Minggu, 03 Juni 2012

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP MITOSIS SEL TELUR BULU BABI (Tripneustes gratilla)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
          Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan diikuti proses invasi ke jaringan sekitar serta penyebarannya (metastasis) ke bagian tubuh yang lain. Sifat utama sel kanker ditandai dengan hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel kanker tersebut.
Setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang, dua pertiga dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Data Departemen Kesehatan menunjukkan jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 6 persen dari populasi.
Obat antikanker yang ideal akan membasmi sel kanker tanpa merugikan jaringan normal. Sampai sekarang ini belum banyak obat yang memenuhi kriteria tersebut. Usaha untuk mengobati penyakit kanker dengan obat tradisional semakin banyak dilakukan karena alasan biaya yang lebih murah, lebih mudah didapat, efek samping yang relatif kecil, dan dapat diramu sendiri.
Penelitian untuk mendapatkan obat anti kanker antara lain dilakukan dengan menggali senyawa-senyawa alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) semakin tinggi dengan lebih memilih menggunakan obat-obatan tradisional. Keanekaragaman hayati Indonesia sangat berpotensi dalam penemuan senyawa baru yang berkhasiat sebagai antikanker. Salah satunya tanaman yang digunakan adalah mengkudu. Manfaat mengkudu untuk terapi adalah sebagai anti kanker, antibakteri, antihipertensi dan sebagai antioksidan.
I.2 Maksud Percobaan
Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami efek toksik dan tingkat keamanan Ekstrak etanol Mengkudu sebagai obat antikanker dengan menggunakan hewan uji Bulu babi (Tripneustes gratilla Linn).
II.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan IC50 dan IC80 dari  Ekstrak etanol mengkudu dengan metode penghambatan mitosis sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn).
II.4 Prinsip Percobaan
Uji toksisitas sampel ekstrak etanol Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) dengan menggunakan metode antimitosis untuk mengetahui IC50 dan IC80 dari sampel yang mampu menghambat pembelahan sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan oleh kerusakan DNA dan menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel pada jaringan dan organ (Lodish, 2000).
Sel kanker timbul dari sel tubuh yang normal, tetapi mengalami transformasi atau perubahan menjadi ganas oleh bahan-bahan yang bersifat karsinogen (agen penyebab kanker) ataupun karena mutasi spontan. Transformasi sejumlah gen menjadi gen mutan disebut neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan jaringan abnormal yang terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia). Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang pada akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel (Lodish,2000).
Sel kanker mengganggu sel induk karena menyebabkan desakan akibat pertumbuhan tumor, penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetastasis, dan gangguan sistemik lain sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker (Nafrialdi,2007).
Agen penyebab kanker disebut karsinogen. Penyebab tunggal untuk terjadinya kanker hingga saat ini belum diketahui. Namun demikian, berdasarkan laporan berbagai penelitian dapat diketahui bahwa karsinogen digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu :
a.    Bahan kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk gugus elektrofilik yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara, yang kemudian dapat berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada protein, RNA dan DNA.
b.    Virus, contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti virus hepatitis B yang menyebabkan kanker hati.
c.    Radiasi, terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-370 nm berkaitan dengan terjadinya kanker kulit.
d.    Agen biologis, antara lain hormon estrogen yang membantu pembentukan kanker payudara dan kanker rahim.
Adapun siklus pembelahan sel terdiri atas (Sloane,2004):

1.    Interfase, dari fase G1, fase S, dan fase G2

a.    Pada fase G1 ( gap 1), sel secara metabolit sangat aktif. Semua komponen disintesis dan sel tumbuh dengan cepat. Dalam nukleus, setiap kromosom merupakan dobel heliks DNA tunggal  protein belum tereplikasi yang terikat dengan histon  dan protein kromosom lain. Sel yang tidak membelah pada umumnya tetap berada dalam fase G1 disepanjang rentang kehidupan.
b.    Pada fase S ( Sintesis ). Sintesis protein berlanjut dan DNA serta protein kromosom ( histon ) direplikasi. Setiap kromosom kemudian berisi dua dobel heliks DNA identik yang disebut kromatid yang menyatu pada sentromer.
c.    Fase G2 (gap 2) merupakan periode penting dalam metabolisme dan pertumbuhan sel sebelum mitosis.
-     Kromosom belum menebal dan masih dalam bentuk benang panjang.
-     Sentriol membelah, dan spidel mitosis, dihasilkan dari serat mikrotobulus sel, mulai terbetuk untuk persiapan pembelahan nuklear selanjutnya.
 
2.    Mitosis
terdiri dari penebalan kromosom serta sitokinesis, pembelahan aktual sitoplasma untuk membentuk dua sel anak. Meskipun pembelahan merupakan proses yang berkelanjutan, pembelahan dibagi menjadi empat subfase : profase, metafase, anafase, dan telofase.
a.    Profase
-      Kromosom menebal menjadi pilinan yang kuat dan besar, serta menjadi terlihat. Setiap kromosom berisi dua kromatid yang disatukan oleh sentromer. Kromatid akan menjadi kromosom dalam generasi sel berikutnya.
-      Pasangan sentriol berpisah dan mulai bergerak kesisi nukleus yang berlawanan, digerakkan dengan perpanjangan mikotubulus yang terbentuk diantara sentriol. Setelah sampai disisi nukleus, sentriol membentuk benang spidel mitosis polar.
-      Nukleolus melebur dan membran nuklear menghilang. Sehingga memungkinkan spindel memasuki nukleus. Mikrotubulus pendek yang muncul dari kinetochore, struktur pada sentromer, sekarang dapat berinteraksi dengan benangspindel polar, menyebabkan kromosom bergerak dengan cepat.
-      Mikrotubulus lain menyebar keluar sentriol untuk membentuk aster.
b.    Metafase
-      Kromosom ( pasangan kromatid ) berbaris pada bidang metafase atau  bidang ekuator sel, disebut demikian karena posisinya bersilangan dari satu sisi kesisi lainnya pada spindel.
-      Sentromer pada semua kromosom daling berikatan.
-      Kinetochore memisah dan kromatid bergerak menjauh.
c.    Anafase
-      Akibat perubahan panjang mikrotubulus di tempat perlekatannya, pasangan kromatid ( sekarang dianggap sebagai satu  kromosom ) bergerak dari bidang ekuator kesetiap kutub.
-      Akhir anafase ditandai dengan adanya dua set kromosom lengkap yang berkumpul pada kutub sel. Organel sitoplasma, yang sebelumnya telah bereplikasi, juga tersebar merata dikedua kutub.
d.    Telofase
-        Dua nuklei kembali terbentuk disekitar kromosom. Kromosom kemudian terurai dan melebur. Membran nuklear dan nukleolus terbentuk kembali.
-        Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma. Alur pembelahan yang berada tepat dipertengahan antara kedua masa kromosom, mulai membelah sitoplasma, berlanjut disekitar sel dan membelah sel tersebut menjadi dua sel yang terpisah.
Mitosis hanya merupakan satu bagian dari siklus sel. Sebenarnya fase mitotik (M), yang mencakup mitosis dan sitokinesis, biasanya merupakan bagian tersingkat dari siklus sel tersebut. Pembelahan sel miotik yang berurutan bergantian interfase yang jauh lebih lama, yang seringkali meliputi 90% dari siklus ini. Selama interfase inilah sel tumbuh dan menyalin kromosom dalam persiapan untuk pembelahan sel. Interfase dapat dibagi menjadi subfase : fase G1 (”gap pertama”), fase S, dan fase G2 (“gap kedua”). Selama  ketiga  subfase ini sel tumbuh dengan menghasilkan protein  dan organel   dalam  sitoplasma. Kromosom   diduplikasi hanya  selama  fase S (S singkatan untuk sintesa DNA). Dengan demikian, suatu sel tumbuh (G1), terus tumbuh begitu sel tersebut sudah menyalin kromosomnya (S), dan tumbuh lagi sampai sel tersebut menyelesaikan persiapannya untuk pembelahan sel (G2), dan membelah (M). Sel anak kemudian dapat mengulangi siklus ini (Campbell, 1999).
Dalam beberapa hal, sel kanker mirip sel embrio misalnya dari proses pembelahan sel. Pada pembelahan mitosis sama sama memulai pada periode tumbuh (G1), kemudian fase S ( sintesa DNA) lalu ke fase tumbuh kedua (G2) sebelum terjadi mitosis berikutnya. Hal ini, bahwa sel kanker sebagaimana sel dideferesnsiasi ialah sel kanker sering memperlihatkan protein yang khas juga terdapat pada perkembangan sel normal alfa fetoprotein (AFP) dan antigen karsinoembrio (CFA) (Kimball, 1983).
            Mekanisme kerja obat antikanker berdasarkan penggolongannya (mycek,2001):
a.    Antimetabolit
Antimetabolit adalah persenyawaan yang mempunyai struktur hampir sama dengan substrat suatu enzim, sehingga antimetabolit itu dapat bereaksi dengan enzim tersebut. Kompleks enzim-antimetabolit itu menyebabkan enzim tidak menjalankan fungsinya yang normal. Antimetabolit itu disebut juga sebagai antagonis metabolik. Antimetabolit yang dipakai sebagai obat kanker adalah antimetabolit yang menghambat pekerjaan enzim-enzim yang mempunyai peranan dalam pembentukan (biosintesa) DNA dan RNA. Dengan demikian sel itu tidak dapat berkembang biak dan berfungsi normal, sehingga sel-sel itu akhirnya mati. Diantara antimetabolit yang dipakai adalah: 6-mercaptopurine, 6-thioguanine, metrotraxate, 5-fluorouracil, hydroxyurea dan arabinosylcytosine.
b.    Antibiotika
Antibiotika ialah persenyawaan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau sel. Caranya ialah dengan mengikat kepada DNA, sehingga DNA itu tidak dapatberfungsi untuk membuat RNA. Tanpa produksi RNA, maka sintesa protein/enzim tidak dapat terjadi. Antibiotika yang dipakai sebagai obat kanker diantaranya ialah: adriamycin, dactinomycin, daunorubicin, mythramycin dan bleomycin.
c.    Persenyawaan steroid
Pemberian hormon steroid dalam dosis yang tidak fisiologis menimbulkan ketidak-seimbangan hormonhormon didalam badan. Ternyata hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel kanker. dalam jaringanjaringan yang peka kepada hormon. Mekanisme kerja hormon itu uniuk mempengaruhi pertumbuhan selsel belumlah jelas . Ada yang berpendapat bahwa pengaruh hormon itu pada membran sel yang mempunyai receptor-receptor untuk stimulasi pertumbuhan. Hormon-hormon yang dipakai dalam pengobatan kanker ialah: androgen (testosteron propionat, fluoxymesterone), estrogen (diethylstilbestrol, ethynil estradiol), progestin (hydroxyprogesteron caproate, 6-methylhydroxyprogesteron), persenyawaan adrenal cortex (cortisone acetate, prednisone, dexamethasone, methylprednisolone, hydrocortisone).
d.    Zat Pengalkil (alkylating agents)
Zat pengalkil mempunyai gugus alkil yang dapat menggantikan tempat atom H pada suatu molekul atau gugus alkil itu dapat ditambahkan kepada suatu atom dalam keadaan valensi rendah misalnya amine tertiair dengan gugus alkil menjadi amine quartenair. Bila zat pengalkil itu bereaksi dengan DNA, maka struktur DNA itu akan berubah, sehingga fungsinya akan terganggu. lnilah dasar kerja biokimia dari zat-zat pengalkil yang dipakai sebagai obat kanker. Diantaranya adalah: Methylbis (β – chlorethyl) Amine HCI (Mustargen), Chlorambucil (Leukeran), Melphalan (Alkeran), Cyclophosphamide (Endoxan, Cytoxan), Triethylenethiophosphamide (TSPA, Thio-TEPA) dan Bussulfan (Myleran).
e.    Inhibitor Mikrotubulus
Gelendong mitotik merupakan bagian tulang rangka intraseluler yang lebih besar (sitoskeleton) yang perlu untuk gerakan internal dalam sitoplasma sel-sel eukariotik. Gelendong ini terdiri dari kromatin dan suatu sistim mikrotubulus dari tubulin protein. Gelendong mitotik perlu untuk pembelahan DNA menjadi dua sel anak yang dibentuk ketika sel eukariotik membelah.
Uji sitotoksik adalah uji toksisitas secara in vitro menggunakan kultur sel yang digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antineoplastik dari suatu senyawa. Penggunaan uji sitotoksisitas pada kultur sel merupakan salah satu cara penetapan in vitro untuk mendapatkan obat-obat sitotoksik. Sistem ini merupakan uji kuantitatif dengan cara menetepkan kematian sel (Freshney, 1987).
Parameter yang digunakan untuk uji sitotoksik yaitu nilai IC50. Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel sebesar 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai ini merupakan patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel. Nilai IC50 dapat menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitotoksik. Semakin besar harga IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik. Akhir dari uji sitotoksisitas pada organ target memberikan informasi langsung tentang perubahan yang terjadi pada fungsi sel secara spesifik (Djajanegara dan Wahyudi,2009).
Dua metode umum yang digunakan untuk uji sitotoksik adalah metode perhitungan langsung (direct counting) dengan menggunakan biru tripan (trypan blue) dan metode MTT assay. Uji MTT assay merupakan salah satu metode yang digunakan dalam uji sitotoksik. Metode ini merupakan metode kolorimetrik, dimana pereaksi MTT ini merupakan garam tetrazolium yang dapat dipecah
menjadi kristal formazan oleh sistem suksinat tetrazolium reduktase
yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup. Kristal formazan ini memberi warna ungu yang dapat dibaca absorbansinya dengan menggunakan ELISA reader (Junedy, 2005).
Uji sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter nilai IC50. Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan penghambatan proliferasi sel sebesar 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai ini merupakan patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel (Meiyanto dkk , 2003).
II.2 Uraian Bahan
Komposisi :
Air 96,5 %
Garam 3,5 %
             Dalam 3,5 garam mengandung :
a. Senyawa klorida 55 % wt
b. Senyawa sulfat 7,7 %  wt
c. Sodium 30,6 % wt
d. Calsium 1,2 % wt
e. Potassium 1,1 % wt
f. Magnesium 3,7 % wt
g. Lain-lain 0,7 % wt
2.    Air Suling (Ditjen POM,1979)
Nama resmi           :    Aqua destillata
Sinonim                 :    Air suling, aquadest
RM/BM                  :    H2O / 18,02
Rumus bangun       :    H-O-H
Pemerian               : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan         :    Dalam wadah tertrutup baik.
               Kegunaan               :   Sebagai pelarut
3.    Etanol (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi     : AETHANOLUM
Nama Lain        : Etanol, etil alkohol
Rumus molekul  : CH5OH
Pemerian          : Cairan tidak berwarna, jernih, dan mudah menguap, bau khas, rasa panas mudah terbakar dan memberikan nyala biru.
Kelarutan         : Sangat mudah larut dalam air, dan eter serta dalam kloroform.
                            Penyimpanan    : dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
    Kegunaan          : Sebagai Pelarut
4.    KCl (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi       :  KALII CHLORIDUM
Nama lain         :  Kalium klorida
RM/BM             :  KCl / 74,55
Pemerian          : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma                   : Tidak berwarna atau serbuk butir putih; tidak berbau                   :  rasa asin, mantap di udara.
Kelarutan         :  Larut dalam 3 bagian air; sangat mudah larut dalam air mendidih; praktis tidak larut dalam etanol mutlak P dan dalam eter P.
Penyimpanan    :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan          :  Sebagai penginduksi
II.3 Uraian Obat
Nama obat             :  Vinkristin
Golongan               :  Inhibitor  mikrotubulus
Indikasi                  : Leukemia limfoblastik akut dan leukemia sel induk (stem cell); limfoma malignum (penyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin dan limfoma Burkitt) dan neoplasma pada anak (neuroblastoma, rabdomiosrkoma, tumor Wilms, sarcoma Ewing dan retinoblastoma).
Farmakokinetik       : Suntikan intravena vincristin dan vinblastin akan memberikan efek sitotoksik cepat dan menyebabkan kerusakan sel. Hal ini akan menimbulkan hiperurisemia karena oksidasi purin menjadi asam urat. Hiperurisemia akan lebih jelek dengan pemberian inhibitor xantin oksidase, alopurinol. Obat-obat akan menumpuk dan dimetabolisme dalam hati dan dikeluarkan melalui empedu dan feses. Dosis perlu mendapatkan perubahan pada pasien dengan gangguan fungsi hati atau obstruksi empedu (Mycek, 2001).
Efek samping          : Hilangnya refleks tendon Achilles merupakan tanpa pertama neuropati. Manifestasi lebih berat termasuk parestesia berat, hilangnya refleks tendon yang dalam, ataksia, foot drop, slapping gait, dan meyusutnya otot (Ganiswarna, 1995).
II.4 Uraian Tanaman     
II.4.1 Ekstrak Mengkudu (www.plantamor.com)
                 Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta
Super Divisi     : Spermatophyta
Divisi              : Magnoliophyta
Kelas              : Magnoliopsida
Sub Kelas        : Asteridae
   Ordo              : Rubiales
   Famili             : Rubiaceae
   Genus             : Morinda
   Spesies           : Morinda citrifolia L.
      II.4.2 Morfologi Mengkudu (www.wikipedia.com)
                       Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tidak berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada. Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segitiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A. Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum. Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik.
II.4.3 Kandungan Kimia dan Kegunaan (www.wikipedia.com)
-      Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll.
-      Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.
-      Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.
-      Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi.
-      Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.
-      Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapt di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
II.4  Uraian Hewan Coba
         II.4.1 Klasifikasi hewan coba (Jasin, 1992)
Filum           :        Echinodermata
Subfilum      :        Eautherozoa
Class           :        Echinoideata
Sub class     :        Echinodea
Suku           :        Echinaceae
Marga         :        Tripneustes
Spesies       :        Tripneustes gratilla Linn.
II.4.2 Karakteristik hewan coba (Jasin, 1992)
Echinodea atau bulu babi tubuhnya dipenuhi duri tajam durk yang tersusun oleh zat kapur. Jenis hewan ini biasanya hidup di selah-selah pasir atau bebatuan, sekitar pantai/ didasar laut. Tubuhnya tanpa lengan,hampir bulat atau gepeng. Bulu babi merupakan salah satu jenis komoditas perairan yang gonadnya dimanfaatkan sumber pangan potensial. Buluu babi termasuk fiul Echidermata, bentuk dasar tubuh segi lima, mempunyai lima pasang garis tabug dan duri ranjang yang dapat digerakkan. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempeng-lempeng satu sama lain.
II.5   Prosedur kerja (Anonim, 2012)
1.      Pemilihan Hewan Coba
Hewan uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah bulu babi dari jenis Tripneustes gratilla Linn yang dewasa dan diameter 7-9 cm. bulu babi dipelihara dalam aquarium yang berisi air laut bersih yang dilengkapi dengan aerator dan diadaptasi 24 jam.
2.      Penyiapan dan Pembuatan Bahan
a.   Pembuatan Larutan KCl 10 %
Sebanyak 10 gr KCl dimasukkan dalam labu ukur 100 ml kemudian ditambahkan air suling sedikit demi sedikit, sambil dikocok dan dicukupkan volumenya hingga 100 ml.
b.   Penyiapan Air Laut Bersih Untuk Media
Air aut bersih yang akan digunakan sebagai air media dan untuk membersihkan hewan uji disiapkan dengan cara menyaring air laut dengan menggunakan filter bakteri sehingga bebas dari protozoa.
c.    Pembuatan Sediaan Uji
Larutan uji di buat dalam 3 seri konsentrasi yaitu 10 µg/ml, 100 µg/ml dan 1000 µg/ml dengan menambahkan larutan air.
a)   Penyiapan Sel Telur dan Sperma Bulu Babi
Bulu babi jantan dan bulu babi betina diinduksi menyuntikkan 5 ml KCl 10 %  ke    dalam bagian gonad. Sperma yang berwarna putih susu dan sel telur yang berwarna kuning keemasan ditampung pada gelas kimia yang berbeda. Setelah itu dimasukkan kedalam lemari pendingin. Fertilisasi dilakukan dengan cara 1 ml sperma dan 4 ml sel telur diletakkan dalam gelas kimia yang berisi 10 ml air laut bebas protozoa.
b)   Penyiapan Sampel dan Pelaksanaan  Uji
Masing-masing ditimbang sebanyak 10 mg kemudian disuspensikan dengan air sebanyak 10 ml sehingga diperoleh konsentrasi 1000 µg/ml sebagai stok. Kemudian dari stok dipipet 1, 10, 100 µl kedalam tabung efendrof yang masing-masing telah berisi air laut bebas protozoa lalu ditambahkan zigot yang diperoleh selama 110 menit, terjadinya filtrasi selama 100 µl untuk mendapatkan konsentrasi 1, 10 dan 100 µg/ml. Kontrol negative dibuat 2 jenis yaitu control air laut dan kontrol menggunakan Na.CMC konsentrasi 100 µg/ml. Kontrol positif menggunakan vinkristin dengan konsentrasi 0,01 µg/ml, 0,1 µg/ml dan 1 µg/ml. dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk tiap sampel dan kontrol. Selanjutnya disimpan pada suhu 15-20oC dengan diselingi pengocokan. Pengamatan sel yang membelah dilakukan setelah 2 jam inkubasi dengan menghitung jumlah sel yang terlambat pembelahannya dan akan dihitung sebagai IC 50.
d.   Pematangan Sel
Pematangan dilakukan terhadap sel telur dan sperma hewan coba bulu babi yang telah difertilisasi dibawah mikroskop pada jam pertama, ke dua, keempat dan kedelapan, lalu dihitung jumlah sel yang terlambat pembelahannya.


BAB V
PEMBAHASAN
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Uji sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter IC50. Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliperasi sel 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai ini merupakan patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel. Nilai IC50 yang menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitostatik. Semakin besar harga IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik dan semakin toksik suatu senyawa, akan semakin berpotensi sebagai antimitosis terhadap sel kanker.
Hewan uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah bulu babi dari jenis Tripneustes gratilla linn yang dewasa dan diameter 7-9 cm. bulu babi dipelihara dalam aquarium yang berisi air laut bersih yang dilengkapi dengan aerator dan diadaptasi 24 jam.
Dalam percobaan kali ini digunakan tiga variasi konsentrasi yang berbeda masing-masing konsentrasi 10, 100, dan 1000 µg/ml untuk  mengetahui uji sitotoksik dengan metode penghambatan mitosis sel telur bulu babi (Tripeneustes gratilla Linn) yang ditimbulkan masing-masing konsentrasi tersebut. Setelah itu, untuk  melihat pada  konsentrasi berapakah bulu babi mengalami IC50. digunakan ekstrak etanol mengkudu karena tanaman tersebut memiliki khasiat sebagai obat antikanker.
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol mengkudu untuk menghambat 50% pembelahan sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) adalah 9,418 µg/ml dan untuk menghambat 80% pembelahan sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) adalah 116,145µg/ml.


BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi untuk menghambat 50% mitosis sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) adalah 9,418 µg/ml dan konsentrasi untuk menghambat 80% mitosis sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) adalah 116,145 µg/ml.
VI.2 Saran
Sebaiknya asisten memberikan alasan yang jelas tentang pembatalan laporan.


DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.

Freshney, R. I.1987.Animal cell Culture, A practical approach ed. 1st.  IRL
Press : Washington DC.

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. FK-UI: Jakarta.

http://1tahitiannoni.com/kandungan-zat-zat-aktif-dalam-mengkudu/ di akses pada tanggal 30 mei pukul 22.47 WITA.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mengkudu di akses pada tanggal 30 Mei 2012 pukul 22.11 WITA.

Jasin, Maskuri.1992. Zoologi Vertebrata.Sriwijaya:Surabaya.
Lodish, H dkk. 2004. Molecular Cell Biology, 5th ed. WH Freeman:New York.

Meiyanto, E., Sismindari, Candra, & Moerdiani, 2003, Efek AntiProliferatif
Ekstrak Etanol Daun dan Kulit Batang Tanaman Cangkring (Erithryma fusca L) terhadap Sel Hela, 14, Majalah Farmasi Indonesia.

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika: Jakarta.

Nafrialdi, S. Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi ke-5. Gaya Baru : Jakarta.

Tim Penyusun. 2011.Penuntun Praktikum Isolasi Senyawa Bioaktif. Fakultas Farmasi Unhas : Makassar.

Tim Penyusun. 2012. Penuntun Farmakologi dan Toksikologi III. Fakultas farmasi UMI: Makassar.

Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting. Gramedia: Jakarta.

www.plantamor.com/index.php?plant=865 diakses tanggal 31 mei 2012, pukul 22.04 WITA.

1 komentar:

  1. Why viewers still make use of to read news papers
    when in this technological world the whole thing is existing on net?
    Also see my web page - Hainan Airlines

    BalasHapus