BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kanker
merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan diikuti proses invasi ke
jaringan sekitar serta penyebarannya (metastasis) ke bagian tubuh yang lain.
Sifat utama sel kanker ditandai dengan hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan
sel kanker tersebut.
Setiap
tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang, dua pertiga
dari penderita kanker di dunia berada di negara-negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia. Data Departemen Kesehatan menunjukkan jumlah penderita
kanker di Indonesia mencapai 6 persen dari populasi.
Obat
antikanker yang ideal akan membasmi sel kanker tanpa merugikan jaringan normal.
Sampai sekarang ini belum banyak obat yang memenuhi kriteria tersebut. Usaha
untuk mengobati penyakit kanker dengan obat tradisional semakin banyak
dilakukan karena alasan biaya yang lebih murah, lebih mudah didapat, efek
samping yang relatif kecil, dan dapat diramu sendiri.
Penelitian untuk mendapatkan obat anti
kanker antara lain dilakukan dengan menggali senyawa-senyawa alam yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan masyarakat untuk
kembali ke alam (back to nature) semakin tinggi dengan lebih memilih
menggunakan obat-obatan tradisional. Keanekaragaman hayati Indonesia sangat
berpotensi dalam penemuan senyawa baru yang berkhasiat sebagai antikanker.
Salah satunya tanaman yang digunakan adalah mengkudu. Manfaat mengkudu untuk
terapi adalah sebagai anti kanker, antibakteri, antihipertensi dan sebagai
antioksidan.
I.2 Maksud Percobaan
Maksud dari Percobaan ini adalah untuk
mengetahui dan memahami efek toksik dan tingkat keamanan Ekstrak etanol Mengkudu
sebagai obat antikanker dengan menggunakan hewan uji Bulu babi (Tripneustes gratilla Linn).
II.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
menentukan IC50 dan IC80 dari Ekstrak etanol mengkudu dengan metode penghambatan
mitosis sel telur bulu babi (Tripneustes
gratilla Linn).
II.4 Prinsip Percobaan
Uji toksisitas sampel ekstrak etanol
Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) dengan
menggunakan metode antimitosis untuk mengetahui IC50 dan IC80
dari sampel yang mampu menghambat pembelahan sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Kanker adalah
segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali
dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan oleh kerusakan DNA dan menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembelahan sel pada jaringan dan organ (Lodish, 2000).
Sel kanker
timbul dari sel tubuh yang normal, tetapi mengalami transformasi atau perubahan
menjadi ganas oleh bahan-bahan yang bersifat karsinogen (agen penyebab kanker)
ataupun karena mutasi spontan. Transformasi sejumlah gen menjadi gen mutan
disebut neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan jaringan abnormal yang
terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia). Sel
neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang
pada akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel (Lodish,2000).
Sel kanker
mengganggu sel induk karena menyebabkan desakan akibat pertumbuhan tumor,
penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetastasis, dan gangguan
sistemik lain sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker (Nafrialdi,2007).
Agen penyebab
kanker disebut karsinogen. Penyebab tunggal untuk terjadinya kanker hingga saat
ini belum diketahui. Namun demikian, berdasarkan laporan berbagai penelitian
dapat diketahui bahwa karsinogen digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu :
a.
Bahan
kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk gugus elektrofilik
yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara, yang kemudian dapat
berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada protein, RNA dan DNA.
b.
Virus,
contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti virus hepatitis B yang
menyebabkan kanker hati.
c.
Radiasi,
terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-370 nm berkaitan
dengan terjadinya kanker kulit.
d.
Agen
biologis, antara lain hormon estrogen yang membantu pembentukan kanker payudara
dan kanker rahim.
Adapun siklus
pembelahan sel terdiri atas (Sloane,2004):
1. Interfase, dari fase G1, fase S, dan fase G2
a. Pada fase
G1 ( gap 1), sel secara metabolit sangat aktif. Semua komponen disintesis dan
sel tumbuh dengan cepat. Dalam nukleus, setiap kromosom merupakan dobel heliks
DNA tunggal protein belum tereplikasi
yang terikat dengan histon dan protein
kromosom lain. Sel yang tidak membelah pada umumnya tetap berada dalam fase G1
disepanjang rentang kehidupan.
b. Pada fase S
( Sintesis ). Sintesis protein berlanjut dan DNA serta protein kromosom (
histon ) direplikasi. Setiap kromosom kemudian berisi dua dobel heliks DNA
identik yang disebut kromatid yang menyatu pada sentromer.
c. Fase G2
(gap 2) merupakan periode penting dalam metabolisme dan pertumbuhan sel sebelum
mitosis.
- Kromosom
belum menebal dan masih dalam bentuk benang panjang.
- Sentriol
membelah, dan spidel mitosis, dihasilkan dari serat mikrotobulus sel, mulai
terbetuk untuk persiapan pembelahan nuklear selanjutnya.
2. Mitosis
terdiri dari penebalan kromosom serta sitokinesis,
pembelahan aktual sitoplasma untuk membentuk dua sel anak. Meskipun pembelahan
merupakan proses yang berkelanjutan, pembelahan dibagi menjadi empat subfase :
profase, metafase, anafase, dan telofase.
a. Profase
-
Kromosom menebal menjadi pilinan yang kuat dan besar,
serta menjadi terlihat. Setiap kromosom berisi dua kromatid yang disatukan oleh
sentromer. Kromatid akan menjadi kromosom dalam generasi sel berikutnya.
-
Pasangan sentriol berpisah dan mulai bergerak kesisi
nukleus yang berlawanan, digerakkan dengan perpanjangan mikotubulus yang
terbentuk diantara sentriol. Setelah sampai disisi nukleus, sentriol membentuk
benang spidel mitosis polar.
-
Nukleolus melebur dan membran nuklear menghilang.
Sehingga memungkinkan spindel memasuki nukleus. Mikrotubulus pendek yang muncul
dari kinetochore, struktur pada sentromer, sekarang dapat berinteraksi dengan
benangspindel polar, menyebabkan kromosom bergerak dengan cepat.
-
Mikrotubulus lain menyebar keluar sentriol untuk
membentuk aster.
b. Metafase
-
Kromosom ( pasangan kromatid ) berbaris pada bidang
metafase atau bidang ekuator sel,
disebut demikian karena posisinya bersilangan dari satu sisi kesisi lainnya
pada spindel.
-
Sentromer pada semua kromosom daling berikatan.
-
Kinetochore memisah dan kromatid bergerak menjauh.
c. Anafase
-
Akibat perubahan panjang mikrotubulus di tempat
perlekatannya, pasangan kromatid ( sekarang dianggap sebagai satu kromosom ) bergerak dari bidang ekuator
kesetiap kutub.
-
Akhir anafase ditandai dengan adanya dua set kromosom
lengkap yang berkumpul pada kutub sel. Organel sitoplasma, yang sebelumnya
telah bereplikasi, juga tersebar merata dikedua kutub.
d. Telofase
-
Dua nuklei kembali terbentuk disekitar kromosom.
Kromosom kemudian terurai dan melebur. Membran nuklear dan nukleolus terbentuk
kembali.
-
Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma. Alur
pembelahan yang berada tepat dipertengahan antara kedua masa kromosom, mulai
membelah sitoplasma, berlanjut disekitar sel dan membelah sel tersebut menjadi
dua sel yang terpisah.
Mitosis hanya merupakan satu bagian dari siklus sel.
Sebenarnya fase mitotik (M), yang mencakup mitosis dan sitokinesis, biasanya
merupakan bagian tersingkat dari siklus sel tersebut. Pembelahan sel miotik
yang berurutan bergantian interfase yang jauh lebih lama, yang seringkali
meliputi 90% dari siklus ini. Selama interfase inilah sel tumbuh dan menyalin
kromosom dalam persiapan untuk pembelahan sel. Interfase dapat dibagi menjadi
subfase : fase G1 (”gap pertama”), fase S, dan fase G2 (“gap
kedua”). Selama ketiga subfase ini sel tumbuh dengan menghasilkan
protein dan organel dalam
sitoplasma. Kromosom diduplikasi
hanya selama fase S (S singkatan untuk sintesa DNA).
Dengan demikian, suatu sel tumbuh (G1), terus tumbuh begitu sel
tersebut sudah menyalin kromosomnya (S), dan tumbuh lagi sampai sel tersebut
menyelesaikan persiapannya untuk pembelahan sel (G2), dan membelah
(M). Sel anak kemudian dapat mengulangi siklus ini (Campbell, 1999).
Dalam beberapa hal, sel kanker mirip sel embrio
misalnya dari proses pembelahan sel. Pada pembelahan mitosis sama sama memulai
pada periode tumbuh (G1), kemudian fase S ( sintesa DNA) lalu ke
fase tumbuh kedua (G2) sebelum terjadi mitosis berikutnya. Hal ini,
bahwa sel kanker sebagaimana sel dideferesnsiasi ialah sel kanker sering
memperlihatkan protein yang khas juga terdapat pada perkembangan sel normal
alfa fetoprotein (AFP) dan antigen karsinoembrio (CFA) (Kimball, 1983).
Mekanisme kerja obat antikanker
berdasarkan penggolongannya (mycek,2001):
a. Antimetabolit
Antimetabolit adalah persenyawaan yang mempunyai
struktur hampir sama dengan substrat suatu enzim, sehingga antimetabolit itu
dapat bereaksi dengan enzim tersebut. Kompleks enzim-antimetabolit itu
menyebabkan enzim tidak menjalankan fungsinya yang normal. Antimetabolit itu
disebut juga sebagai antagonis metabolik. Antimetabolit yang dipakai sebagai
obat kanker adalah antimetabolit yang menghambat pekerjaan enzim-enzim yang
mempunyai peranan dalam pembentukan (biosintesa) DNA dan RNA. Dengan demikian
sel itu tidak dapat berkembang biak dan berfungsi normal, sehingga sel-sel itu
akhirnya mati. Diantara antimetabolit yang dipakai adalah: 6-mercaptopurine,
6-thioguanine, metrotraxate, 5-fluorouracil, hydroxyurea dan arabinosylcytosine.
b. Antibiotika
Antibiotika ialah persenyawaan yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme atau sel. Caranya ialah dengan mengikat kepada DNA,
sehingga DNA itu tidak dapatberfungsi untuk membuat RNA. Tanpa produksi RNA,
maka sintesa protein/enzim tidak dapat terjadi. Antibiotika yang dipakai
sebagai obat kanker diantaranya ialah: adriamycin, dactinomycin, daunorubicin,
mythramycin dan bleomycin.
c. Persenyawaan steroid
Pemberian hormon steroid dalam dosis yang tidak
fisiologis menimbulkan ketidak-seimbangan hormonhormon didalam badan. Ternyata
hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel kanker. dalam jaringanjaringan
yang peka kepada hormon. Mekanisme kerja hormon itu uniuk mempengaruhi
pertumbuhan selsel belumlah jelas . Ada yang berpendapat bahwa pengaruh hormon
itu pada membran sel yang mempunyai receptor-receptor untuk stimulasi
pertumbuhan. Hormon-hormon yang dipakai dalam pengobatan kanker ialah: androgen
(testosteron propionat, fluoxymesterone), estrogen (diethylstilbestrol, ethynil
estradiol), progestin (hydroxyprogesteron caproate,
6-methylhydroxyprogesteron), persenyawaan adrenal cortex (cortisone acetate,
prednisone, dexamethasone, methylprednisolone, hydrocortisone).
d. Zat Pengalkil (alkylating agents)
Zat pengalkil mempunyai gugus alkil yang dapat
menggantikan tempat atom H pada suatu molekul atau gugus alkil itu dapat
ditambahkan kepada suatu atom dalam keadaan valensi rendah misalnya amine
tertiair dengan gugus alkil menjadi amine quartenair. Bila zat pengalkil itu
bereaksi dengan DNA, maka struktur DNA itu akan berubah, sehingga fungsinya
akan terganggu. lnilah dasar kerja biokimia dari zat-zat pengalkil yang dipakai
sebagai obat kanker. Diantaranya adalah: Methylbis (β – chlorethyl) Amine HCI
(Mustargen), Chlorambucil (Leukeran), Melphalan (Alkeran), Cyclophosphamide
(Endoxan, Cytoxan), Triethylenethiophosphamide (TSPA, Thio-TEPA) dan Bussulfan
(Myleran).
e. Inhibitor Mikrotubulus
Gelendong mitotik merupakan bagian tulang rangka
intraseluler yang lebih besar (sitoskeleton) yang perlu untuk gerakan internal
dalam sitoplasma sel-sel eukariotik. Gelendong ini terdiri dari kromatin dan
suatu sistim mikrotubulus dari tubulin protein. Gelendong mitotik perlu untuk
pembelahan DNA menjadi dua sel anak yang dibentuk ketika sel eukariotik
membelah.
Uji
sitotoksik adalah uji toksisitas secara in vitro menggunakan kultur sel
yang digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antineoplastik dari suatu
senyawa. Penggunaan uji sitotoksisitas pada kultur sel merupakan salah satu
cara penetapan in vitro untuk mendapatkan obat-obat sitotoksik. Sistem
ini merupakan uji kuantitatif dengan cara menetepkan kematian sel (Freshney,
1987).
Parameter
yang digunakan untuk uji sitotoksik yaitu nilai IC50. Nilai IC50
menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi
sel sebesar 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai
ini merupakan patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel. Nilai IC50 dapat
menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitotoksik. Semakin besar harga IC50 maka senyawa
tersebut semakin tidak toksik. Akhir dari uji sitotoksisitas pada organ target
memberikan informasi langsung tentang perubahan yang terjadi pada fungsi sel
secara spesifik (Djajanegara dan Wahyudi,2009).
Dua
metode umum yang digunakan untuk uji sitotoksik adalah metode perhitungan
langsung (direct counting) dengan menggunakan biru tripan (trypan blue)
dan metode MTT assay. Uji MTT assay merupakan salah satu metode
yang digunakan dalam uji sitotoksik. Metode ini merupakan metode kolorimetrik, dimana
pereaksi MTT ini merupakan garam tetrazolium yang dapat dipecah
menjadi kristal
formazan oleh sistem suksinat tetrazolium reduktase
yang terdapat dalam
jalur respirasi sel pada mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup.
Kristal formazan ini memberi warna ungu yang dapat dibaca absorbansinya dengan
menggunakan ELISA reader (Junedy, 2005).
Uji
sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter nilai IC50. Nilai IC50
menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan penghambatan
proliferasi sel sebesar 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu
senyawa terhadap sel. Nilai ini merupakan patokan untuk melakukan uji
pengamatan kinetika sel (Meiyanto dkk , 2003).
II.2 Uraian Bahan
1. Air
laut (http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com)
Komposisi
:
Air
96,5 %
Garam
3,5 %
Dalam 3,5 garam mengandung :
a.
Senyawa klorida 55 % wt
b.
Senyawa sulfat 7,7 % wt
c.
Sodium 30,6 % wt
d.
Calsium 1,2 % wt
e.
Potassium 1,1 % wt
f.
Magnesium 3,7 % wt
g.
Lain-lain 0,7 % wt
2. Air
Suling (Ditjen POM,1979)
Nama
resmi : Aqua destillata
Sinonim : Air suling, aquadest
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus
bangun : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna;
tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan :
Sebagai pelarut
3. Etanol
(Ditjen POM, 1979)
Nama
Resmi : AETHANOLUM
Nama
Lain : Etanol, etil alkohol
Rumus molekul : CH5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, dan
mudah menguap, bau khas, rasa panas mudah terbakar dan memberikan nyala biru.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan
eter serta dalam kloroform.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
Kegunaan : Sebagai Pelarut
4.
KCl (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi :
KALII CHLORIDUM
Nama lain :
Kalium klorida
RM/BM :
KCl / 74,55
Pemerian : Hablur berbentuk kubus atau
berbentuk prisma : Tidak
berwarna atau serbuk butir putih; tidak berbau :
rasa asin, mantap di udara.
Kelarutan :
Larut dalam 3 bagian air; sangat mudah larut dalam air mendidih; praktis
tidak larut dalam etanol mutlak P dan dalam eter P.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai
penginduksi
II.3 Uraian Obat
Nama obat : Vinkristin
Golongan : Inhibitor mikrotubulus
Indikasi :
Leukemia limfoblastik akut dan leukemia sel induk (stem cell); limfoma malignum
(penyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin dan limfoma Burkitt) dan neoplasma pada
anak (neuroblastoma, rabdomiosrkoma, tumor Wilms, sarcoma Ewing dan
retinoblastoma).
Farmakokinetik :
Suntikan intravena vincristin dan vinblastin akan
memberikan efek sitotoksik cepat dan menyebabkan kerusakan sel. Hal ini akan
menimbulkan hiperurisemia karena oksidasi purin menjadi asam urat. Hiperurisemia
akan lebih jelek dengan pemberian inhibitor xantin oksidase, alopurinol.
Obat-obat akan menumpuk dan dimetabolisme dalam hati dan dikeluarkan melalui
empedu dan feses. Dosis perlu mendapatkan perubahan pada pasien dengan gangguan
fungsi hati atau obstruksi empedu (Mycek, 2001).
Efek samping :
Hilangnya refleks tendon Achilles merupakan tanpa pertama neuropati.
Manifestasi lebih berat termasuk parestesia berat, hilangnya refleks tendon
yang dalam, ataksia, foot drop, slapping gait, dan meyusutnya otot (Ganiswarna,
1995).
II.4 Uraian Tanaman
II.4.1 Ekstrak Mengkudu
(www.plantamor.com)
Kingdom :
Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Sub Kelas :
Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
II.4.2 Morfologi Mengkudu
(www.wikipedia.com)
Pohon
mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok,
berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit
batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal,
tidak berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang
tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan
untuk penopang tanaman lada. Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan.
Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran
15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk
pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun
pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk
segitiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi
karena banyak mengandung vitamin A. Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat,
bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan
daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih,
berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di
mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak
berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum. Kelopak bunga tumbuh menjadi
buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm.
Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang
berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak
menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak.
Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat
merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya
seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan
asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap,
menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat
yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai
antibiotik.
II.4.3 Kandungan Kimia dan
Kegunaan (www.wikipedia.com)
- Zat nutrisi: secara keseluruhan
mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan
tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah
cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat
pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang
terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine,
sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens,
phenylalanine, magnesium, dll.
- Terpenoid. Zat ini membantu dalam
proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.
- Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang
terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab
infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus
aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga
dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S
. scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S .
pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.
- Scolopetin. Senyawa scolopetin
sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi.
- Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker
yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.
- Xeronine dan Proxeronine. Salah satu
alkaloid penting yang terdapt di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah
mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan
pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar.
Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine
diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif,
mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
II.4
Uraian Hewan Coba
II.4.1 Klasifikasi hewan coba
(Jasin, 1992)
Filum : Echinodermata
Subfilum : Eautherozoa
Class : Echinoideata
Sub
class : Echinodea
Suku : Echinaceae
Marga : Tripneustes
Spesies : Tripneustes gratilla Linn.
II.4.2 Karakteristik hewan coba (Jasin,
1992)
Echinodea atau bulu babi tubuhnya dipenuhi duri tajam
durk yang tersusun oleh zat kapur. Jenis hewan ini biasanya hidup di
selah-selah pasir atau bebatuan, sekitar pantai/ didasar laut. Tubuhnya tanpa
lengan,hampir bulat atau gepeng. Bulu babi merupakan salah satu jenis komoditas perairan yang
gonadnya dimanfaatkan sumber pangan potensial. Buluu babi termasuk fiul
Echidermata, bentuk
dasar tubuh segi lima, mempunyai lima pasang garis tabug dan duri ranjang yang dapat digerakkan.
Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempeng-lempeng satu sama lain.
II.5 Prosedur
kerja (Anonim, 2012)
1.
Pemilihan
Hewan Coba
Hewan
uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah bulu babi dari jenis Tripneustes gratilla Linn yang dewasa
dan diameter 7-9 cm. bulu babi dipelihara dalam aquarium yang berisi air laut
bersih yang dilengkapi dengan aerator dan diadaptasi 24 jam.
2.
Penyiapan
dan Pembuatan Bahan
a.
Pembuatan
Larutan KCl 10 %
Sebanyak 10 gr KCl dimasukkan dalam labu
ukur 100 ml kemudian ditambahkan air suling sedikit demi sedikit, sambil
dikocok dan dicukupkan volumenya hingga 100 ml.
b.
Penyiapan
Air Laut Bersih Untuk Media
Air aut bersih yang akan digunakan sebagai
air media dan untuk membersihkan hewan uji disiapkan dengan cara menyaring air
laut dengan menggunakan filter bakteri sehingga bebas dari protozoa.
c.
Pembuatan
Sediaan Uji
Larutan uji di buat dalam 3 seri konsentrasi
yaitu 10 µg/ml, 100 µg/ml dan 1000 µg/ml dengan menambahkan larutan air.
a)
Penyiapan
Sel Telur dan Sperma Bulu Babi
Bulu babi jantan dan bulu babi betina
diinduksi menyuntikkan 5 ml KCl 10 %
ke dalam bagian gonad. Sperma
yang berwarna putih susu dan sel telur yang berwarna kuning keemasan ditampung
pada gelas kimia yang berbeda. Setelah itu dimasukkan kedalam lemari pendingin.
Fertilisasi dilakukan dengan cara 1 ml sperma dan 4 ml sel telur diletakkan
dalam gelas kimia yang berisi 10 ml air laut bebas protozoa.
b)
Penyiapan
Sampel dan Pelaksanaan Uji
Masing-masing ditimbang sebanyak 10 mg
kemudian disuspensikan dengan air sebanyak 10 ml sehingga diperoleh konsentrasi
1000 µg/ml sebagai stok. Kemudian dari stok dipipet 1, 10, 100 µl kedalam
tabung efendrof yang masing-masing telah berisi air laut bebas protozoa lalu
ditambahkan zigot yang diperoleh selama 110 menit, terjadinya filtrasi selama
100 µl untuk mendapatkan konsentrasi 1, 10 dan 100 µg/ml. Kontrol negative
dibuat 2 jenis yaitu control air laut dan kontrol menggunakan Na.CMC
konsentrasi 100 µg/ml. Kontrol positif menggunakan vinkristin dengan
konsentrasi 0,01 µg/ml, 0,1 µg/ml dan 1 µg/ml. dilakukan pengulangan sebanyak 3
kali untuk tiap sampel dan kontrol. Selanjutnya disimpan pada suhu 15-20oC
dengan diselingi pengocokan. Pengamatan sel yang membelah dilakukan setelah 2
jam inkubasi dengan menghitung jumlah sel yang terlambat pembelahannya dan akan
dihitung sebagai IC 50.
d.
Pematangan
Sel
Pematangan dilakukan terhadap sel telur dan
sperma hewan coba bulu babi yang telah difertilisasi dibawah mikroskop pada jam
pertama, ke dua, keempat dan kedelapan, lalu dihitung jumlah sel yang terlambat
pembelahannya.
BAB V
PEMBAHASAN
Kanker adalah
segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali
dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Uji
sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter IC50. Nilai IC50
menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliperasi sel 50%
dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai ini
merupakan patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel. Nilai IC50
yang menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitostatik. Semakin besar harga
IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik dan semakin toksik
suatu senyawa, akan semakin berpotensi sebagai antimitosis terhadap sel kanker.
Hewan
uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah bulu babi dari jenis Tripneustes gratilla linn yang dewasa
dan diameter 7-9 cm. bulu babi dipelihara dalam aquarium yang berisi air laut
bersih yang dilengkapi dengan aerator dan diadaptasi 24 jam.
Dalam percobaan kali ini digunakan tiga variasi konsentrasi yang berbeda masing-masing
konsentrasi 10, 100,
dan 1000 µg/ml untuk mengetahui
uji sitotoksik dengan metode penghambatan mitosis sel telur bulu babi (Tripeneustes gratilla Linn) yang ditimbulkan masing-masing konsentrasi tersebut.
Setelah itu, untuk melihat pada konsentrasi berapakah bulu babi mengalami IC50. digunakan ekstrak etanol mengkudu karena tanaman tersebut memiliki khasiat sebagai obat
antikanker.
Dari
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol mengkudu untuk
menghambat 50% pembelahan sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) adalah 9,418 µg/ml dan untuk menghambat
80% pembelahan sel telur bulu babi (Tripneustes
gratilla Linn) adalah 116,145µg/ml.
BAB
VI
PENUTUP
VI.1
Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi untuk menghambat 50% mitosis sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) adalah 9,418 µg/ml
dan konsentrasi untuk menghambat 80% mitosis sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) adalah
116,145 µg/ml.
VI.2
Saran
Sebaiknya asisten memberikan alasan
yang jelas tentang pembatalan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes
RI: Jakarta.
Freshney,
R. I.1987.Animal cell Culture, A practical approach ed. 1st. IRL
Press
: Washington DC.
Ganiswarna, Sulistia
G. 1995. Farmakologi dan Terapi.
FK-UI: Jakarta.
http://1tahitiannoni.com/kandungan-zat-zat-aktif-dalam-mengkudu/ di akses pada
tanggal 30 mei pukul 22.47 WITA.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mengkudu di akses pada
tanggal 30 Mei 2012 pukul 22.11 WITA.
Jasin, Maskuri.1992. Zoologi Vertebrata.Sriwijaya:Surabaya.
Lodish,
H dkk. 2004. Molecular Cell Biology, 5th
ed. WH Freeman:New York.
Meiyanto,
E., Sismindari, Candra, & Moerdiani, 2003, Efek AntiProliferatif
Ekstrak Etanol Daun dan Kulit Batang
Tanaman Cangkring (Erithryma fusca L) terhadap Sel Hela, 14, Majalah
Farmasi Indonesia.
Mycek,
Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Widya Medika: Jakarta.
Nafrialdi,
S. Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi
edisi ke-5. Gaya Baru : Jakarta.
Tim
Penyusun. 2011.Penuntun Praktikum Isolasi Senyawa Bioaktif. Fakultas Farmasi Unhas : Makassar.
Tim
Penyusun. 2012. Penuntun Farmakologi dan
Toksikologi III. Fakultas farmasi UMI: Makassar.
Tjay,
Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting.
Gramedia: Jakarta.
www.plantamor.com/index.php?plant=865 diakses tanggal 31
mei 2012, pukul 22.04 WITA.
Why viewers still make use of to read news papers
BalasHapuswhen in this technological world the whole thing is existing on net?
Also see my web page - Hainan Airlines