Sabtu, 30 Juni 2012

Sintesis Kloroform


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Kloroform merupakan obat anastetik tertua, berupa cairan tak berwarna atau biru muda (tambahan zat warna untuk mempermudah identifikasi), juga tidak dapat menyala atau eksplosif.
Proses pembuatan kloroform, bromoform, iodoform, sangat mudah terjadi, pembentukan senyawa ini merupakan reaksi haloform yaitu dari senyawa-senyawa halogen. Proses sintesa kloroform dapat pula menggunakan aseton dengan serbuk yang berupa natrium hipklori, proses ini juga mengakibatkan etil alcohol.
Cara sintesis dan pembuatan kloroform juga perlu dipelajari mengingat hingga kini kloroform masih digunakan sebagai anastesi untuk hewan. Selain itu saat ini kloroform juga dapat digunakan untuk mengisolasi zat-zat tertentu dalam tumbuhan.
Kloroform sangat bersifat hepatotoksik yang dapat merusak hati. Akan tetapi kloroform ini sudah sangat jarang digunakan karena dapat dengan mudah teroksidasi di bawah udara dan cahaya menjadi fosgen yang sangat berbahaya.

B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu bagaimana cara mensintesis kloroform ?
C.   Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara mensistesis kloroform dengan alcohol atau aseton dengan kapur klor.
D.   Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.    Mensistesis kloroform dari kapur klor dengan aseton dan menghitung rendamennya.
2.    Mensintesis kloroform dari kapur klor dengan alcohol dan menghitung rendamennya.
E.   Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara sintesis kloroform dari kapur klor dengan aseton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Teori Umum
Brom dan klor bereaksi dengan metil keton menghasilkan masing-masing bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Istilah umum untuk menyebut CHX3 ialah “haloform”, maka reaksi ini sering disebut sebagai reaksi haloform. Karena bromoform merupakan cairan yang tidak mencolok, maka pembentukannya tak berguna untuk maksud uji. Namun reaksi antara suatu metil keton dengan setiap halogen tersebut membentuk suatu metode pengubahan metol keton ini menjadi asam karboksilat (Fesenden, 1998).
Reaksi alkana dengan halogen dinamakan halogenasi. Reaksi eksotermik antara gas klor dengan alkena hanya berlangsung pada suhu tinggi dan bantuan sinar. Sedangkan pada suhu rendah atau tanpa sinar, maka reaksi tidak berlangsung (Svehla, 1979).
R – H + Cl2                             R – Cl + HCl
Reaksi di atas dinamakan reaksi klorinasi, apabila yang digunakan adalah gas brom maka reaksinya dinamakan brominasi alkane. Apabila halogen yang ditambahkan, maka reaksi akan terus berlanjut membentuk spesies-spesies yang banyak mengandung halogen tersebut. Sebagai contoh dapat diperhatikan proses reaksi klorinasi metana dengan menggunakan gas klor yang berlebih, dapat dihasilkan metilen klorida, kloroform atau karbon tetra klorida (Svehla, 1979).
                    CHCl3             +             Cl2                             CH2Cl2 + HCl
                    CH2Cl2           +             Cl2                             CHCl3   + HCl
                    CHCl3             +             Cl2                             CCl4
Kloroform merupakan obat anastetik tertua, berupa cairan dengan bau spesifik, rasanya kemanis-manisan pedas, tak dapat terbakar atau eksplosif. Khasiat anastetiknya amat kuat. Tetapi karena terlalu toksik bagi hati dan jantung kini kloroform hamper tidak digunakan lagi (Keena, 1999).
Selain itu kloroform juga mudah berubah menjadi fosgen yang sangat toksik yang terjadi di bawah pengaruh cahaya dan oksigen yang terjadi dengan pembentukan dietil karbonat (Riawan, 1990).
2 CHCl3 + O2                         2 COCl2 + HCl
Dalam penyimpanannya dapat diberikan stabilisator alcohol yang akan bereaksi :
COCl2 + 2 C2H5OH                        2(C2H5OH) + 2 HCl
Kloroform dibuat dari alkohol dengan kapur klor (bleaching powder, Ca(OCl)Cl (Calsium chloro hypochlorite) melalui tiga tingkatan reaksi :
1.    Oksidasi oleh halogen
2.    Klorinasi dari hasil oksidasi
3.    Hidrolisa alkalis dari senyawa yang baru terbentuk
Kloroform merupakan senyawa hepatotoksik. Mekanisme kerjanya adalah melalui metabolit reaktifnya, radikal triklorometil yang secara kovalen mengikat protein dan lipid tidak jenuh dan menyebabkan peroksidasi lipid. Membran sub sel sangat kaya akan lipid seperti itu, akibatnya bersifat sangat rentan. Perubahan kimia dalam membran dapat menyebabkan pecahnya membran itu (Mycek, 1991).
Namun Recnagel mengemukakan bahwa peroksidasi lipid mikrosom mungkin menyebabkan penekanan pada pompa Ca2+ mikrosom yang mengakibatkan gangguan awal honeostatis Ca2+ sel hati.Keadaan ini dapat menyebabkan kematian sel hati (Mycek, 1991).
Yang terutama toksik adalah senyawa yang dapat membentuk radikal bebas misalnya karbon tetraklorida, tetraklorometana atau dikloroetana. Toksisitas kemungkinan besar terutama disebabkan oleh reaksi radikal dengan banyak asam lemak tak jenuh. Di samping terbentuk hidrokarbon terhalogenasi dengan satu atom halogen yang lebih sedikit (misaknya dari karbon teraklorida terbentuk kloroform) maka terbentuk pula radikal asam lemak dengan ikatan rangkap terkonjugasi. Dengan masuknya oksigen akan terbentuk peroksidasi atau hidroperoksida (Tjay, 1995).
Dalam reaksi redoks selalu harus ada oksidator dan reduktor bersam-sama sebab bila salah satu bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron), maka harus ada yang menangkap elektron itu (turun bilangan oksidasinya). Jadi tidak mungkin ada oksidator saja ataupun hanya reduktor saja. Dengan kata lain, dalam reaksi redoks pasti ditemukan unsur yang naik BO dan unsur lain yang turun BO pada waktu yang bersamaan. Dalam reaksi disproporsionasi kedua unsur tersebut sama, bahkan mempunyai BO sama pula, akan tetapi disatu pihak mengalami kenaikan BO, dilain pihak secara bersamaan juga mengalami penurunan BO (Tim Dosen TPB, 2002).
Semua unsur dalam keadaan tidak stabil kecuali gas mulia, karena unsur-unsur tersebut berproses untuk mencapai keadaan yang stabil sebagaimana gas mulia. Kestabilan masing –masing unsur dapat dicapai melalui interaksi dan pembentukan ikatan dengan unsur lain, baik sebagai homo atomik maupun sebagai hetero atomik bahkan dapat membentuk poliatomik yang stabil seperti pada makromolekul atau polimer. Melalui ikatan-ikatan kimia unsur-unsur kemudian membentuk molekul ataupun benda-benda yang selanjutnya menyusun dan menjadi bagian dari alam semesta. Ikatan kimia dapat terjadi akibat adanya interaksi elektronik, dalam berbagai wujud dan mekanisme. Sehubungan dengan itu maka dikenal beberapa jenis ikatan antara lain ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, ikatan hydrogen dan ikatan van der walls (Tim Dosen IPB, 2002).
Interaksi antara ion-ion Na+ dan ion Cl- kemudian menghasilkan pasangan ion NA+Cl- yang mempunyai energy potensial yang lebih rendah bila dibandingkan dengan unsur-unsur tersebut secara terpisah :
Na+ + Cl-                      NaCl
Contoh di atas menggambarkan pembentukan pasangan ion dalam keadaan gas dari atom-atom dalam keadaan bebas. Pada proses ini perbubahan energy menyangkut energy potensial ionisasi (pada pembentukan kation), energy afinintas (pada pembentukan anion) dan energy interaksi coloumb antara kedua jenis ion tersebut. Natrium klorida biasanya ditemukan sebagai Kristal zat padat, dimana dalam kisi Kristal tiap-tiap ion Na+ dikelilingi oleh enam ion Cl- dan tiap-tiap ion Cl- dikelilingi oleh enam ion Na+ yang lain. Kekuatan ikatan ini dapat ditunjukkan dengan energi kisi (U) yang didefenisikan sebagai jumlah energy yang dilepaskan bila satu senyawa terbentuk dari ion-ionnya dalam keadaan gas berarti pembentukan NaCl (padat) dari unsur-unsurnya menyangkut beberapa faktor  tahapan (Tim Dosen IPB, 2002).
            Reaksi antara metana dengan klor cukup menarik dikaji lebih lanjut, karena reaksi tersebut merupakan metode kimiawi yang cukup akurat. Campuran hasil reaksi yang diperoleh dari reaksi yang diperoleh dari klorinasi metana dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya yang dapat diidentifikasi, karena kesemuanya mempunyai titik didih yang berbeda. Sebagaimana yang terlihat pada metana yang mengalami kloronisasi, menunjukkan nbahwa 1,2,3 dan 4 atom hydrogen dari metana diganti oleh atom-atom klor secara beruntun dan menghasilkan senyawa klorometana (metilklorida), diklorometana (metilenklorida), triklorometana (tetraklorida). Masing-masing senyawa dapat dibuat dari berbagai cara dengan menggunakan beberapa reaksi yang lain (Keena, 1999).
            Semua reaksi yang disebut dalam seksi-seksi di depan adalah reaksi penggabungan ion, dimana bila bilangan oksidasi (valensi) spesi-spesi yang bereaksi tidaklah berubah. Namun terdapat sejumlah dalam dimana keadaan oksidasi berubah, yang disertai dengan pertukaran electron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi-reduksi atau dengan pendek reaksi redoks (Svehla, 1979).
            Dalam sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat (Svehla, 1979).
            Kloroform merupakan senyawa hepatotoksik. Mekanisme kerjanya adalah melalui metabolit reaktifnya, radikal triklorometil yang secara kovalen mengikat protein dan lipid tidak jenuh dan menyebabkan peroksidasi lipid. Membran subsel sangat kaya akan lipid sperti itu, akibatnya bersifat sangat rentan. Perubahan kimia dalam membrane (Mycek, 1991).
            Namun Recnagel mengemukakan bahwa peroksidasi lipid mikrosom mungkin menyebabkan penekanan pada pompa Ca2+ mikrosom yang mengakibatkan gangguan awal homeostatis Ca2+ sel hati. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian sel hati (Mycek, 1991).
Sifatnya adalah (Soemantri, 1991) :
1.    Mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada alkane asalnya. Suhu rendah berwujud gas, suku tengah berwujud cair dan padat untuk suhu yang lebih tinggi.
2.    Sukar larut dalam air dan mudah larut dalam pelarut organic.
3.    Atom halogen yang terikat, Judah disubtitusikan oleh atom/gugus lain.
B.   Uraian Bahan
1.    Air Suling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                     :  AQUA DESTILLATA
Nama lain                        :  Air Suling
RM / BM                           :  H2O / 18,02
Rumus struktur              :  H – O – H
Pemerian                         :  Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan                 :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                       :  Sebagai pensuspensi dan pembilas.
2.    Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                     :  AETHANOLUM
Nama lain                        :  Etanol, alkohol
RM / BM                           :  C2H5OH / 47,07
Rumus struktur              :  CH3 – CH2 – OH
Pemerian                         :  Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap, mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar, memberikan nyala biru yang tak berasap.
Kelarutan                        :  Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik.
Penyimpanan                 :  Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan                       :  Sebagai bahan dasar pembuatan kloroform dan sebagai titran.
3.    Aseton (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                     :  DIMETIL KETON
Nama lain                        :  Aseton
RM / BM                           :  (CH3)2CO / 69,0801
Rumus struktur              :  CH3 – CO – CH3
Pemerian                         :  Cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, bau khas, mudah terbakar.
Kelarutan                        :  Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95% P, dengan eter P dan dengan kloroform P, membentuk larutan jernih
Penyimpanan                 :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                       :  Sebagai bahan dasar pembuatan kloroform
4.    Kloroform (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                     :  CHLOROFORM
Nama lain                        :  Kloroform
RM / BM                           :  CHCl3 / 119,38
Pemerian                         :  Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas, rasa manis dan membakar
Kelarutan                        :  Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan                 :  Dalam wadah tertutup baik
5.    Vaselin Kuning (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi                     :  VASELINUM FLAVUM
Nama lain                        :  Vaselin kuning
Pemerian                         :  Massa seperti lemak, kekuningan hingga hampir lemah, berflurosensi sangat lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis transparan. Tidak atau hamper tidak berbau dan berasa.
Kelarutan                        :  Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzene, dalam karbon disulfide, dalam kloroform dan dalam minyak lemak dan dalam minyak terpentin, larut dalam eter, dalam heksana, dan umumnya dalam minyak lemak dan minyak atsiri, praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin.
Penyimpanan                 :  Dalam wadah tertutup baik
C.   Uraian Sampel
1.    Kapur klor (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                     :  CALSIUM CHLORO HYPOCLORIL
Nama lain                        :  Kaporit
RM / BM                           :  Ca(OCI)Cl / 126,98
Pemerian                         :  Serbuk putih, kotor, bau khas.
Kelarutan                        :  Larut sebagian dalam air dan dalam etanol 95% P
Penyimpanan                 :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                       :  Sebagai bahan dasar sintesis
D.   Prosedur Kerja (Anonim, 2012)
1.    Penggerusan dalam mortar jangan terlalu lama, sebab nanti klornya banyak yang hilang dan banyak yang tidak jadi.
2.    Sebaiknya pipa bengkok yang menurun (12 cm) ditaruhpotongan selang karet (5 cm) yang di dalamnya telah dilapisi vaselin tipis. Pipa yang menurun tersisa ± 4 cm. Pemakaian pipa karet ialah agar kita bisa menggoyang – goyangkan labu.
3.    Perubahan susunan alat diperbolehkan asal dapat memberitahukan apa yang dikerjakan dan memberikan alasan penggunaan alat-alat yang dipakai.
4.    Penggukuran suhu tidak usah dilakukan karena tidak dikehendaki yang tepat, cukup dapat diperkira-kirakan.
5.    Selama pembuatan tidak boleh lengah. Pengocokan labu ini bermaksud agar suspensi kapur klor yang mengendap ini tetap terbagi rata dalam seluruh labu selama pemanasan.
6.    Sebelum labu menjadi dingin, hendaknya lekas-lekas pipa alonga yang tercelup dalam air penampung dipisahkan, kalau tidak akan ada kemungkinan bila labu mendingin penampung tersedot masuk kedalam lalu melalui pendingin dan ini menyebabkan pecahnya labu yang belum begitu dingin.
7.    Hilangnya asam dapat diketahui dengan menguji air pencucian dengan kertas lakmus, hilangnya alkohol dapat diketahui dengan menguji air pencuci dengan iodoform reaksi.
8.    Jangan misalnya mengeringkan hanya 10 ml kloroform dengan 10 gr CaCl2 anhidrat, nanti semua kloroform akan habis.
9.    Pemilihan labu destilasi yang kecil disini artinya yang sesuai yakni hendaklah isi labu tersebut (untuk destilasi biasa) tidak lebih dari 2/3 dan tidak kurang  dari 1/3.
10. Dengan adanya cahaya dari udara, kloroform mengalami oksidasi menjadi phosgeen yang toksis. Pada penyimpanan biasanya diberi 1-2 % alkohol untuk mengubahnya menjadi dietil karbonat yang tidak berbahaya.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.   Alat yang Dipakai
Adapun alat yang dipakai yaitu botol semprot, batang pengaduk, batu didih, corong pisah, erlenmeyer 50 ml, gelas ukur 25 ml, gelas ukur 10  ml, kondensor lurus, lampu spirtus, labu alas bulat, pipa bengkok, pipet skala, sendok tanduk, statif dan klem, timbangan ohaus.
B.   Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan adalah alkohol, alumunium foil, air suling, aseton, kapur klor/kaporit, kapas, kertas timbang, tissue, dan vaselin.
C.   Cara Kerja
a.    Untuk  Alkohol
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Ditimbang 24 gram kaporit dengan menggunakan timbangan analitik. Dimasukkan kedalam labu alas bulat dan disuspensikan dengan air 30 ml sedikit demi sedikit hingga homogen. Ditambahkan 50 ml etanol dan dihomogenkan kembali, dan ditambahkan dengan batu didih, setelah itu mulut dari labu alas bulat ditutup dengan menggunakan alumunium foil. Dipasang atau dihubungkan labu alas bulat tadi dengan kondensor. Dihubungkan dengan kondensor dimana ujung kondensor diletakkan dalam erlenmeyer yang berisi air. Dipanaskan labu alas bulat dengan menggunakan lampu spritus proses destilasi dihentikan apabila tidak ada lagi kloroform yang keluar/dan apabila pada saat  pemanasan terjadi gelembung yang terdapat erlenmeyer yang berisi air maka jauhkan lampu spritus dari labu alas bulat. Diamati hasil sintesis kloroform pada Erlenmeyer penampung. Kloroform dan air dipisahkan dengan corong pisah sehingga diperoleh kloroform yang murni,  dimasukkan kedalam gelas ukur dan diukur volume yang diperoleh. Dihitung persen rendamennya.
b.    Untuk Aseton
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Ditimbang 20 gram kaporit kemudian dimasukkan kedalam labu alas bulat dan ditambahkan air sedikit demi sedikit. Ditambahkan 40 ml aseton, dan dihomogenkan kembali. Dipasang atau dihubungkan labu alas bulat tadi dengan kondensor. Dipasang Erlenmeyer yang berisi air pada ujung alat destilasi. Dipanaskan labu alas bulat dengan menggunakan lampu spritus. Diamati hasil sintesis kloroform pada Erlenmeyer penampung. Kloroform dan air dipisahkan sehingga diperoleh kloroform yang murni melalui corong pisah dan langsung dimasukkan kedalam gelas ukur dan diukur volume yang diperoleh. Dihitung persen rendamennya.


BAB IV
KAJIAN  HASIL PRAKTIKUM
A.   Hasil Praktikum
1.   Tabel Pengamatan
No
pereaksi
Volume pereaksi
Berat
Volume kloroform
1
Aseton
25 ml
20 gr
4,5 ml
2
Alkohol
25 ml
20 gr
1 ml


B. Pembahasan
Sintesa kloroform merupakan suatu proses pembuatan senyawa organik melalui bahan dasar kapur klor yang melalui penyarian atau destilasi. Kloroform merupakan obat anastesi yang sudah sejak lama digunakan, akan tetapi saat ini pemakaiannnya telah berkurang karena sifatnya yang hepatotoksik dan dapat dengan mudah teroksidasi di bawah cahaya dan udara menjadi phosgene yang sangat toksik.
Pada praktikum sintesa kloroform terjadi tiga reaksi, yaitu reaksi oksidasi oleh halogen, kloronisasi dari hasil oksidasi dan hidrolisa alkali dari senyawa yang baru terbentuk. Sintesa kloroform dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama mereaksikan suspense kapur klor / kaporit dengan alcohol, kedua mereaksikan suspense kapur klor / kaporit dengan aseton.
Pada percobaan ini dilakukan cara pembuatan kloroform dengan mereaksikan kapur klor (kaporit) dengan aseton, cara kerja pembuatan kloroform dengan menggunakan aseton yaitu pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Ditimbang 20 gram kaporit kemudian dimasukkan kedalam labu alas bulat dan ditambahkan air sedikit demi sedikit. Ditambahkan 40 ml aseton, dan dihomogenkan kembali. Dipasang atau dihubungkan labu alas bulat tadi dengan kondensor. Dipasang Erlenmeyer yang berisi air pada ujung alat destilasi. Dipanaskan labu alas bulat dengan menggunakan lampu spritus. Diamati hasil sintesis kloroform pada Erlenmeyer penampung. Kloroform dan air dipisahkan sehingga diperoleh kloroform yang murni melalui corong pisah dan langsung dimasukkan kedalam gelas ukur dan diukur volume yang diperoleh. Dihitung persen rendamennya.
Pada proses suspensi kapur klor, diusahakan agar jangan terlalu lama untuk mencegah terlepasnya gas klor, dan perlu diingat dalam mensuspensi dengan air diusahakan agar kapur klor jangan sampai tergerus kerana akan mempermudah terlepasnya kapur klor, sehingga jumlah kloroform yang akan didapatkan hanya sedikit.
Pada percobaan ini digunakan kondensor lurus yang disesuaikan dengan metode yang digunakan yaitu metode destilasi agar uap kloroform dapat lebih mudah melewati kondensor. Apabila digunakan kondensor bulat, maka ada kemungkinan uap atau gas dari kloroform akan tertinggal pada bulatan/lekukan kondensor. Pada kondensor, air mengalir dari atas kebawah agar pendinginan dapat dilakukan secara maksimal dari ujung atas sampai ujung bawah kondensor.
Penggunaan labu alas bulat tujuannya adalah agar pemanasan yang kita lakukan hasilnya dapat merata, karena jika kita menggunakan labu yang lain selain labu alas bulat akan dikhawatirkan pemanasan yang dilakukan hasilnya akan tidak merata karena labu  yang lain mempunyai suatu sudut yang mana akan memungkinkan larutan yang berada di dalam labu tersebut akan mengendap dan proses pemanasannya  tidak merata karena api dari bawah hanya menyebar ke sudut – sudut dari labu, sedangkan jika kita menggunakan labu alas bulat maka pemanasannya akan lebih merata dan apinya akan menyebar ke seluruh bagian dari labu alas bulat tersebut.
Dilakukan pemanasan api bebas agar dapat menghindari terjadinya frothing atau letupan dari larutan bila sewaktu-waktu terjadi letupan dapat segera menghentikan pemanasan dan frothing tidak terjadi. Fungsi yang sama juga diberikan oleh batu didih, penambahan batu didih dimaksudkan untuk menghindari frothing, disebabkan karena batu didih memiliki pori-pori yang dapat menyerap panas dan mengeluarkan panas tersebut ke segala arah sehingga pemanasan merata ke segala arah.
Proses terjadi dalam sintesis kloroform ini adalah dengan adanya pemanasan maka uap klor akan naik atau menguap karena telah mencapai titik didih. Uap klor yang terbentuk akan dialirkan ke kondensor untuk di kondensasi membentuk tetesan cairan kloroform sehingga mengalir melewati pipa bengkok/alonga ke wadah.
Adapun alasan penambahan dari masing-masing bahan yang digunakan adalah :
·         Aseton, karena aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol , dietileter
·         Kaporit, bila pada penambahan ini akan terjadi reaksi haloform bila direaksikan dengan alkohol atau aseton.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu untuk mensintesis senyawa atau bahan-bahan obat sehingga dapat dipergunakan serta mensintesis senyawa lain untuk memperoleh senyawa baru yang berkhasiat bagi makhluk hidup. Dan pada penggunaan obat anastesi dalam melakukan suatu eksperimen atau uji farmakologi dan toksisitas suatu obat.
Adapun efek yang ditimbulkan jika terlalu banyak menghirup gas kloroform, yaitu :
a.    Terjadinya aritmia, yaitu adanya perbedaan denyut atau irama jantung dari kondisi normal.
b.    Menghambat kerja jantung dengan menurunkan curah jantung.
c.    Hidrasi, yaitu kelebihan cairan tubuh.
d.    Kerusakan pada hati dan ginjal.
Hasil yang didapatkan dari praktikum dapat dipengaruhi oleh beberapa factor kesalahan diantaranya adalah :
a.    Adanya ketidak telitian dalam melakukan penimbangan dan penambahan bahan.
b.    Banyaknya klor yang menguap pada saat melakukan suspense dengan air dan pada pengisian labu alas bulat.
c.    Adanya ketidak hati-hatian dalam memasukkan bahan kapur klor.
Dari hasil praktikum diperoleh hasil sintesis kloroform (dengan aseton) sebanyak 4,5 ml, dengan berat teoritis 6,243 gram sedangkan berat praktek 6,636 gram, sehingga diperoleh rendemennya sebesar 106,3 %. Dan hasil sintesis kloroform (dengan alkohol) sebanyak 1 ml, dengan berat teoritis 4,690 gram sedangkan berat praktek 1,4747 gram, sehingga diperoleh rendemennya sebesar 31,44 %.
BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    kloroform yang diperoleh dengan alkohol adalah 1 ml dengan % rendamen 31,44 %.
2.    kloroform yang diperoleh dengan alkohol adalah 4,5 ml dengan % rendamen 106,3 %.
B.   Saran
Sebaknya pada praktikum ini di gunakan pengukur suhu di sekitar pijaran nyala bunsen untuk menghindari suhu yang tinggi, agar tidak terjadi letupan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintesis. Universitas Muslim Indonesia : Makassar

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa : Jakarta
Ernest. 1991. Dinamika Obat. Institut Tehnologi Bandung : Bandung
Fessenden. 1995. Kimia Organik Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga : Jakarta
G, Katzung. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta

Ganiswara, Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Siegfried, Elel. 1992. Obat Sintesis. Universitas Gajah Mada Press : Yogyakarta

Soemantri, dkk. 1991. Prinsip Belajar Kimia. Erlangga : Jakarta
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-obat Penting. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta

Tim Dosen TPB. 2002. Kimia Dasar II. TPB Universitas Hasanuddin. Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar