang telah disterilkan dituang ke dalam cawan petri steril sebanyak 10 mL. Kemudian  dibiarkan memadat selama 15 menit.
b.     Medium PDA
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan beserta medium PDA sebanyak yang dibutuhkan. Kemudian disterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit. Medium yang telah disterilkan dituang ke dalam cawan petri steril sebanyak 10 mL. Setelah itu dibiarkan memadat selama 15 menit.
2.      Penyiapan ruangan steril
a.     LAF
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian disemprot LAF dengan etanol.  Kemudian dinyalakan dan dibiarkan selama + 15 menit.
b.     Lampu UV
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian disemprot Lampu UV dengan etanol. Setelah itu dinyalakan dan dibiarkan selama + 15 menit.
c.      Enkas
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Enkas disemprot dengan etanol,  kemudian dibiarkan selama + 15 menit.
3.      Uji sterilisasi ruangan
a.     LAF
Diletakkan cawan petri yang berisi medium NA dan PDA dalam LAF selama + 15 menit. Tutup cawan petri dibuka 1/3 bagian. Setelah + 15 menit tutup cawan petri ditutup kembali kemudian diinkubasi. Untuk cawan petri yang berisi medium NA diinkubasi pada cuhu 37 0C selama 1 x 24 jam dan untuk cawan petri yang berisi PDA diinkubasi pada suhu kamar selama 3 x 24 jam. Kemudian diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh.
b.     Lampu UV
Diletakkan cawan petri yang berisi medium NA dan PDA dalam Lampu UV selama + 15 menit. Tutup cawan Petri dibuka 1/3 bagian. Setelah + 15 menit tutup cawan petri ditutup kembali kemudian diinkubasi. Untuk cawan petri yang berisi medium NA diinkubasi pada cuhu 37 0C selama 1 x 24 jam dan untuk cawan petri yang berisi PDA diinkubasi pada suhu kamar selama 3 x 24 jam. Kemudian diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh.
c.      Enkas
Diletakkan cawan petri yang berisi medium NA dan PDA dalam Enkas  selama + 15 menit. Tutup cawan Petri dibuka 1/3 bagian. Setelah + 15 menit tutup cawan petri ditutup kembali kemudian diinkubasi. Untuk cawan petri yang berisi medium NA diinkubasi pada cuhu 37 0C selama 1 x 24 jam dan untuk cawan petri yang berisi PDA diinkubasi pada suhu kamar selama 3 x 24 jam. Kemudian diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh.
1.       Tabel Pengamatan
KELOMPOK
JUMLAH KOLONI
ENKAS
LAF
LAMPU   UV
NA
PDA
NA
PDA
NA
PDA
I
6
3
-
1
2
1
II
3
3
-
1
2
2
III
11
-
3
2
4
2
IV
12
3
2
-
5
2
  1. Pembahasan
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Tujuan dari praktikun ini adalah untuk menentukan sterilitas ruangan yang disterilkan dengan menggunakan lampu UV, LAF, dan Enkas. Ruangan steril adalah keadaan ruangan yang bebas dari semua bentuk kehidupan bakteri yang patogen maupun yang nonpatogen termasuk sporanya. Untuk memperoleh ruangan steril dibutuhkan cara-cara tertentu di dalam proses pengendaliannya. Sterilitas ruangan sangat penting dalam dunia kesehatan. Ruang yang steril menjamin kontaminasi yang minimal terhadap mikroorganisme. Pada dasarnya suatu mikroba dapat menyebabkan masalah atau gangguan walaupun tidak bisa diabaikan bahwa ada juga mikroorganisme yang berguna bagi kehidupan manusia.
Steril dalam mikrobiologi ialah semua proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Sedangkan Sterilisasi adalah proses menghancurkan semua bentuk kehidupan. Dipandang dari segi mikrobiologi, sterilitas artinya bebas dari mikroorganisme hidup. Mikroorganisme dapat dihambat atau dimatikan dengan menggunakan alat atau proses tertentu atau dengan menggunakan bahan kimia.
Laminary Air Flow (LAF) adalah alat yang mengatur pergerakan udara di mana udara yang berisi mikroba akan di tarik keluar dengan arah tekanan horizontal, sehingga setiap mikroba yang berada dalam ruang tersebut tidak dapat bertahan lama karena akan terus di tarik keluar. LAF ini dilengkapi saringan sehingga mikroba yang telah keluar tidak akan dapat kembali lagi. Prinsip kerja dari LAF dimana pada system ini udara tersaring melalui suatu penyaring dimana bahan melayang melalui suatu kapasitas yang tinggi nyaris bebas mikroorganisme dalam aliran LAF dengan kecepatan yang seragam melalui suatu daerah yang tertutup. Aliran udara LAF dapat diarahkan vertical, artinya aliran berjalan dari suatu sisi ke sisi yang terletak dihadapannya ( aliran silang ).
Pada sterilisasi dengan lampu UV, digunakan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Umumnya cahaya mempunyai daya merusak sel mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Sedangkan cahaya dengan panjang gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad hidup. Sinar dengan gelombang panjang juga mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya matahari. Jika energi radiasi di absorbsi oleh sel mikroba akan dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel. Ionisasi molekul tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan kematian perubahan genetik atau dapat pula menghambat pertumbuhan. Perubahan genetik di sini oleh radiasi ultraviolet  dapat menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel-sel yang masih hidup. Lampu UV banyak digunakan untuk mengurangi populasi mikroba di kamar-kamar bedah di rumah sakit, ruang aseptik untuk pengisian obat-obatan di industri farmasi, di tempat-tempat pengisian produk steril ke dalam ampul, dan industri pangan. Namun sinar UV hanya dapat membasmi mikroba pada permukaan benda saja karena daya tembusnya yang kecil.
Dalam percobaan ini dilakukan uji sterilisasi ruangan yang meliputi uji sterilisasi pada lampu UV, Laminary Air Flow (LAF) dan enkas. Lampu UV, enkas dan LAF disterilkan dengan cara disemprot dengan etanol dan dinyalakan selama + 15 menit. Tujuannya untuk membunuh semua mikroba yang ada pada tempat itu, karena pada umumnya mikroba akan mati atau berpindah dari tempat yang di uji sterilitasnya karena zat kimia, lampu UV ataupun LAF dan media sterilitasator lainnya setelah kurang lebih 15 menit. Cawan Petri dibuka 1/3 bagian dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada mikroba untuk masuk sehingga dapat diamati. Dibiarkan 15 menit karena pada selang waktu tersebut mikroba sudah mampu di isolasi dari suatu tempat (lingkungan) ke dalam suatu medium.
Penggunaan medium Nutrien Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA) dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pertumbuhan bakteri dan jamur/kapang  pada ruang steril tersebut. Medium ini terlebih dahulu diinkubasi selama 1 x 24 jam pada inkubator bersuhu 37ºC pada medium Na dan selama 3  x 24 jam untuk medium PDA, setelah itu dilihat pertumbuhan mikrobanya dan jika medium tersebut tidak ditumbuhi bakteri kemudian dijadikan sebagai medium uji. Hal ini dilakukan karena apabila tidak diinkubasikan terlebih dahulu maka kemungkinan adanya mikroba berupa spora bakteri yang belum tampak yang berasal dari lingkungan luar pada waktu pembutan medium, jadi jika hal ini terjadi maka mikroba yang tumbuh dalam medium NA yang digunakan untuk menguji sterilitas suatu ruangan bukan berasal dari ruang yang di uji, sehingga tujuan pengujian tidak berhasil, yaitu untuk menguji apakah mikroba yang mungkin tumbuh pada medium NA yang dipakai benar-benar berasal dari ruang yang diuji.
Pada percobaan ini, cawan Petri terlebih dahulu disterilkan, kemudian pada masing-masing cawan petri dimasukkan medium Nutrient agar (NA) dan medium Potato dextrosa agar (PDA). Kemudian cawan petri yang berisi medium tadi dimasukkan ke dalam LAF dan lampu UV yang terlebih dahulu disemprot dengan alkohol. Selain di LAF dan lampu UV cawan petri dimaasukkan pula dalam enkas yang telah disemprot fenol 5%. Lalu tutup cawan petri dibuka 1/3 bagian setelah itu dibiarkan selama 15 menit. Kemudian diinkubasi terbalik, untuk medium Nutrien Agar (NA) diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu kamar dan pada medium Potato Dextrosa Agar (PDA) diinkubasi 3 x 24 jam pada suhu kamar. Kemudian dihitung koloni yang tumbuh pada masing-masing medium.
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil sterilisasi untuk pertumbuhan bakteri, yaitu lampu UV 5 koloni, LAF 2 koloni, enkas 12 koloni. Jumlah koloni jamur, pada lampu UV terdapat 2 koloni,  enkas 3 koloni, sedangkan di LAV tidak ditumbuhi koloni. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa sterilisasi ruangan yang paling bagus adalah LAV, karena medium yang di ujikan dalam LAV di tumbuhi koloni paling sedikit.
Aplikasi uji sterilitas ruangan dalam bidang farmasi sangat penting pada industry besar pembuatan obat. Ruangan tersebut harus steril agar obat yang diproduksi tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.       Pada medium NA yang terdapat pada lampu UV menghasilkan  5 koloni bakteri sedangkan pada medium PDA menghasilkan 2 koloni bakteri.
2.      Pada medium NA yang terdapat pada LAF menghasilkan  2 koloni bakteri sedangkan pada medium PDA tidak di tumbuhi koloni bakteri
3.      Pada medium NA yang terdapat pada enkas menghasilkan  12 koloni bakteri sedangkan pada medium PDA menghasilkan 3 koloni bakteri.
4.     Ruangan yang paling bagus adalah LAV, karena medium yang di ujikan dalam LAV di tumbuhi koloni paling sedikit.
B.  Saran
            Sebaiknya disiapkan satu enkas lagi untuk praktikum ini, agar pada saat percobaan ini, kita dapat menyemprot enkas dengan  alkohol atau zat kimia lain,  sehingga kita dapat melihat dan mengamati  perbedaan pertumbuhan jamurnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. “ Penuntun Mikrobiologi Farmasi Terapan” .Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia :Makassar.

Black, Jacquelyn g. 1999. “ Microbiology principles and Explorations”.Upper saddle : Newjersey.

Ditjen POM.1979 . “Farmakope Indonesia Edisi III’’ Depkes RI: Jakarta.

Djide, M. Natsir. 2006. “Mikrobiologi Farmasi Dasar”. Universitas Hasanuddin : Makassar.

Lachman, Leon. 1994. ”teori dan Praktek Farmasi Industri”. UI-Press. Jakarta.

Irianto.2006. “Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme”. CV Yrama Widya: Jakarta.

Voight, R., 1994.” Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi ,  Edisi Ke-5”, Terjemahan Soendani Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar