BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sampai detik ini penyakit kanker
menjadi ancaman kehidupan manusia di dunia, sedangkan obat spesifik untuk
menghentikan perkembangan sel kanker belum juga ditemukan. Penyakit kanker
merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah penyakit jantung yang
menyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia pada urutan ke-6. Kanker termasuk
penyakit yang sangat ditakuti karena sulit disembuhkan, bahkan tidak jarang
menyebabkan kematian. Secara sederhana, kanker berarti pertumbuhan sel-sel
tubuh yang tidak terkendali atau abnormal. Hingga kini penyebab pertumbuhan sel
tubuh yang abnormal itu tidak diketahui secara pasti. Jika menyerang suatu
organ tubuh, sel kanker akan berkembang biak dan merusak sel-sel tubuh yang
normal dengan sangat cepat.
Penggunaan
obat tradisional atau obat asli Indonesia mengalami
peningkatan, baik
untuk pemeliharaan kesehatan maupun untuk pengobatan gangguan kesehatan.
Tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional mempunyai aktivitas biologis
karena mengandung berbagai senyawa kimia yang dapat mempengaruhi sel-sel hidup
suatu organisme.
Salah satu tanaman yang dijadikan obat tradisional
yaitu mengkudu. Manfaat mengkudu untuk terapi adalah sebagai anti kanker,
antibakteri, antihipertensi dan sebagai antioksidan.
Prinsip
suatu tanaman dapat digunakan sebagai antikanker yaitu apabila tanaman tersebut
mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik. BSLT ( Brine Shrimp Letahality
Test ) merupakan salah satu metode untuk skrining terhadap senyawa sitotoksik
dengan menggunakan Artemia salina Leach. Penelitian ini merupakan
penelitian pendahuluan dalam rangka menemukan senyawa sitotoksik yang
diharapkan dalam perkembangan selanjutnya dapat digunakan sebagai obat
antikanker.
I.2 Maksud Percobaan
Maksud dari Percobaan ini adalah untuk
mengetahui dan memahami efek toksik dan tingkat keamanan Ekstrak etanol
mengkudu sebagai obat antikanker dengan menggunakan hewan uji larva udang (Artemia salina).
II.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
menentukan Median Lethal Concentration (LC50) dari Ekstrak etanol mengkudu dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach).
II.4 Prinsip Percobaan
Uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
terhadap larva udang (Artemia salina)
dengan menggunakan Ekstrak etanol
mengkudu. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan terhadap jumlah larva yang mati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Kanker adalah
segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali
dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan oleh kerusakan DNA dan menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembelahan sel pada jaringan dan organ (Lodish, 2000).
Sel kanker
timbul dari sel tubuh yang normal, tetapi mengalami transformasi atau perubahan
menjadi ganas oleh bahan-bahan yang bersifat karsinogen (agen penyebab kanker)
ataupun karena mutasi spontan. Transformasi sejumlah gen menjadi gen mutan
disebut neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan jaringan abnormal yang
terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia). Sel
neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang
pada akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel
(Lodish,2000).
Sel kanker
mengganggu sel induk karena menyebabkan desakan akibat pertumbuhan tumor,
penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetastasis, dan gangguan
sistemik lain sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker (Nafrialdi,2007).
Agen penyebab
kanker disebut karsinogen. Penyebab tunggal untuk terjadinya kanker hingga saat
ini belum diketahui. Namun demikian, berdasarkan laporan berbagai penelitian
dapat diketahui bahwa karsinogen digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu :
a.
Bahan
kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk gugus elektrofilik
yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara, yang kemudian dapat
berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada protein, RNA dan DNA.
b.
Virus,
contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti virus hepatitis B yang
menyebabkan kanker hati.
c.
Radiasi,
terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-370 nm berkaitan
dengan terjadinya kanker kulit.
d.
Agen
biologis, antara lain hormon estrogen yang membantu pembentukan kanker payudara
dan kanker rahim.
Brine Shimp
Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak
digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang toksik dari bahn alam. Metode
ini menunjukkan aktifasi farmakologis yang luas, tidak spesifik dan
dimanifestasikan sebagai toksisitas senyawa terhadap larva udang (Artemia Salina Leach) (Anonim,2011).
Metode ini dapat dilakukan dengan cepat,
murah, mudah dan cukup reproduksibel sehingga dapat digunakan sebagai bioassay
Guided Isolation yaitu isolasi komponen kimia berdasarkan aktifitas yang
ditunjukkan oleh bioessay tersebut. Dengan mengetahui aktifitas dari suatu
kelompok komponen kimia (fraksi), dapat dilakukan isolasi senyawa sehingga
diperoleh senyawa tunggal aktif (Anonim,2011).
Toksisitas
adalah efek berbahaya dari suatu bahan obat pada organ target. Uji toksisitas
dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan zat yang akan di uji. Adapun sumber
zat toksik dapat berasal dari bahan alam maupun sintesis (Anonim,2011).
Toksisitas
diukur dengan mengamati kematian pada hewan coba. Kematian hewan coba dianggap
sebagai respon dengan menggunakan kematian sebagai jawaban toksik adalah titik
awal untuk mempelajari toksisitas (Anonim,2011).
Median Lethal Dosis (LD50)adalah
dosis dari sample yang diuji yang mematikan 50% dari hewan coba, sedangkan
Median Lethal Concentration LC50 adalah konsentrasi sample yang
diuji yang dapat mematikan 50% dari hewan coba (Anonim,2011).
Angka
kematian dari hewan percobaan dihitung sebagai Median Lethal Dosis (LD50)
atau median Letal Concentration (LC50). Penggunaan LC50 dimaksudkan
untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan coba secara inhalasi
atau dengan media air (Anonim,2011).
II.2 Uraian Bahan
Komposisi
:
Air
96,5 %
Garam
3,5 %
Dalam 3,5 garam mengandung :
a.
Senyawa klorida 55 % wt
b.
Senyawa sulfat 7,7 % wt
c.
Sodium 30,6 % wt
d.
Calsium 1,2 % wt
e.
Potassium 1,1 % wt
f.
Magnesium 3,7 % wt
g.
Lain-lain 0,7 % wt
2. Air
Suling (Ditjen POM,1979)
Nama
resmi : Aqua destillata
Sinonim : Air suling, aquadest
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus
bangun : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna;
tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan :
Sebagai pelarut
3. Etanol
(Ditjen POM, 1979)
Nama
Resmi : AETHANOLUM
Nama
Lain : Etanol, etil alkohol
Rumus molekul : CH5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, dan
mudah menguap, bau khas, rasa panas mudah terbakar dan memberikan nyala biru.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan
eter serta dalam kloroform.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
Kegunaan : Sebagai Pelarut
4. Ragi
(Ditjen POM, 1979)
Nama resmi :
Ekstrak ragi
Sinonim :
Sari ragi
Pemerian :
Kuning kemerahan sampai coklat, bau
khas tidak busuk
Kelarutan :
Larut dalam air, membentuk larutan
kuning sampai coklat, bereaksi asam lemah
Penyimpanan :
Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan :
Sebagai sumber makanan Artemia salina
II.3 Uraian Tanaman
II.3.1 Ekstrak Mengkudu
(www.plantamor.com)
Kingdom :
Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Sub Kelas :
Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
II.3.2 Morfologi Mengkudu (www.wikipedia.com)
Pohon
mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok,
berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit
batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal,
tidak berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang
tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan
untuk penopang tanaman lada. Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak
berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya
jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek.
Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak
berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu
bervariasi, berbentuk segitiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai
sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A. Perbungaan
mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun
penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin
dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm.
Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu
mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum. Kelopak
bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang
berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal
(segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna
hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih
transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk
piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak
mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena
pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang
gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang
berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa
ini bersifat aktif sebagai antibiotik.
II.3.3 Kandungan Kimia dan
Kegunaan (www.wikipedia.com)
- Zat nutrisi: secara keseluruhan
mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan
tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah
cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat
pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung
dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium,
caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens,
phenylalanine, magnesium, dll.
- Terpenoid. Zat ini membantu dalam
proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.
- Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang
terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab
infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus
aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga
dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S
. scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S .
pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.
- Scolopetin. Senyawa scolopetin
sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi.
- Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker
yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.
- Xeronine dan Proxeronine. Salah satu
alkaloid penting yang terdapt di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah
mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan
pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar.
Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine
diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif,
mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
II.4 Uraian Hewan Coba
1.
Klasifikasi
(Mudjiman, 1998)
Filum :
Arthopoda
Divisio :
Crustaceae
Subdivisio :
Branchiopoda
Ordo :
Anostraca
Famili :
Artemiidae
Genus :
Artemia
Species :
Artemia salina
2.
Morfologi
(Mudjiman, 1998)
Udang (Artemia salina) mengalami beberapa fase hidup, tetapi secara jelas
dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat berlainan, yaitu bentuk telur,
larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur yang baru dipanen dari alam berbentuk
bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Telur yang menetas akan berubah menjadi larva.
Telur yang baru menetas ini berukuran kurang lebih 300 µ. Dalam pertumbuhannya
larva mengalami 15 kali perubahan bentuk yang merupakan satu tingkatan hidup,
setelah itu berubah menjadi artemia dewasa.
Waktu yang diperlukan
sampai menjadi artemia dewasa umumnya sekitar 2 minggu. Berbentuk silinder
dengan panjang 12-15 mm. Tubuh terbagi atasl bagian kepala, dada dan perut.
Pada bagian kepala terdapat 2 tangkai mata, 2 antena dan dua antenula. Dada
terbagi atas 12 segmen yang masing-masing mempunyai sepasang kaki renang. Perut
ternagi atas 8 segmen. Dapat hidup dalam air dengan suhu 25o-30oC
dan pH sekitar 8-9.
3.
Uraian
Tentang Larva (Mudjiman, 1998)
Telur-telur yang kering
direndam dalam air laut yang bersuhu 25oC akan menetas dalam waktu
24-36 jam. Dari dalam cangkangnya keluarlah burayak (larva) yang juga dikenal
dengan istilah nauplius. Dalam perkembangan selanjutnya, burayak akan mengalami
15 kali perubahan bentuk (metamorfosis). Burayak tingkat I dinamakan instar,
tingkat II instar II, tingkat III Instar III, demikian seterusnya sampai Instar
XV. Setelah itu berubahlah mereka menjadi artemia dewasa.
Burayak yang baru saja
menetas masih dalam tingkat Instar I bentuknya bulat lonjong dengan panjang
sekitar 400 mikron (0,4 mm) dan beratnya 15 mikrogram. Warnanya kemerah-merahan
karena masih banyak mengandung makanan cadangan. Oleh karena itu, mereka masih
belum perlu makanan.
Anggota badannya terdiri dari
sungut kecil (antenula atau antena I dan sepasang sungut besar (antenna II).
Dibagian depan diantara kedua sungut kecilnya terdapat bintik merah yang tidak
lain adalah mata naupliusnya (oselus). Dibelakang sungut besar terdapat
sepasang mandibula (rahang) dan rudimenter kecil. Sedangkan dibagian perur
(ventral) sebelah depan terdapatlah labrum.
Pada pangkal sungut besar
(antena II) terdapat bangunan seperti duri yang menghadap ke belakang
(gnotobasen seta) bangunan ini merupakan cirri khusus untuk membedakan burayak
instar I, instar II dan instar III. Pada burayak instar I (baru menetas)
gnotobasen setanya masih belum berbulu dan juga belum bercabang.
Sekitar 24 jam setelah
menetas, burayak akan berubah menjadi instar II. Lebih lama lagi akan berubah menjadi
instar III.Pada tingkatan II, gnotobasen setanya sudah berbulu tapi masih belum
bercabang. Sedangkan pada instar III, selain berbulu gnotobasen seta tersebut
sudah bercabang II.
Pada tingkatan instar II,
burayak mulai mempunyai mulut, saluran pencernaan dan dubur. Oleh karena itu,
mereka mulai mencari makan, bersamaan dengan itu, cadangan makanannya juga
sudah mulai habis. Pengumpulan makanannya dengan cara menggerak-gerakkan antena
II-nya. Selain itu untuk mengumpulkan makanan antena II juga berfungsi untuk
bergerak. Tubuh instar II dan instar III sudah lebih panjang dari instar I.
Pada tingkatan selanjutnya,
disebelah kanan dan kiri mata nauplius mulai terbentuk sepasang mata majemuk.
Mula-mula masih belum bertangkai. Kemudian secara berangsur-angsur berubah
menjadi bertangkai. Selain itu, dibagian samping badannya (kanan dan kiri) juga
berangsur-angsur tumbuh tunas kakinya (torakopada). Mula-mula tumbuh dibagian
depan kemudian berturut-turut disusul oleh bagian-bagian yang lebih ke
belakang. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang,
maka berakhirlah masa burayak, dan berubah menjadi artemia dewasa.
BAB
III
METODE
KERJA
III.1
Alat Yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Aerator,
batang pengaduk, corong, gelas ukur 10ml, mikropipet, neraca analitik, pipet
skala 1 ml, pipet tetes, seperangkat alat penetsan telur dan Vial.
III.2 Bahan Yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah Air laut, air suling, ekstrak ragi, dan Etanol
III.3 Hewan coba
Adapun hewan coba yang di guankan pada
praktikum ini adalah Larva udang (Artemia
salina).
III.4 Cara Kerja
III.4
Penyiapan Larva
a.
Sebanyak 50 mg telur Artemia salina Leach direndam dalam wadah yang berisi 250 ml air
laut pada pH 8-9
b. Kemudian
diletakkan di bawah cahaya lampu yang telah dilengkapi dengan aerator pada suhu
25oC.
c. Setelah
didiamkan selama 24 jam sambil terus diamati, telur udang tersebut akan menetap
dan menjadi larva.
d. Larva
yang telah berumur 48 jam, digunakan sebagai hewan uji aktivitas ketoksikan.
III.4.2 Penyiapan Bahan
A. Pembuatan suspensi ragi
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang ragi 0,1 mg
c. Ditambahkan dengan 10 ml air laut lalu diaduk lagi hingga homogen
d. Disimpan ragi tersebut dalam vial dan siap digunakan
B.
Pembuatan Ekstrak mengkudu
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Ditimbang
ekstrak mengkudu 0,1 g
c.
Dimasukkan ekstrak yang telah ditimbang ke dalam
vial
d. Ditambahkan
etanol sampai dengan 10 ml
e. Dihomogenkan
III.4.3 Perlakuan Hewan
Coba
a. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dipipet
ke dalam ekstrak Mengkudu dengan menggunakan mikropipet kedalam masing-masing
vial yang berisi sesuai konsentrasi yang telah ditetapkan yaitu 0,1 µg/ml, 1
µg/ml, 10 µg/ml dan 100 µg/ml lalu dicukupkan volumenya hingga 5 ml
c. Kedalam
tiap vial ditambahkan dimasukkan 10
ekor larva udang (Artemia salina
Leach) dan ditambahkan dengan ragi.
d. Dicukupkan 10
ml air laut
e. Diinkubasi selama 1x 24 jam
f. Diamati LC
50
g. Dilakukan
replikasi atau pengulangan sebanyak 3 kali
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
a.
Tabel
Pengamatan
Konsentrasi
|
Replikasi
|
Jumlah kematian
|
Total
|
% kematian
|
1
µg/ml
|
1
2
3
|
3
3
1
|
7
|
23,33%
|
10
µg/ml
|
1
2
3
|
5
6
6
|
17
|
56,67%
|
100
µg/ml
|
1
2
3
|
7
8
7
|
22
|
73,33%
|
1000
µg/ml
|
1
2
3
|
9
10
9
|
28
|
93,33%
|
b.
Tabel
2 Persamaan Garis
X
|
Y
|
x2
|
y2
|
x.y
|
0
|
4,29
|
0
|
18,40
|
0
|
1
|
5,18
|
1
|
26,83
|
5,18
|
2
|
5,62
|
4
|
31,59
|
11,24
|
3
|
6,48
|
9
|
42
|
19,44
|
∑ 6
|
∑ 17,28
|
∑ 14
|
∑ 100,42
|
∑ 35,86
|
c.
Tabel
3 Faktor Koreksi
X
|
N
|
Y
|
W
|
n.w
|
1
|
30
|
5,11
|
0,634
|
19,02
|
2
|
30
|
5,76
|
0,503
|
15,09
|
3
|
30
|
6,41
|
0,302
|
9,06
|
Jumlah
|
43,17
|
BAB V
PEMBAHASAN
Kanker adalah
segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali
dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji
toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang
bersifat toksik dari bahan alam. Metode ini dapat digunakan sebagai bioassay-guided
fractionation dari bahan alam, karena mudah, cepat, murah dan cukup reproducible.
Uji toksisitas
dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari
suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam
setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan menentukan nilai LC50
dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan
toksik berdasarkan metode BSLT jika harga LC < 1000 μg/ ml.
LC50
adalah konsentrasi dari suatu senyawa kimia di udara atau dalam air yang dapat
menyebabkan 50% kematian pada suatu populasi hewan uji atau makhluk hidup
tertentu. Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan
dengan perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan
uji dipaparkan suatu bahan kimia melalui udara maka hewan uji tersebut akan
menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air. Nilai LC50
dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa sehingga
dapat juga untuk memprediksi potensinya sebagai antikanker.
Dalam praktikum ini dilakukan variasi konsentrasi yang
berbeda masing-masing yaitu konsentrasi 0.1, 1, 10, dan 100µg/ml untuk membandingkan toksisitas dan efek toksik yang ditimbulkan masing-masing konsentrasi
tersebut. Setelah itu, untuk melihat
pada konsentrasi berapakah larva udang
mengalami LC50. Dan air laut sebagai kontrol dimaksudkan untuk
melihat apakah respon kematian dari
sampel dan bukan dari laut. digunakan karena tanaman tersebut memiliki khasiat
sebagai obat antikanker, dan Alasan digunakannya larva udang dalam percobaan ini adalah karena larva
udang merupakan general biossay sehingga
semua zat dapat menembus masuk menembus dinding sel larva tersebut.
Pengujian
terhadap ekstrak etanol mengkudu disimpulkan bahwa konsentrasi untuk mematikan
50% larva udang (Artemia salina)
adalah 1,81 x 10-3 µg/ml – 7,41 x 10-4 µg/ml sehingga
dapat dikatakan ekstrak daun mengkudu pada percobaan ini memiliki potensi
toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva
Artemia salina Leach.
Sesuai penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa apabila suatu ekstrak tanaman bersifat toksik
menurut harga LC 50 dengan metode BSLT, maka tanaman tersebut dapat
dikembangkan sebagai obat anti kanker maka daun mengkudu dapat dilanjutkan
penelitiannya sebagai obat anti kanker di masa yang akan datang.
BAB
VI
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi untuk mematikan 50% larva
udang (Artemia salina) adalah 1,81 x
10-3 µg/ml – 7,41 x 10-4 µg/ml
V.2 Saran
Sebaiknya diberikan alasan yang jelas
tentang pembatalan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Carballo JL,dkk. 2002.
Comparison between two brine shrimp
assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural products. BMC
Biotechnology.
Dita mutiah.2010.UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL
BUAH ANGGUR(Vitis vinifera) TERHADAP LARVA Artemia salina Leach DENGAN
METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST). Universitas Diponegoro : Semarang.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes
RI: Jakarta.
Ganiswarna, Sulistia
G. 1995. Farmakologi dan Terapi.
FK-UI: Jakarta.
http://1tahitiannoni.com/kandungan-zat-zat-aktif-dalam-mengkudu/ di akses pada
tanggal 30 mei pukul 22.47 WITA.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mengkudu di akses pada
tanggal 30 Mei 2012 pukul 22.11 WITA.
Lodish,
H dkk. 2004. Molecular Cell Biology, 5th
ed. WH Freeman:New York.
Mayer BNNR, Ferrigni
ML.1982. Brine Shrimp, a convinient
general bioassay for active plant constituents. J of Plant Medical
Research.
Mudjiman,
A. 1998. Udang Renik Air Asin. Bhrata
Karya Aksara:Jakarta.
Mycek,
Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Widya Medika: Jakarta.
Nafrialdi,
S. Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi
edisi ke-5. Gaya Baru : Jakarta.
Sloane,
Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk
Pemula. EGC: Jakarta.
Tim
Penyusun. 2011.Penuntun Praktikum Isolasi Senyawa Bioaktif. Fakultas Farmasi Unhas : Makassar.
Tim
Penyusun. 2012. Penuntun Farmakologi dan
Toksikologi III. Fakultas farmasi UMI: Makassar.
Tjay,
Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting.
Gramedia: Jakarta.
www.plantamor.com/index.php?plant=865 diakses tanggal 31
mei 2012, pukul 22.04 WITA.
LAMPIRAN
SKEMA
KERJA ANTIKANKER (BST)
Sampel
Ekstrak etanol Mengkudu
0,1,
1, 10, dan 100 µg/ml
Dimasukkan dalam vial dan
dicukupkan 5 ml air laut
Masukkan
10 ekor larva udang (Artemia salina
Leach)
Dicukupkan
10 ml air laut
Diinkubasi
1x24 jam
Dihitung LC50
Jual kista artemia merk supreme plus dari GSL USA. Tersedia kemasan kaleng isi 15 oz (425 gram) dan kemasan repacking isi 40 gram/botol. untuk informasi dan pemesanan silahkan hub 0812 2841 280. Yanto - Pemalang - Jateng.
BalasHapusTerima Kasih
Tersedia juga produk-produk untuk pembenihan udang dan ikan al : Ovaprim, Spirulina, Vitamin C, Multivitamin, Probiotik dll
pada "Konsentrasi" 10 µg/ml "% kematian" sudah 56,67%.
BalasHapuskarena LC50 adalah konsenrasi yang dapat menyebabkan 50% kematian dari populasi...
kenapa hasil untuk LC50 tidak sekitar 10µg/ml malah 1,81 x 10-3 µg/ml – 7,41 x 10-4 µg/ml
iya kenapa begitu ya saya juga mengiranya di kisaran 10 µg/ml.. bagaimana cara perhitungannya ? thanks
HapusAssalamualaikum,,, mf ka, boleh ya saya liat skripsinya ada nda di perpustakaan UMI??? atau dimana bisa diliat???
BalasHapusmantap.
BalasHapus