Minggu, 05 Mei 2013

Uji Mutu Desinfektansia


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya terdapat pada udara, tubuh, lantai dan yang lainnya. Pada saat ini telah banyak ditawarkan berbagai macam produk sediaan yang bertujuan untuk membunuh kuman atau mikroorganisme. Produk tersebut ada yang digunakan pada lingkungan disebut desinfektan dan ada juga yang digunakan untuk makhluk hidup disebut antiseptik.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi lantai, ruangan, peralatan dan pakaian. Pada penandaannya, yang memenuhi persyaratan telah dicantumkan cara penggunaan produk yang sesuai sebagai bahan desinfeksi. Namun demikian banyak pula produk desinfektan yang memuat cara-cara penggunannya dan kompisisinya.
Untuk memeriksa baik tidaknya bahan-bahan yanng akan digunakan untuk desinfeksi dalam industria, laboratorium maupun rumah sakit maka perlu dilakukan uji kuantitatif untuk mengetahui kadar minimal suatu bahan yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah suatu uji konsentrasi hambat minimal (Minimal Inhibitory Concentration/MIC), untuk menguji secara kuantitatif konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan suatu mikroba atau bakteri uji.
B. Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah :
1.       Berapa nilai konsentrasi MIC dari desinfektan yang digunakan?
2.      Berapa nilai koefisien Fenol yang diujikan?
  1. Maksud Praktikum
              Adapun maksud dari percobaan ini adalah  :
1.       untuk Mengetahui dan memahami cara-cara penentuan nilai Minimal Inhibitory Concentration (MIC) dan Koefisien Fenol dari suatu desinfektansia yang digunakan.
2.      Untuk mengetahui dan memahami cara-cara pengujian koefisien fenol
D. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah :
1.       Untuk menentukan nilai Minimal Inhibitory Concentration (MIC) dari dari sampel desinfektan yaitu Listerin dengan menggunakan bakteri uji  Salmonella thyposa.
2.      Untuk menentukan koefisien fenol dari hasil pengenceran sampel desinfektan yaitu Listerine® yang dibandingkan dengan daya mematikan dari larutan baku fenol dengan mengunakan bakteri uji  Salmonella thyposa.
E. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui mutu suatu desinfektan dengan menggunakan metode MIC dan koefesien fenol, sebagai sumber informasi kepada masyarakat (konsumen)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Antimikroba adalah berbagai zat yang digunakan untuk mengontrol pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan. Antimikroba dari bahan kimia dibagi menjadi 3 sub divisi, yaitu : Desinfektan ( yang digunakan pada benda mati,seperti meja untuk mengurangi tingkat kontaminan bakteri). yang kedua antiseptic (digunakan 
pada permukaan jaringan hidup) dan antibiotic (diserap kembali). dari ketiga antimikroba ini, tidak ada yang lebih baik, Agen antimikroba ini harus disesuaikan untuk oganisme dan kondisi lingkungan karena mereka semua memiliki modus yang berbeda dari 
tindakan. Lysol, misalnya, merupakan disinfektan yang terbuat dari kresol 50% dan minyak nabati 50%. Efek kuman adalah karena fakta itu menyebabkan protein mengubah sifat. Hexachlorophene, sebuah 
kimia ditambahkan ke sabun dan lotion memiliki aktivitas kuman yang sama. beberapa antibiotic misalnya menghambat sintesis protein atau menghambat sisntesis dinding sel.
(Anonim :       )
Desinfektansia adalah bahan atau zat yang digunakan untuk menghilangkan atau menghancurkan bakteri baik bakteri patogen ataupun non patogen, terutama bakteri yang membahayakan (patogen). Istilah ini pada umumnya digunakan dalam proses membebaskan benda-benda mati atau infeksi, dan aman dipakai dalam bidang industri atau pada rumah sakit-rumah sakit atau industri-industri makanan/minuman dan industri farmasi lainnya. Suatu desinfektan yang baik adalah yang mempunyai daya mematikan atau merusak mikroba. Untuk mengetahui daya mematikan tersebut biasanya distandarkan dengan fenol (Anonim, 2012).
Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yakni : .(Tjay; 2002)
1.       Senyawa halogen: Povidon-iod, iodoform, Ca-hipoklorit, Na-hipoklorit, tosilkloramida, klorheksidin, kliokinol, dan triklosan.
2.      Derivat : fenol, kresol, resorsinol, dan timol.
3.      Zat-zat dengan aktivitas permukaan: cetrimida, cetylpiridinium, benzalkonium, dan dequalinium.
4.     Senyawa alkohol, aldehida dan asam : etanol dan isopropanol, formaldehida danglutaral, asam asetat dan borat.
5.      Senyawa logam: merkuri klorida, fenil merkuri nitrat dan merbromin, perak nitrat dan silverdiazin, sengoksida.
6.     Oksidansia : hidrogenperoksida, sengperoksida, Na-perborat dan kalium klorat.
7.      Lainnya : heksetidin dan heksamidin, belerang, etilen oksida,oksikinolin dan acriflavin.
MIC (Minimum  Inhibitory Concentration) merupakan kadar obat, di mana kuman tidak tumbuh atau berkembang biak lagi. Bagi obat lain (bukan kemoterapeutika) digunakan MEC (Minimum Effective Concentration), yakni kadar plasma, dimana obat baru memberikan efek terapeutis yang diinginkan (Tjay, 2002)
Fenol merupakan salah satu salah satu antiseptikum tertua (Lister,1870) dengan khasiat bakterisid dan fungisid, juga terdapat basil dan spura, walaupun memerlukan waktu yang lebih lama. Mekanisme kerjanya berdasarkan denaturasi protein sel bakteri, yakni perubahan rumus bangunnya hingga sifat khasnya hilang. Khaistnya dikurangi oleh zat organis dan ditiadakan oleh sabum, karena dengan alkali terbentuk fenolat inaktif, karena sefat mendenaturasi juga berlaku untuk jaringan utuh manusia fenol berdaya korosit (membakar) terhadap kulit dan sangat merangsang sehingga jarang digunakan sebagai antiseptikum kulit, berdasarkan sufat anestetik likjalonya adalkalanya senyawa ini digunakan dalam lotion antigatal misalnya lotion alba (Tjay ,2002).
Fenol adalah zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik dinyatakan dalam koefesien fenol. Mekanisme kerja fenol sebagai desinfektan yaitu dalam kadar 0,01%-1% fenol bersifat bakteriostatik. Larutan 1,6% bersifat bakterisid, yang dapat mengadakan koagulasi protein. Ikatan protein dengan fenol mudah lepas, sehingga fenol dapat berpenetrasi ke dalam kulit utuh. Larutan 1,3% bersifat fungisid, berguna untuk sterilisasi ekskreta dan alat kedokteran. (Ganiswarna,1995).
Koefisien fenol adalah kemampuan suatu desinfektan dalam membunuh bakteri dibandingkan fenol. Cara mengujinya adalah dengan mengencerkan suatu ultur cair bakteri sebanyak 1 : 10 dengan desinfektan yang akan diuji pada kosentrasi yang berbeda disebut titik akhir adalah kosentrasi terendah yang menghasilkan kultur steril setelah diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20o C (Djide :2003).
B. Uraian Bahan
1.       Alkohol ( Ditjen POM, 1979 hal.65)
Nama resmi                 :  AETHANOLUM
Sinonim                         : Etanol, Alkohol
BM/RM                          : 46,07 / C2H5OH
Pemerian                      :  Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang idak berasap.
Kelarutan                     :  Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan              :  Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                     :  Sebagai desinfektan
2.      Aquadest (Ditjen POM, 1979, hal.96)
     Nama resmi                : AQUA DESTILLATA
     Sinonim                       :  Aquadest
     RM / BM                       : H2O / 18,02
Pemerian                    : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
     Kegunaan                   :  Sebagai sumber nutrien mikroba dan pelarut medium.
Penyimpanan             :  Dalam wadah tertutup baik.
3.      Extract beef (Ditjen POM, 1979, hal.)
Nama resmi          :           BEEF EKSTRAK
Sinonim                 :           Kaldu nabati dan kaldu hewani.
Pemerian              :           Berbau dan berasa pada lidah.
Kelarutan              :           Larut dalam air dingin.
Penyimpanan      :           Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan            :           Sebagai sumber nutrien mikroba
4.     Pepton (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi        :            PEPTON
Sinonim                 :            Pepeton Kering
Pemerian              :           Serbuk; kuning kemerahan sampai coklat;         bau khas, tidak busuk.
Kelarutan             :           Larut dalam air; memberikan larutan berwarna coklat kekuningan yang bereaksi agak asam; praktis tidak larut dalam etanol (95 %) P dan dalam eter P.
     Penyimpanan     :           Dalam wadah tertutup baik.                               
Kegunaan             :           Sebagai sumber nutrien mikroba
A.    Uraian Bakteri
1. Salmonella thyposa 
a. Klasifikasi (Garrity, 2004)
Domain                         : Bacteria
Phylum                         : Proteobacteria
Class                              : Bacteria
Ordo                              : Enterobacteriales
Family                           : Enterobacteriaceae
Genus                            : Salmonella
Spesis                             : Salmonella thyposa 
b. Morfologi  (Entjang, 2003)   
Bentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel peritrich, muda tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang mengandung empedu.
Sebagian besar Salmonella sp. Bersifat patogen pada binatang dan merupakan sumber infeksi bagi manusia. Binatang-binatang itu antara lain tikus, unggas, ternak, anjing dan kucing
Di alam bebas Salmonella typhi dapat tahan hidup lama dalam air, tanah atau pada bahan makanan. Dalam feces di luar tubuh manusia tahan hidup 1-2 bulan. Dalam air susu dapat berkembang untuk penularan penyakitnya.
C.  Uraian Sampel
1.       Dettol
       Komposisi                      :            Chloroxylenol 4,8% w/v
       Kegunaan                      :            Membunuh kuman pada seluruh tubuh
       Peringatan                     :            Jangan ditelan
       Produksi                         :            PT Reckitt Benckiser Indones
2.      Domestos
       Komposisi                      :            3% Sodium hypochlorite
Kegunaan                      :           Pembersih toilet dan Poreselen dengan kandungan Sodium Hypochlorite
Peringatan                     :           Jangan ditelan
Produksi                         :           UNILEVER VIETNAM INTERNATIONAL COMPANY LIMITED
3.      Harpic
Komposisi                      :            HCl 95% w/v
Kegunaan                      :           Dapat digunakan pada toilet, menghilangkan kotoran dan noda membandel, membunuh kuman.
       Peringatan                     :            Jangan ditelan
       Produksi                         :            PT Reckitt Benckiser Indonesia
4.     Listerine
Komposisi                      :            Water, Sorbitol Solution, Alcohol,  Polaxamer 407, Benzoic Acid, Eucalyptol, Peppermint Oil, Methyl Salicylate, Thymol, Sodium Saccharine, Spearmint Oil, Sodium Citrate, Anethole, Acid Ctric, Cl 42053
Keguanaan                 :            Dapat mencegah pembentukan plak serta melawan kuman-kuman penyebab bau mulut
Peringatan                  :            Jangan ditelan
Produksi                      :            PT Bayer Indonesia, Jakarta-Indonesia

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

  1. Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah  autoklaf, botol pengencer, incubator, lampu spiritus, ose bulat, rak tabung, spoit 1ml dan 5 ml, dan tabung reaksi.
  1. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest steril, biakan Salmonella thyposa, fenol 5%, kapas, medium nutrien broth, sampel Listerine®.
  1. Cara Kerja
1.       Penyiapan bakteri uji
Disiapkan alat dan bahan, kemudian diambil bakteri uji Salmonella thyposa dari biakan murni dengan menggunkan ose bulat kemudian diremajakan dalam medium NA miring dan dinkubasikan pada suhu 37 0C selama 24 jam.
Setelah bakteri uji diremajakan kemudian disuspensikan dengan NaCl fisiologi 0,9 % lalu diukur transmittannya untuk bakteri 25 % yang kekeruhannya setara dengan standar Mc.Farland (108 sel/ ml).
2.      Penyiapan Medium NB (Nutrien Broth)
Ditimbang bahan-bahan kemudian dimasukkan semua bahan kedalam erlenmeyer lalu dilarutkan dalam air suling hingga 500 mL. Ditutup medium tersebut dengan kapas dan disterilkan diautoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit, kemudian disimpan dalam lemari pendingin.
3.      Pembuatan fenol 5%
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang fenol sebanyak 5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Dicukupkan volumenya sampai 100 ml dengan aquadest.
4.     Pengenceran Listerine
Dibuat alat dan bahan. Dibuat pengenceran Listerine® dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1 : 20, 1 : 40, 1 : 80, 1 : 160, dan 1 : 320, 1 : 640, 1 : 1280, 1 : 2560, 1 : 5120, 1 : 10240
5.      Pembuatan larutan uji baku fenol
Disiapkan alat dan bahan. Dibuat pengenceran baku fenol dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1 : 80, 1 : 90, dan 1 : 100.
6.     Uji MIC (Minimal Inhibitory Concentration)
Disediakan 10 buah tabung reaksi steril, dan diisi 9,5 ml medium NB steril ke dalam tabung pertama dan 5 ml ke dalam tabung lainnya. Ditambahkan ke dalam tabung pertama  sampel desinfektan akan diuji. Diambil dengan pipet steril 5 ml dari tabung pertama dan dimasukkan ke dalam tabung ke dua, dicampurkan sampai homogen. Diperoleh pengenceran pertama yakni 1 : 540. Kemudian diambil lagi 5 ml dari tabung ke dua ini dan dimasukkan ke dalam tabung ketiga dan seterusnya sampai ada tabung ke sepuluh, setelah dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir dan dibuang. Dimasukkan ke dalam tiap-tiap tabung 1 ose suspensi biakan bakteri. Diinkubasikan semua tabung pada suhu 37OC dan diamati pertumbuhan bakteri setelah 1 x 24jam
2.    Uji Fenol
a.   Desinfektan  Listerin®
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Disiapkan 5 tabung reaksi yang berisi pengenceran sampel  1:540, 1 : 640, 1 : 740, 1 : 840, dan 1 : 940 (deret I), dan 15 tabung yang beirisi  5 ml medium Nutrien Broth (NB) yang dibagi menjadi 3 seri (deret II, deret III, dan deret IV) masing-masing 5 tabung. Ke dalam tabung ke-1 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dari deret I, kemudian diistirahatkan selama 3 menit dan dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air es. Ke dalam tabung ke-1 dari deret II, dimasukan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret II, kemudian diistirahatkan selama 3 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret III, Kemudian diistirahatkan selama 3 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret IV, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret  IV, Kemudian diistirahatkan selama 3 menit. Semua tabung dari deret II, deret III, dan deret IV diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Diamati perubahan yang terjadi berupa kekeruhan medium
b.   Larutan baku fenol 5%
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Disiapkan 3 tabung reaksi yang berisi pengenceran sampel 1:80, 1:90, dan 1:100 (deret 1), dan 9 tabung yang beirisi  5 ml medium Nutrien Broth (NB) yang dibagi menjadi 3 deret(deret II, III, dan IV) masing-masing 3 tabung. Ke dalam tabung ke-1 dari deret I dimasukkan suspensi baktrei sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose ml kemudian diistirahatkan 4 menit dan dimasukkan ke dalam wadah berisi air es. Ke dalam tabung ke-1 dari deret II, dimasukan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-3 deret I, kemudian diistirahatkan 4 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-3 deret, kemudian diistirahatkan 4 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari deret IV, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-3 deret  I, kemudian diistirahatkan 4 menit. Semua tabung dari deret  II, deret III, dan deret IV diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam.
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
  1. Hasil Praktikum
1.    Tabel pengamatan Uji MIC
No
Pengenceran
Kelompok I
Harpic
Kelompok II
Domestos
Kelompok III
Dettol
Kelompok IV
Listerin
1.
1 : 20
+
+
+
+
2.
1 : 40
+
+
+
+
3.
1 : 80
+
+
+
+
4.
1 : 160
+
+
+
+
5.
1 : 320
+
+
+
+
6.
1 : 640
+
+
+
+ (MIC)
7.
1 : 1280
+ (MIC)
+ (MIC)
+
+
8.
1 : 2560
-
-
+ (MIC)
+
9.
1 : 5120
-
-
-
-
10.
1 : 10240
-
-
-
-

2.            Tabel Uji Koefisien Fenol
3.       Sample Uji Listerine®
No
Pengenceran
Hasil pengamatan
Lama waktu kontak
Ket.
5 menit
10 menit
15 menit
1.
1 : 2360
-
-
-

2.
1 : 2560
-
-
+

3.
1 : 2760
-
-
-

4.
1 : 2960
-
-
-

5.
1 : 3160
+
-
-


Keterangan ;
( + )           : Tidak tumbuh mikroba ( jernih)
( - )           : Tumbuh mikroba (keruh)
3.Uji Sampel                   
NO
Pengenceran
Lama Kontak
5 menit
10 menit
15 menit
Kelompok 1
1 : 1080
-
+
-
1 : 1280
-
+
-
1 : 1480
-
+
-
1 : 1680
-
+
-
1 : 1880
-
+
-
Kelompok
II
1 : 1080
-
+
-
1 : 1280
-
-
-
1 : 1480
-
-
+
1 : 1680
-
-
-
1 : 1880
-
-
-
Kelompok
III
1 : 2060
-
-
-
1 : 2560
-
-
-
1 : 3060
-
-
-
1 : 3560
-
-
-
1 : 4060
-
-
+
Kelompok
IV
1 : 540
+
-
+
1 : 640
+
-
+
1 : 740
+
-
-
1 : 840
+
-
+
1 : 940
+
-
-

Keterangan :
+    tidak ada pertumbuhan mikroorganisme
-         ada pertumbuhan mikroorganisme
  1. Pembahasan
 Minimum Inhibitory Concentration (MIC) yaitu konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Pada percobaan ini akan dipelajari cara-cara penentuan nilai Minimal Inhibitory Concentration serta menentukan daya hambat terkecil dari suatu desinfektan agar kita mengetahui seberapa besar keefektifan atau kemampuan bahan-bahan yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektansia dalam membunuh kuman atau mikroorganisme  sehingga kita dapat benar-benar memilih produk sediaan yang tepat.
Desinfektan adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan disinfeksi. Sering kali sebagai sinonim digunakan istilah antiseptik, tetapi pengertian disinfeksi dan disinfektan biasanya ditujukan terhadap benda-benda mati, seperti lantai, piring, pakaian.
Pengujian koefisien fenol pada Listerine® dimaksudkan untuk membandingkan aktivitas suatu produk dengan daya bunuh fenol dengan perlakuan yang sama sehingga kita mengetahui seberapa besar kekuatan desinfektansianya. Pada percobaan ini dipelajari cara-cara penentuan nilai Minimal Inhibitory Concentration serta menentukan daya hambat terkecil dari suatu desinfektan agar kita mengetahui seberapa besar keefektifan atau kemampuan bahan-bahan yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektansia dalam membunuh kuman atau mikroorganisme sehingga kita dapat benar-benar memilih produk sediaan yang tepat.
Mekanisme kerja dari fenol yaitu senyawa fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hydrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein sel dan membran sitoplasma mengalami lisis.
 Konsentrasi yang digunakan pada percobaan fenol yaitu 5 %. Karena pada konsentrasi 2 – 5%  fenol efektif mendenaturasi protein dan merusak membrane sel bakteri serta aktif pada pH asam. Persyaratan koefesien fenol yaitu jika nilai koefesien fenol antara   0,05-1 maka zat kimia uji adalah antiseptik/desinfektan yang kurang efektif sedangkan jika nilai yang diperoleh lebih besar dari 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik/desinfektan yang efektif.
Medium yang cocok untuk bakteri adalah medium NA, tetapi pada praktikum ini mdium yang digunakan adalah adalah medium NB ( dalam bentuk cair). Digunakan medium cair karena ingin melihat kekeruhan atau kejernihan dari medium, yang menandakan ada tidaknya pertumbuhan bakteri yang terjadi.
Mikroba-mikroba yang biasa digunakan pada koefisien fenol seperti Salmonella thyposa, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Namun, pada percobaan ini digunakan bakteri Salmonella thyposa yang dimaksudkan untuk melihat sampel Listerine dan fenol baku 5% dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri tersebut dan bakteri ini juga  yang digunakan sebagai bakteri uji koefisien fenol di Indonesia.
Nilai MIC (Minimal Inhibitory Concentration) diletakkan pada tabung ke-2 deret 1 pada percobaan koefisien fenol, dimaksudkan untuk melihat daya hambat konsentrasi desinfektan di atas Nilai MIC (Minimal Inhibitory Concetration) dan menguji kembali apakah nilai MIC yang telah diperoleh sudah mutlak. Sedangkan pada tabung 1 deret I yang berisi sampel, air steril dan suspensi biakan mikroba direndam dalam wadah berisi es, bertujuan untuk menjaga pertumbuhan mikroba yang dipengaruhi oleh suhu. Digunakan air steril sebab dengan lingkungan yang steril maka mikroba tidak akan mengalami pertumbuhan sehingga akan membantu kerja dari desinfektan yang digunakan. Digunakan suspensi bakteri agar dapat diketahui apakah desinfektan yang akan diuji mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri uji atau tidak.
Pada percobaan ini digunakan lama kontak 5, 10 dan 15 menit untuk membandingkan pengenceran tertinggi tes produk yang membunuh kuman dalam waktu 10 menit (tetapi tidak membunuh dalam 5 menit) dengan pengenceran fenol yang memberikan hasil yang sama. Secara umum waktu yang diperlukan oleh bakteri untuk dapat mengadakan kontak dengan desinfektan (lama kontak) adalah 5-10 menit, karena suatu desinfektan yang memiliki koefisien fenol memiliki aktivitas kerja yang optimal pada lama kontak tersebut sehingga pengukuran koefisien dilakuukan dengan melihat hasil positif pada setiap pengenceran dalam waktu 5 menit. Pengenceran tertinggi dari desinfektan dan baku fenol dapat mematikan bakteri uji dalam waktu kontak 10 menit, tetapi tidak mematikan bakteri uji dalam waktu kontak 5 menit. Dan digunakan lama kontak 15 menit karena ditakutkan ada bakteri yang belum mati pada menit ke 10.
Persyaratan hasil dari koefisien fenol yaitu :
1.       Jika koefisien fenol yang diperoleh dikalikan dengan faktor 20 menghasilkan angka lebih kecil dari angka pengenceran yang tertera dalam etiket, maka pengenceran desinfektansia tidak memenuhi syarat.
2.      Jika koefisien fenol yang diperoleh dikalikan dengan faktor 20 menghasilkan angka yang sesuai angka pengenceran yang tertera dalam etiket, maka pengenceran desinfektansia disebut memenuhi syarat.
3.      Jika diperoleh koefisien fenol lebih kecil dari 0,05 maka contoh yang diperiksa bukan termasuk antiseptik atau desinfektan.
4.     Jika diperoleh koefisien fenol kurang dari 1 berarti bahan tersebut adalah sama atau kurang efektif daripada fenol. Dan jika diperoleh koefisien fenol lebih besar dari 1 berarti bahwa bahan kimia tersebut lebih efektif dari fenol di bawah kondisi yang sama.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh data mengenai nilai MIC dari masing sampel yaitu pada sampel Hapic® dan Domestos® diperoleh nilai MIC 1 : 1280, dan Dettol® dan Listerine® 1 : 640. Dan nilai koefisien fenol yang diperoleh adalah 9,33 dimana nilai Kf > 0,05 menandakan sampel yang diujikan merupakan desinfektan , dan nilai Kf  > 1 berarti sampel yang diujikan merupakan desinfektan yang efektif.
Faktor – faktor kesalahan yang dapat mempengaruhi nilai koefisien fenol yang diperoleh antara lain karena kurangnya ketetlitian pada saat praktikum dalam membuat pengenceran sampel maupun larutan baku fenol serta ketidak telitian dalam masalah pengamatan interval waktu selama praktikum.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa Nilai MIC pada sampel Listerine® adalah 1 : 640 dan Nilai Koefisien fenol adalah 9,33. karna nilai Kf  > 1 berarti sampel yang diujikan merupakan desinfektan yang efektif.
B.  Saran
Sebaiknya praktikum uji MIC dan koefisien fenol di lakukan bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Penuntun Mikrobiologi Farmasi Terapan.Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Ditjen POM.1979 . Farmakope Indonesia Edisi III.Depkes RI: Jakarta.

Djide M. Natsir, dkk.2003.Analisis Mikrobiologi Farmasi.Universitas Hasanuddin:Makassar.

Entjang, Indan.2003. Mikrobiologi dan Parasitologi, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.

Ganiswarna, S. G., et all.1995.Farmakologi dan Terapi.Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Tan Hoan Tjay. 2002. Obat-Obat Penting.PT. Gramedia: Jakarta.


PERHITUNGAN
1.       Perhitungan Baku Fenol 5%

     a. 1 : 80
                        1       x     X       =      1
            20            5              80          
                            X       =     1
                            100          80
                            X       =    1,25 ml
                                       
b. 1 : 90
                        1       x     X       =      1
            20           5              90
                             X      =     1
                            100          90
                            X         =   1,1 ml
c. 1 : 100
                        1       x     X       =     1
            20           5            100
                             X     =      1
                            100        100
                            X      =  1 ml
2. Perhitungan desinfektan
a. 1 : 540
    1       x          X          =     1
        100                5                540
                              X          =     1
                             500             540
                              X          =  0,91 ml = 0,9 ml
b. 1: 640
    1       x          X          =     1
        100                5                640
                              X          =     1
                             500             640
                              X          =  0,78 ml = 0,8 ml

c. 1 : 740
   1        x          X          =     1
        100                5                740
                              X          =     1
                             500             740
                              X          =  0,67 ml = 0,7 ml
d. 1: 840
1           x          X          =     1
        100                5                840
                              X          =     1
                             500             840
                              X          =  0,59 ml = 0,6 ml
e. 1 : 940
    1       x          X          =     1
        100                5                940
                              X          =     1
                             500             940
                              X          =  0,53 ml = 0,5 ml
3. Perhitungan nilai Kf
Nilai     Kf     =      FP(+)10’(-)5 disenfektan
FP(+)10’(-)5  baku fenol

Kf     =      840
                 90
Kf     =      9,33
Nilai koefisien fenol listerin
Nilai Kf  =  9,33> 0,05  (desinfektan)
          = 9,33>1  ( desinfektan yang efektif )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar