BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Mikroorganisme
dialam dapat diperoleh dalam bentuk tunggal, tetapi pada umumnya mikroorganisme
di alam selalu dalam bentuk populasi campuran, baik yang mempunyai hubungan
kerabat maupun tidak. Sehingga untuk memperoleh mikroorganisme yang akan
digunakan sebagai alat dalam penelitian-penelitian dibutuhkan isolasi
mikroorganisme pada tempat di alam yang diperkirakan menjadi habitat dari
mikroorganisme tersebut mempunyai peranan yang cukup pada lingkungan tersebut.
Isolasi
mikroorganisme merupakan rangkaian cara yang dilakukan untuk memisahkan
mikroorganisme dari lingkungan sekitar. Hasil dari isolasi adalah biakan yang
hanya terdiri dari satu spesies mikroorganisme. Biakan murni merupakan biakan
yang setiap koloni mikroorganisme hanya memiliki satu jenis mikroorganisme.
Pada
percobaan kali ini akan dilakukan isolasi mikroorganisme dari sampel tanah yang
bertujuan untuk mengetahui apakah sampel tersebut bersifat menghasilkan
antibiotic atau tidak
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada
praktikum ini adalah :
1.
Bagaimana cara mengisolasi bakteri penghasil
antibiotic yang terdapat pada tanah dari Universitas Negri Makassar,
Universitas Islam Negeri Makassar, Universitas Muhamadiah Makassar, dan
Universitas Hasanuddin Makassar.
2.
Bagaimana aktivitas antimikroba isolate yang
diperoleh terhadap mikroba lain.
C.
Maksud Praktikum
Adapun
maksud pada percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara mengisolasi
suatu bakteri penghasil antibiotic dan cara pengujian aktivitas antimikrobanya.
D. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan praktikum kali ini adalah :
1.
Untuk mengisolasi mikroorganisme penghasil antibiotik
yang terdapat pada tanah dari Universitas Negri Makassar, Universitas
Islam Negeri Makassar, Universitas Muhamadiah Makassar, dan Universitas
Hasanuddin Makassar.
2.
Untuk menguji aktivitas antimikroba isolat yang diperoleh
dengan mikroba lain
E. Manfaat Praktikum
Adapun
manfaat percobaan ini adalah kita dapat mengetahui dan memahami cara isolasi
mikroorganisme penghasil antibiotik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
- Teori Umum
Antibiotik secara umum didefinisikan sebagai bahan yang diproduksi oleh
mikroorganisme yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya metode
sintetik, bagaimanapun dihasilkan pada modifikasi dari definisi ini dan antibiotic
saat ini megarah pada bahan yang diproduksi oleh mikroorganisme , atau bahan
yang sama (yang diproduksi keseluruhan atau sebagian oleh sintetis kimia), yang
dimana ada konsentrasi yang rendah menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain
(hugo, 2004).
Identifikasi
mikroba adalah satu tugas yang lazim dilakukan laboratorium mikrobiologi. Di
laboratorium diagnostik penyakit, isolasi dan pencirian mikroba yang berasal
dari penderita penyakit harus dilaksanakan dengan cepat dan tepat sehingga
pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Pencirian mikroorganismeyang
diisolasi dari makanan dan minuman yang terlibat dalam pencemaran makanan harus
dilakukan secepat mungkin agar wabah
keracunan akibat makanan atau minuman yang tercemar dapat dihentikan ( Bibiana,
1994).
Cara
isolasi dan identifikasi bakteri adalah merupakan suatu topik yang sangat luas
dan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang telah berpengalaman. Cara-cara
ini adalah suatu tantangan yang menarik bagi para mikrobiologiawan, karena
mikroorganisme atau bakteri tersebut terdapat dalam berbagai sumebr yang
terdiri dari ribuan spesies, dan terdapat dalam berbagai habitat. (Djide, 2008)
Begitu
pentingnya kultur murni dalam identifikasi mikroorganisme (bakteri), maka
cara-cara untuk memperolehkultur murni menjadi sangat fundamental bagi bidang
mikrobiologi. Cara termudah untuk memperoleh kultur murni adalah dengan car
penanaman dalam plat agar seara goresan atau dengan taburan. Sel-sel
inokulumakan tersebar diatas media agar sedemikian rupa, sehingga koloni yang
tumbuh merupakan koloni yang berasal dari satu sel. Koloni-koloni tersebut
selajutnya digoreska kembali pada mediu agar yang lainya untuk mengecek
kmurniannya (Djide, 2008)
Ada
empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme
yaitu fase lag, fase log (fase eksponensial), fase stasioner, dan fase
kematian (Praitiwi, 2007) :
1.
Fase
lag merupakan fae adaptasi, yaitu penyesuaian mikroorganisme pada suatu
lingkungan baru.Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang
ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Fase lag tergantung pada kondisi dan
jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan. Bila sel-sel mikroorganisme
diambil dari kultur yang sama sekali berlaianan, maka yang sering terjadi
adalah mikroorganisme tersebut tidak mampu tumbuh dalam kultur.
2.
Fase
log (fase eksponensial) merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh da membelah
pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media,
dan kondisi pertumbuhan.
3.
Pada
fase stasioner, pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi keseimbangan
antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati. Pada fase ini
terjadi akumulasi produk buangan yang toksik. Pada sebagian besar kasus,
pergantian sel terjadi dalam fase stasioner ini. Terdapat kehilangan sel yang lambat
karena kematian diimbangi oleh pembentukan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan
pembelahan dengan nutrisi ya g dilepaskan oleh sel-sel yang mati karena
mengalami lisis.
4.
Pada
fase kematian, jumlah sel yang mati meningkat, faktor penyebabnya adalah ketidaktersediaan
nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksisk.
B. Uraian Bahan
1.
Aquadest (Ditjen POM, 1979 hal: 96)
Nama resmi :
Aqua Destillata
Sinonim :
Air suling
RM / BM :
H2O / 18,02


O
Pemerian :
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kegunaan : Sebagai sumber nutien mikroba dan pelarut
medium.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
2.
Alkohol (Ditjen
POM, 1979. hal : 65)
Nama
resmi : Aethanolum
Nama
lain : Etanol, alkohol
RM
/ BM : C2H6O / 46,07
RB : CH3-CH2-OH
Pemerian : Cairan tak
berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,
bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat
mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat
tambahan
Kegunaan
: Sebagai Antiseptik.
C. Uraian mikroba
1.
Bacillus subtilis
Klasifikasi (Garritty, 2004)
Domain : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Species : Bacillus
subtilis
Morfologi (Entjang,
2003)
Berbentuk batang lurus, tidak
bercabang dan menghasilkan endospora. Gram (+) berukuran 1,5 m x 4,5 m, sendiri- sendiri atau tersusun dalam bentuk
rantai bergerak dan bulu bersimpai. Kuman ini bersifat patogen oportunis,
menyebabkan infeksi pada telur dan septicemia. Dapat mencemari botol transfusi darah sehingga melisiskan sel
darah.
2.
Candida albicans
Klasifikasi (Suriawira, 1986)
Regnum : Protista
Divisio : Eumycophyta
Class : Ascomycycetes
Ordo : Saccharomycetales
Familia : Crypotoccaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Morfologi (Entjang,
2003)
Candida tampak sebagai ragi
lonjong bertunas, ukurannya 2-3 x 4-6 nm, dan sel-sel bertunas, gram positif,
yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa). Dapat
meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas. Menghasilkan asam
dari sukrosa, dan tidak bereaksi dengan laktosa
3.
Escherichia coli
Klasifikasi (Garritty,2004)
Domain : Bakteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia
coli
Morfologi (Pelczar, 2005)
Batang lurus, 1,1 – 1,5 μm x 2,0
– 6,0 µm, motil dengan flagelum peritritikus atau non motil. Gram negatif.
Tumbuh dengan mudah pada medium nutrien sederhana. Laktose difermentasi oleh
sebagian besar galur dengan produksi asam dan gas. Koloninya utamanya pada
nutrien gelatin, buram tidak tembus cahaya sampai sebagian translusent, smooth
dan seragam konsistensinya. Jika ditumbuhkan pada medium Eosin Metilen Biru
Agar, koloninya tampak seperti logam kemilau.
4. Pseudomonas
aeruginosa
Klasifikasi
(Garritty, 2004)
Domain : Bacteria
Pylum :
Proteobacteria
Class :
Gammaproteobacteria
Ordo :
Pseudomonadales
Sub ordo :
Pseudomonadinae
Family :
Psedomonadaceae
Genus :
Psedoumonas
Species : Psedoumonas aeroginosa
Morfologi (Pelczar,
2005)
Bentuk
batang bulat 0,5 – 1,5 mili mikron, ciri petumbuhan pada agar sel putih, dan
sel tampak sendiri dan berpasangan, divisi lebih dari satu dan berkelompok mengembang sampai tak beraturan.
5.
Salmonella thyposa
Klasifikasi (Garrity, 2004)
Domain : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella typhi
Morfologi (Entjang, 2003)
Termasuk kuman
gram negatif, tidak berspora banyaknya/ besarnya bervariasi, bergerak dengan
flagel peritin tumbuh dengan cepat pada pembenahan biasa tetapi tidak merugikan
laktosa/ sukrosa. Merupakan asam dan
beberapa gas dari glukosa dan maltosa. Cenderung menghasilkan hydrogen sulfida,
dapat hidup dalam air yang dibekukan. Untuk massa yang lama. Resisitensi
terhadap zat kimia tertentu seperti Hijau Briliant, Na- Tetrationat,
Na-dioksikholat, menghambat kuman koliform dan bermanfaat untuk mengisolasi.
6.
Staphylococcus aureus
Klasifikasi (Garrity, 2004)
Domain : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Eubacteriales
Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus
aureus
Morfologi (Pelezar,
1988)
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, sel-sel berbentuk
bola, berdiameter 0,5 – 1,5 µm, terdapat tunggai dan berpasangan, dan secara
khas membelah diri lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol yang
tidak teratur. Dinding sel mengandung dua komponen utama; peptidoglikan dan
asam teiokat. Metabolisme secara resipiratif dan fermentatif. Tumbuh lebih
cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerob. Suhu optimum 35-40°C. Terutama
berasosiasi dengan kulit, dan selaput lendir hewan berdarah panas. Kisaran
inangnya luas, dan banyak galur merupakan patogen potensial.
7.
Streptococcus
mutans
Kalsifikasi (Garritty, 2004)
Domain : Bacteria
Divisio :
Scotobacteria
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus :
Streptococcus
Species : Streptococcus
mutans
Morfologi (Entjang,
2003)
Bakteri ini bersifat
mikroaerofilik dan untuk pertumbuhannya membutuhkan medium kayu protein. Streptococcus
mutans tidak memiliki antigen dinding sel yang bifup-spesifik, sehingga
tidak bisa dimasukkan ke dalam grup Lancefield.
8.
Vibro cholera
Klasifikasi (Garritty, 2004)
Domain : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Alphaproteobacteria
Ordo : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Spesies : Vibrio sp
Morfologi (Entjang,
2003)
Berbentuk batang, bengkok,
seperti koma, berukuran 2-4 x 10-6, gerak sangat aktif dengan adanya
flagel monotrik, tidakberbentuk spora, pada biakan lama dapat menjadi terbentuk
batang lurus, negatif gram.
9.
Aspergillus nigeri
Klasifikasi (Garrity, 2004)
Regnum :
Plantae
Divisio :
Thalophyta
Subdivisio : Fungi
Phylum :
Eumycophyta
Class :
Ascomycetes
Ordo :
Astinomycetales
Family :
Actinomycetales
Genus :
Aspergillus
Species :
Aspergillus niger
Morfologi (Entjang,
2003)
Dicirikan oleh leher reseptif yang rumit (trikogine) pada oksogonium
atau ganetagium betina. Medilium bercabang dengan bebasnya dan hifanya mengandung
sel-sel muktinukleat.
D.
Prosedur Praktikum (Djide , 2003)
a.
Pengambilan sampel tanah, air sungai, dan air laut
Sampel tanah tersebut diambil dengan menggunakan sendok stainless steel
yang telah disemprot dengan alkohol 70 % dari kedalaman 15 cm dari permukaan
tanah.
b.
Seleksi dan isolasi biakan
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan terhadap koloni yang tumbuh yang
memperlihatkan adanya hambatan berupa daerah bening disekelilingnya. Koloni ini
selanjutnya diidolasi dan dipindahkan pada medium yang sama. Isolat yang
diperoleh dimurnikan dengan metode kuadran. Biakan murni tersebut lalu
dipindahkan pada agar miring sebagai stok.
c.
Fermentasi biakan murni
Koloni biakan murni diambil 1 ose, diinokulasikan dalam medium NA miring
lalu diinkubasi pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam, kemudian
disuspensikan dengan 2,5 ml larutan NaCl fisiologis dan diinokulasikan dalam 50
medium pembenihan cair maltose yeast ekstrak broth lalu diinkubasi pada suhu
kamar selama 1 x 24 jam dan dikocok dengan menggunakan shaker dengan kecepatan
200 rpm.
d.
Pemeriksaan aktivitas antibiotika
Medium NA
dicairkan dituang secara spesifik ke dalam vial kemudian ditambahkan suspense
mikroba uji dihomogenkan, kemudian dimasukkan kedalamcawan petri steril
sebanyak 10 ml dan dibiarkan memadat. Disc blank secara aseptik dimasukkan
fermentat, direndam 30 – 60 menit. Disc yang telah berisi fermentat dikeringkan
dilekatkan pada media agar yang telah memadat,kemudian diinkubasi lalu diamati
zona hambatan yang terbentuk.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.
Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Cawan petri,
Erlenmeyer, Inkubator, Kompor, Lampu Spritus, Autoklaf, Pinset, Spoit, Sendok
tanduk besi, Tabung reaksi, Timbangan analitik.
B.
Bahan
Adapun bahan yang digunkan pada percobaan ini adalah Air suling,
Alkohol, Aluminium foil, Kapas, Karet, Label, Kertas timbang, Medium Glukosa
Nutrien Agar (GNA), Suspensi bakteri Bacillus subtilis, Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Salmonella
thyposa, Shigella disentri, Staphylococcus aureus, Streptococcus
mutans, Vibrio colera , suspense jamur Candida albicans,
Sampel tanah dari Universitas Negeri Makassar.
C.
Cara Kerja
1.
Isolasi Mikroba
Pertama – tama diambil sampel dan diencerkan dengan
pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3. Kemudian
sampel tersebut dimasukan ke dalam vial dan ditambahkan medium NA sebanyak 9
ml. Setelah itu, diinkubasi selama 1 x 24 jam.
2.
Fermentasi Isolat Murni
Hasil dari Biakan mikroba di medium NA dipindahkan sebanyak 1 ose ke medium
MYB pada tabung reaksi kemudian dishaker dengan kecepatan 200 rpm selama 1 x 24
jam. Setelah itu, dituang ke dalam vial dan diberi disc blank.
3.
Pengujian Hasil isolasi
Suspensi mikroba diambil 1 ose dan dimasukan ke dalam vial yang berisi
medium GNA, dihomogenkan kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri steril dan
diinkubasi selama 1 x 24 jam.
2. Tabel Pengamatan
1. Kelompok I
|
MIKROBA UJI
|
|||||||||||
Isolat
|
SA
|
EC
|
CA
|
|||||||||
I
|
II
|
III
|
X
|
I
|
II
|
III
|
X
|
I
|
II
|
III
|
X
|
|
B1
(1)
|
6
|
7
|
9
|
7,3
|
7
|
7
|
1,5
|
5,16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B2
(1)
|
9
|
1,2
|
9
|
6,4
|
1,5
|
8
|
1,2
|
3,56
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B1
(2)
|
5
|
1
|
1
|
2,3
|
5
|
1,2
|
1,2
|
2,46
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B2
(2)
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1,2
|
1,2
|
1,2
|
1,2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J1
(1)
|
1,2
|
1,1
|
1,1
|
1,13
|
1,2
|
1,2
|
1,2
|
1,2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J2
(1)
|
5
|
1,2
|
1,2
|
2,46
|
5
|
5
|
7
|
5,66
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J1
(2)
|
9
|
8
|
9
|
8,66
|
9
|
9
|
9
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J2
(2)
|
9
|
9
|
9
|
9
|
8
|
8
|
9
|
8,33
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2.
Kelompok II
|
MIKROBA UJI
|
|||||||||||
Isolat
|
SM
|
PA
|
AN
|
|||||||||
I
|
II
|
III
|
X
|
I
|
II
|
III
|
X
|
I
|
II
|
III
|
X
|
|
B1
(1)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12
|
10
|
11
|
11
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B2
(1)
|
14
|
15
|
12
|
13,67
|
12
|
12
|
10
|
11,33
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B1
(2)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B2
(2)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J1
(1)
|
20
|
19
|
17
|
18,67
|
20
|
15
|
18
|
17,66
|
11
|
11
|
13
|
11,67
|
J2
(1)
|
9
|
10
|
8
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J1
(2)
|
13
|
14
|
12
|
13
|
11
|
12
|
13
|
12
|
8
|
9
|
7
|
7,67
|
J2
(2)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
11
|
11
|
10
|
10,67
|
1.
Kelompok III
|
MIKROBA UJI
|
|||||||||||
Isolat
|
SD
|
ST
|
AN
|
|||||||||
I
|
II
|
III
|
X
|
I
|
II
|
III
|
X
|
I
|
II
|
III
|
X
|
|
B1
(3)
|
9
|
10
|
9
|
9,3
|
10
|
9
|
8
|
9
|
16
|
11
|
14
|
13,67
|
B2
(3)
|
10
|
10
|
10
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
8
|
9
|
8,3
|
B1
(4)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B2
(4)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J1
(3)
|
8
|
8
|
7
|
7,6
|
8
|
8
|
9
|
8,3
|
9
|
13
|
19
|
10,03
|
J2
(3)
|
11
|
7
|
7
|
7,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J1
(4)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J2
(4)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
9
|
7
|
8
|
4. Kelompok IV
|
MIKROBA UJI
|
|||||||||||
Isolat
|
BS
|
VC
|
CA
|
|||||||||
I
|
II
|
III
|
X
|
I
|
II
|
III
|
X
|
I
|
II
|
III
|
X
|
|
B1
(3)
|
6
|
8
|
7
|
7
|
12
|
13
|
14
|
13
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B2
(3)
|
12
|
11
|
10
|
11
|
9
|
7
|
9
|
8,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B1
(4)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
15
|
12
|
12,3
|
13
|
14
|
10
|
12,3
|
B2
(4)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
11
|
12
|
11
|
J1
(3)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J2
(3)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
17
|
19
|
20,53
|
J1
(4)
|
15
|
6
|
9
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
J2
(4)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
11
|
9
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B. Pembahasan
Isolasi
merupakan proses memindahkan mikroba uji dari lingkungannya untuk memperoleh
biakan murni. Hal ini dilakukan untuk memperoleh biakan murni yang hanya
menganung satu mikroorganisme untuk diidentifikasi sebagai mikroba penghasil
antibiotic
Antibiotik
sendiri merupakan bahan atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain.
Jadi isolasi antibiotik merupakan suatu cara untuk
memisahkan suatu mikroorganisme dari lingkungannya. Dimana di sini
mikroorganisme tersebut memiliki suatu senyawa yang dapat menghambat atau
membunuh mikroorganisme lain (utamanya yang bersifat pathogen pada manusia)
yang disebut sebagai antibiotik, sehingga diperoleh biakan murni dari
mikroorganisme tersebut.
Percobaan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu antibiotic
baru yang diperoleh dengan cara mengisolasinya dari sampel – sampel yang
terdapat di lingkungan sekitar kita, sebagai contoh tanah dari Universitas
Negeri Makassar.
Dalam percobaan ini digunakan medium NA dan PDA karena di
sini kita belum mengetahui secara pasti apakah mikroorganisme yang dihasilkan
dari isolasi berupa bakteri atau jamur. Jadi digunakan medium NA sebagai medium
pertumbuhan bakteri dan PDA sebagai medium pertumbuhan jamur.
Uji skrining
mikroorganisme secara umum bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya daya hambat suatu senyawa dari mikroorganisme yang
terdapat pada sampel yaitu tanah dari Universitas Negeri Makassar.
Pada tahap
isolasi mikroba, ditimbang 1 gram sampel tanah, kemudian dilakukan pengenceran,
yaitu pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3. dicampur dengan medium
NA sebanyak 9 ml. Dibiarkan memadat dan diinkubasi selama 1 x 24 jam.
Pada tahap
fermentasi isolat murni, biakan isolat murni
bakteri, diambil sebanyak 1-2 ose lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi meidium MYB. Selanjutnya, dishaker dengan kecepatan 200 rpm selama
1 x 24 jam. Setelah itu, medium dipindahkan ke dalama vial dan dimasukkan disc blank, rendam selama
kurang lebih 1 jam.
Tahap akhir
adalah pengujian aktivitas antibiotik yang dimana suspensi bakteri sebanyak 1
ose dicampur dengan medium GNA di dalam vial dan dihomognkan. Setelah itu,
dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah dibagi lima. Dimasukkan ke dalam
cawan petri disc blank yang telah direndam dengan isolat murni. Lalu diinkuasi
selama 1 x 24 jam untuk diukur zona hambatannya.
Berdasarkan
hasil pengamatan, diperoleh data sebagai berikut :
a.
Diameter
zona hambatan isolat B1 4 pada bakteri Vibrio
cholera 12,3 mm, dan tidak zona hambat pada Bacillus subtilis, Salmonella thyposa, Shigella disentri, dan pada
jamur Aspergillus niger. sedangkan diameter zona hambat pada jamur Candida albicans adalah 18,3.
b.
pada
isolat B2 4 tidak terdapat zona hambatan pada semua semua bakteri sedangkan
pada jamur Candida albicans adalah 11
mm.
c.
Diameter
zona hambatan isolat J1 4 pada Bacillus
subtilis adalah 10 mm, dan tidak terdapat zona hambat pada bakteri Vibrio cholera, Salmonella Thyposa , Shigella
disentri begitupun pada jamur Candida
albicans dan Aspergillus niger.
d.
Diameter
zona hambatan isolat J2 4 pada Vibrio
cholera adalah 10 mm, dan pada jamur Aspergillus
niger adalah 8mm dan tidak ada zona hambatan pada bakteri Bacillus subtilis, Salmonella Thyposa, Shigella
Disentri begitupun pada jamur Candida
albicans
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pengamatan dapat
disimpulkan bahwa :
a.
Isolat
bakteri dari sampel tanah Universitas Negeri Makassar yang paling efektif
menghambat pertumbuhan mikroba adalah isolate kode B1 4 dengan zona hambat
12,3mm
b.
Isolat
jamur dari sampel tanah Universitas Negeri Makassar yang paling efektif
menghambat pertumbuhan mikroba adalah isolate kode B1 4 dengan zona hambat
12,3mm
B. Saran
Sebaikya
alat di dalam laboratorium diperlengkap seperti timbangan analitik agar dalam
menimbang dapat diproleh data yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010.Mikrobiologi Farmasi Terapan.UMI:
Makassar.
Bibiana, W, Lay.,1994.Analisis Mikrobiologi di Laboratorium.PT.Raya Grafindo Persada:
Jakarta.
Ditjen
POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi
III. Depkes RI: Jakarta.
Djide
M, Natsir., dan Sartini.2008. Dasar-dasar
Mikrobiologi.Universitas Hasanuddin:Makassar.
Entjang,
Indan.2003.Mikrobiologi dan Parasitologi.PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.
Garitty, G,M., Bell, J, A.,
and Lilbum, T,G. 2004. Taxonomic Outline of The Prokaryotes
Bergey’s Sistematic Bacteriologi, 2th Edition. Springer New York Berlin
Hendelberg: United States of America.
Hugo.2004. Pharmaceutical Microbiology seventh edition.
Blackwell science: UK.
Pratiwi.
2007.Mikrobiologi
Farmasi. Universitas Gajah Mada:Yogyakarta.
Waluyo, lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikro Biologi.Penerbit UMM Press : Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar