Sabtu, 30 Juni 2012

Sintesis Nitrobenzen


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Nitrobenzene termasuk dalam golongan benzene, dengan beberapa sifat benzene yaitu seperti yang kita ketahui meskipun benzene tampak sebagai suatu senyawa yang sangat jenuh, namun tidak mempunyai sifat adisi yang kuat, dimana hydrogen dapat diadisi hanya jika ada katalis yang tepat, seperti Ni atau Pt halus, benzene dapat juga mengadisi klorin atau bromine jika terkena sinar matahari, sehingga terbentuk heksaklorosikloheksana atau heksa-bromosikloheksana. Sifat selanjutnya yaitu klorine dan bromine dapat juga mensubtitusi atom-atom hydrogen dari benzene asal ada katalis yang tertentu.
Yang dimaksud dengan hasil-hasil subtitusi benzene adalah senyawa-senyawa yang berasal dari C6H6 jika atom-atom H-nya diganti dengan atom-atom atau gugus-gugus atom lain. Jika hanya sebuah atom H-nya diganti, terbentuk hasil monosubtitusi. Jika dua buah atom H yang diganti disebut disubtitusi dan seterusnya.
Karena kegunaannya yang cukup luas itulah maka setiap mahasiswa farmasi dituntut untuk mengetahui dan memahami reaksi pembentukan nitrobenzene tersebut.
B.   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum yaitu bagaimana cara mensintesis nitrobenzene ?
C.   Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan Nitrobenzene dengan metode nitrasi.
D.   Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari reaksi nitrasi terhadap benzen dan untuk membuat nitrobenzen sebagai hasil reaksi substitusi senyawa aromatik.
E.   Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara mensintesis nitrobenzen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Teori Umum
Benzen merupakan senyawa aromatik sederhana dan senyawa yang seringkali dijumpai. Untuk pertama kalinya benzene diisolasi pada tahun 1825 dan residu minyak yang tertimbun dalam pipa induk gas. Benzena terdistribusi dengan awalan orto, meta dan para. Dan tidak dengan nomor-nomor posisi seperti hidrokarbon alifatik dan alisiklik, benzene dan hidrokarbon aromatik lain bersifat non polar. Maka tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic seperti dietil eter karbon tetraklorida atau heksana. Benzen sendiri digunakan secara meluas sebagai pelarut (Respati, 1995).
Penggolongan senyawa menurut bau (aroma) tidak dipergunakan lagi dan sekarang disebut senyawa aromatik merupakan segolongan persenyawaan yang lebih luas lagi, yaitu yang mempunyai sifat mirip dengan benzene (Respati, 1995).
Pada tahun 1825 ahli kimia Inggris Michael Faraday mengisolasi suatu cairan berminyak dari saluran. Senyawa ini ternyata mempunyai rumus molekul C6H6 dan diberi nama Benzen. 40 tahun kemudian ahli kimia Jerman, Frederich August Kekule menemukan struktur ini. Hampir 75 tahun kemudian baru dibentuk struktur benzene yang modern (Fesenden, 2000).
Nitrobenzen memusnahkan sel-sel darah merah.  Dan dengan hemoglobin membentuk suatu kompleks yang tidak dapat mengikat oksigen. Akibat ini “cyanosis” dan pernapasan terhenti. Nitrobenzen mempengaruhi hati mengakibatkan “atrophy”  karena nitrobenzene beracun maka jangan menghirup dan jangan sampai terkena kulit (Fessenden, 2000).
Nitrobenzen merupakan salah satu turunan dari benzene yang diperoleh dari reaksi nitrasi dengan penambahan katalisator asam sulfat pekat. Adapun reaksi nitrobenzene yaitu (Besari, 1982) :
1.    Reduksi, hasil tergantung dari syaratnya.
Reduksi sempurna dengan larutan asam misalnya Sn atau Fe dengan HCl.
C6H5NO2              C6H5NO2                   C6H5 NHOH                  C6H5NH2
   (Nitrobenzen)             (N-Fenil-hidroksi amina)                      (Anilina)
Penggunaan nitrobenzene terutama untuk membuat aniline keaktifan fisiologis dari nitrobenzene :
Penggunaan nitrobenzene selain untuk membuat aniline, juga digunaka untuk bahan peledak dan sebagai zat antara pada sintesis karena gugus nitro mengaktifkan halogen pada tempat orto atau para dan memperkuat sifat asam atau gugus OH pada tempat orto atau para.
Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adalah reaksi dapat balik (reversible), pada suatu awal reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke pembentukan reaktan dari produk juga mulai berjalan. Jika percepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah sama, dan konsentrasi dan produk tidak berubah dengan bertambahnya waktu maka dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah tercapai (Respati, 1995).
Istilah senyawa aromatic sebelumnya dipakai untuk menggambarkan senyawa dengan aroma tertentu. Dalam kimia organic istilah tersebut sekarang mempunyai arti tersendiri yaitu aromatic dipakai untuk menunjukkan macam ikatan untuk senyawa tertentu. Umumnya walaupun ada kekecualian senyawa aromatik adalah senyawa siklik digambarkan dengan rumus yang mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap. Istilah aromatik adalah kebalikan dari istilah alifatik yang menunjukkan senyawa bukan aromatik seperti alkana. Zat-zat antara (Nitrobenzen dan N-fenilhidroksil amina) tidak dapat dipisahkan karena amat cepat direduksi. Maka reduksi dalam suasana asam lambung terjadi aniline (Fesenden, 2000).
2.    Reduksi dalam larutan netral. Misalnya Zn + NH4Cl dalam air. Di sini terjadi N-fenil hidroksilamina sendiri tidak penting tetapi atas pengaruh HCl mengalami pergeseran intramolekuler sehingga terjadi p-amino-fenol. Penggunaannya :
a.    Sebagai pencuci pada pemoteran dengan nama “Rhodinal”
b.    Sebagai antioksidan
c.    Sebagai zat antara pada sintesis.
3.    Reduksi dalam larutan basa, hasilnya tergantung dari pereduksi yang dipakai, kalau dipergunakan Zn + NaOH dalam air terdapat hidrazobenzena.
Zat-zat antara (nitrobenzene dan N-fenilhidroksil amina) tidak dapat dipisahkan karena amat cepat direduksi. Maka reduksi dalam suasana asam lambung terjadi aniline (Fesenden, 2000).
Siklus asam nitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada mitokondria, yang langsung secara berurutan dan berulang, bertujuan untuk mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi. Proses ini adalah proses oksidasi dengan menggunakan oksigen atau aerob. Siklus asam sitrat ini disebut juga siklus krebs, menggunakan nama Hans Krebs seorang ahli kimia yang banyak jasanya atau sumbangannya dalam penelitian (Besari, 1982).
Masuknya suatu gugusan ke dalam lingkungan benzene tergantung pada gugus yang telah ada terlebih dahulu. Pada umumnya, gugus yang masuk pada posisi meta adalah nitro, asam sulfon, karbon/karbonil, sedangkan yang masuk pada posisi ortho/para adalah gugus kloro, bromo, alkil, dan amino/hidroksi. Bila benzene direaksikan dengan asam nitrat pekat, dengan asam sulfat pekat sebagai katalisator akan terbentuk nitrobenzen (Fesenden, 2000).
 
Turunan dari alanine antara lain (George, 1998) :
1.    Asetanilida
Merupakan hablur tidak berwarna dan berkilau, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alcohol, dibuat dengan mereaksikan alanine dengan asam asetan anhidrat.
2.    Phenacetin
Merupakan hablur tidak berwarna, tidak berbau, mengkilap, sukar larut dalam air, larut dalam alcohol digunakan sebagai analgetik, antipiretik. Penggunannya lebih asam disbanding dengan asetanilida.
3.    Fenil Isopronil Amin
Benzen mengandung enam anggota cincin datar dari karbon atom sp2 yang hybrid. Tiap karbon terikat pada sebuah atom hydrogen dan tiap karbon mempunyai sebuah orbital 2p yang tegak lurus pada mesin (Fessenden, 2000).
Kecepatan subtitusi dari gugusan nitro sekunder adalah lebih lambat yang pertama dan gugusan nitro yang kedua ini masuk dalam tahap yang pertama (Samhoedi, 1976).
B.   Uraian Bahan
1.    Air suling (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi                            : AQUA DESTILLATA
Nama Lain                               : Aquades, air suling
Rumus Molekul                       : H2O
Berat Molekul                          : 18,02
Pemerian                                 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan                          : Dalam wadah tertutup rapat.
Penggunaan                           : Sebagai pencuci      
2.    Asam Nitrat  (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi                            : ACIDUM NITRICUM 
Nama lain                                : Asam nitrat
Rumus molekul                      : HNO3
Rumus bangun                      : H - O – N = O
     O
Berat molekul                          : 63,01
BJ                                              : 1,41 gr/ml3
Titik lebur                                 : 41,59o C.
Persyaratan                             : Mengandung tidak kurang dari 69,0 % dan tidak lebih dari 71,0 % b/b HNO3.
Pemerian                                 : Cairan berasap, sangat korosif, bau khas, sangat merangsang, mendidih pada suhu kurang lebih 120o C.
Penyimpanan                         : dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                                : sebagai pemebentuk gugus nitronium
3. Asam sulfat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi                            : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain                                : Asam sulfat
Rumus molekul                      : H2SO4
Rumus bangun                      :                   O
                                                      H - O – S – O – H
                                                                      O
Berat molekul                          : 98,07
BJ                                              : 1,84
Kelarutan                                 : Bercampur dengan air dan dengan etanol dan menimbulkan panas.
Pemerian                                 : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika ditambhkan ke dalam air menimbulkan panas.
Penyimpanan                         : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                                : Sebagai katalisator.
4.    Benzen (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi                   : BENZENA
Nama lain                        : Cyclohextriena
Rumus molekul              : C6H6
Berat molekul                 : 78,0 g/mL
BJ                                     : 0,8787
Titik lebur                         : 5,5oC
Titik didih                         : 80,1OC
Indeks bias                      : 1,5016
Kelarutan                        : Mudah larut dalam air
Pemerian                        : Cairan transparant, tidak berwarna dan mudah menyala.
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                       :Sebagai inti (induk) senyawa nitrobenzene.
5.   Kalsium klorida (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi                   : CALCII CHLORIDUM
Nama lain                        : Kalsium klorida
Rumus molekul              : CaCl2
Berat molekul                 : 110,99
Rumus struktur              : Cl – Ca – Cl
Kelarutan                        : Larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut dalam etanol 95 % P.
Pemerian                        : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak pahit, meleleh basah.
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                       : Untuk mengurangi kekeruhan.
6.  Natrium Hidroksida   (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi                     : NATRII HYDROXIDUM
Nama lain                        : Natrium hidroksida
Rumus molekul              : NaOH                      
Berat molekul                 : 40,00
BJ                                     : 2,13
Kelarutan                        : Mudah larut dalam air dan etanol
Pemerian                         : Putih, bentuk batang, butiran, massa hablur, kertas sraput, mudah meleleh, basa dan alkalis.
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                       : Sebagai pencuci kelebihan asam.
7. Nitrobenzen (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi                    : Nitrobenzen
Nama lain                       : Nitrobenzen
Rumus molekul             : C6H5NO2
Berat molekul                 : 123
Pemerian                        : Cairan; Kuning pucat ; bau khas
Kelarutan                        : Praktis tidak larut dalam air.
Kegunaan                      : Sebagai Bahan yang disintesis
 C.   Prosedur Kerja (Anonim, 2012)
1.    Dalam labu alas bulat dimasukkan 195 g (110 ml) asam sulfat pekat, tambahkan 120 g (85 ml) asam nitrat pekat (BJ ; 1,4) sedikit demi sedikit sambil dikocok dan didinginkan.
2.    Setelah suhu cairannya sesuai dengan suhu kamar, dipindahkan ke dalam corong pisah sebesar 125 ml yang ditaruh di atas lingkaran besi berbentuk cincin.
3.    Kedalam erlenmeyer ditaruh 65 g (75 ml) benzen dan kedalamnya ditambahkan ± 20 ml dari campuran asamnya. Sebuah termometer dibiarkan dalam campuran reaksi selama nitrasi berlangsung.
4.    Campuran dikocok melingkar dan bila suhu naik sampai 50oC, segera didinginkan dalam air, agar tetap tercapai suhu antara 50o - 60oC.
5.    Bila reaksi eksoterm ini mereda, tambahkan lagi asamnya, proses ini diulangi sampai semua asamnya habis.
6.    Setelah penambahan selesai, pengocokan melingkar dilanjutkan tanpa pendinginan sampai suhu turun dengan sendirinya sampai 40oC (± 5 menit). Pada akhir tahap ini, labu didinginkan, isi dipindahkan ke dalam corong pisah yang sesuai dan lapisan bawah yang mengandung campuran asam dipisahkan.
7.    Lapisan organik dicuci dengan 100 ml air, lalu 100 ml NaOH 0,5 N dan akhirnya dengan 100 ml air yang lain lagi. Lapisan air pencuci dibuang.
8.    Lapisan nitrobenzennya dipindahkan dan dikumpulkan ke dalam erlenmeyer dan dikeringkan dengan penambahan ± 10 g CaCl2anhidrat dan panaskan di atas waterbath sehingga kekeruhan yang ada tadi hilang.
9.    Cairan yang dikeringkan disaring kedalam labu destilasi dan didestilasi, titik didih akan naik dengan cepat dan hasilnya ditampung pada suhu 205oC - 212o C.
10. Hitung hasil yang diperoleh.
BAB  III
METODE KERJA
A.   Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah aluminiumfoil, baskom, batang pengaduk, botol semprot, bulk, corong, corong pisah, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, klem + statif, kertas timbang, pipet tetes, pipet volume, sendok tanduk, termometer, dan timbangan analitik.
B.   Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan adalah asam nitrat pekat (HNO3), asam sulfat pekat (H2SO4), aquadest, benzen, calsium klorida anhidrat (CaCl2), es batu secukupnya, NaOH 0,5M dan tissue
C.      Cara Kerja
Pada percobaan ini pertama-tama dipipet asam sulfat sebanyak 50 ml, asam nitrat sebanyak 35 ml dan masing-masing dimasukkan ke dalam gelas kimia. Kemudian dipipet benzen sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu, asam sulfat dimasukkan ke dalam corong pisah dan kemudian ditambahkan dengan asam nitrat diatasnya. Larutan dikocok sempurna dengan hati-hati sambil sesekali tutupnya dibuka agar uap nitrobenzen hilang. Kemudian teteskan sedikit demi sedikit campuran pada corong pisah ke dalam erlenmeyer yang berisi benzen. Erlenmeyer tersebut disimpan diatas es batu agar temperatur dapat tetap terjaga. Temperatur diatur pada suhu 50oC, lapisan sisa asam (bagian bawah) dibuang. Lapisan nitrobenzen dicuci dengan aquadest. Dikocok sebentar, kemudian didiamkan. Terbentuk lagi dua lapisan yaitu nitrobenzen yang berwarna kuning muda dan lapisan air berwarna putih keruh. Lapisan air kemudian dibuang dan selanjutnya lapisan nitrobenzen dicuci dengan menggunakan NaOH. Setelah itu dicuci lagi dengan menggunakan aquadest yang baru. Lapisan pencuci kemudian dibuang. Setelah itu lapisan nitrobenzen dipindahkan ke erlenmeyer dan dikeringkan dengan penambahan 2 g CaCl2 anhidrat yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa air, karena CaCl2 dapat meyerap air. Kemudian dipanaskan pada penangas air hingga warnanya menjadi bening kekuningan. Kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur dan dilihat volume nitrobenzen yang terbentuk.
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A.   Hasil Praktikum
1.    Tabel Pengamatan
No
Bahan
Volume
1
Asam sulfat
50 ml
2
Asam nitrat
35 ml
3
Benzen
20 ml
4
Volume nitrobenzene
19 ml
5
% rendamen
82,73 %

2.    Perhitungan
       Dik :  Mr Nitrobenzen               = 123
      BJ                                      = 1,205
     Mr Benzen                        = 78
     BJ                                       = 0,876
    Volume nitrobenzene     = 19 ml
1 mol benzen setara dengan 1 mol nitrobenzen
 Gram benzen     = Vol x BJ
                              = 20 ml  x 0,876  ml
                              = 17,52 gram

      mol benzene       = 17,52
                                          78
                                    =  0,225 mol
      Berat nitrobenzen secara teoritis
       1 mol nitrobenzen  :  1 mol benzen
        Gram nitrogenzen =  Mr × mol
                                          =  123 × 0,225
                                          =   27,675  gram
      Berat nitrobenzen secara praktikum
   Gram                   =  BJ x Vol
                               =  1,205  x 19 ml
                               = 22,895 gram


 
B. Pembahasan

Nitrobenzen merupakan senyawa yang umumnya digunakan sebagai bahan pelarut organik selain dapat juga dijadikan sebagai bahan peledak selain itu nitrobenzene biasa digunakan dalam pembuatan anilin sebagai pengawet dalam pembuatan cat kuku dan semir sepatu. Nitrobenzen merupakan senyawa yang umumnya digunakan sebagai bahan pelarut organik selain dapat juga dijadikan sebagai bahan peledak.
Senyawa  ini dapat disintesis dari benzen dengan asam nitrat pekat dan menggunakan katalisator asam sulfat pekat. Mekanisme kerjanya adalah dengan menurunkan energi aktivasi reaksi sehingga energi yang dibutuhkan untuk bereaksi lebih kecil dan reaksi semakin mudah terjadi.
            Pada percobaan ini pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dimasukkan asam nitrat 35 ml ke corong pisah kemudian ditambahkan dengan asam sulfat 50 ml sedikit demi sedikit. Dalam melakukan pencampuran larutan asam, larutan asam sulfat pekat sebanyak 50 ml ditambahkan dengan  35 ml asam nitrat pekat, Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk mendapatkan ion hidrogen sulfat yang akan bereaksi sebagai katalisator dalam reaksi ini. Dalam melakukan pencampuran larutan asam, larutan asam sulfat pekat ditambahkan dalam asam nitrat pekat karena mengingat bahwa BJ asam sulfat pekat lebih besar jika dibandingkan dengan BJ asam nitrat pekat. Selain itu, karena sifat asam nitrat yang merupakan cairan berasap sehingga akan mengeluarkan gas membuat ketidakstabilan pada campuran dan menyulitkan pengamatan, sedangkan asam sulfat tidak mengeluarkan gas. Oleh karena itu yang dimasukkan sedikit demi sedikit adalah asam sulfat ke dalam erlenmeyer yang berisi asam nitrat pekat.
            Setelah itu dimasukkan benzen sebanyak 20 ml ke dalam erlenmeyer . kemudian dititrasi benzene dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat dan dipasang termometer dan dijaga suhunya agar tetap tercapai suhu 50oC. Ketika larutan asam ditambahkan pada benzen dan kemudian dikocok, maka akan timbul panas karena reaksi yang eksoterm. Suhu pada reaksi ini tidak boleh lebih dari 60 o C, disebabkan kemungkinan terjadinya m-nitrobenzen dan senyawa nitro yang lebih tinggi. Suhu di bawah 50 o C juga tidak dikehendaki, sebab jika reaksi terjadi misalnya pada suhu sekitar 0o C, maka benzennya ada kemungkinan setelah semua asamnya ditambahkan, dapat menyebabkan muncratnya campuran reaksi.
Setelah itu dipindahkan campuran ke dalam corong pisah kemudian dibuang lapisan asamnya, dan ditambahkan air ke dalam corong pisah. Kemudian didiamkan hingga terdapat 2 lapisan, dan dibuang lapisan airnya. Setelah itu ditambahkan natrium hidroksida ke dalam corong pisah  kemudian didiamkan dan dibuang natrium hidroksidanya. Setelah itu dicuci lagi nitrobenzen dengan air dan didiamkan dan dipisahkan lagi dan dipindahkan lapisan nitrobenzennya. Dalam pencucian terhadap nitrobenzen yang terbentuk, dilakukan sebanyak tiga kali yaitu dengan air pada pencucian pertama dan ketiga, dan dengan menggunakan NaOH pada pencucian kedua. Pencucian dengan air dimaksudkan untuk menghilangkan atau melarutkan senyawa pengotor yang masih berada dengan nitrobenzen. Sedangkan pencucian dengan natrium hidroksida dimaksudkan untuk mengikat kelebihan asam yang masih ada.
Kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan CaCl2 2 gr. Kemudian dipanaskan, setelah itu disaring ke dalam labu destilasi dan didestilasi. Kemudian dihitung persen rendamen. Setelah dicuci nitrobenzen yang terbentuk dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan kalsium klorida anhidrat (CaCl2) ini dimaksudkan untuk mengikat air dari hasil pencucian yang telah dilakukan sebelumnya. dan dipanaskan di atas water bath, agar nitrobenzen yang terbentuk benar-benar murni.
Dalam melakukan pencampuran larutan asam, larutan asam sulfat pekat ditambahkan dalam asam nitrat pekat karena mengingat bahwa BJ asam sulfat pekat lebih besar jika dibandingkan dengan BJ asam nitrat pekat. Selain itu, karena sifat asam nitrat yang merupakan cairan berasap sehingga akan mengeluarkan gas membuat ketidakstabilan pada campuran dan menyulitkan pengamatan, sedangkan asam sulfat tidak mengeluarkan gas. Oleh karena itu yang dimasukkan sedikit demi sedikit adalah asam sulfat ke dalam erlenmeyer yang berisi asam nitrat pekat.
              Mekanisme reaksi yang terjadi adalah proses sintesis nirobenzen adalah nitrasi yaitu penambahan gugus nitro yang masuk kedalam sebuah molekul  yang mana molekulnya adalah benzene,  benzene itu sendiri adalah senyawa siklik dengan atom karbon yang yang saling mengikat dan ikatan rangkap terkonjugasi. Pertama-tama senyawa mononitro yaitu HNO3 P akan bercampur dengan asam sulfat bereaksi dengan benena. Pada nitrasi akan terbentuk air, inaktifasi atau penghilangan air adalah perlu untuk menghindari pengenceran asam nitratnya meskipun merupakan reaksi irreversible. Nitrobenzen sendiri dapat disubstitusi. Pada proses  ini subtitusi elektrofilik dari  NO2 atau gugus nitro diperoleh dari penarikan air pada HNO3 pekat oleh asam sulfat pekat sebagai katalis. Pada langkah kedua, nitrobenzena akan mengalami  hidrogenasi.
Dari praktikum yang dilakukan ini didapatkan volume nitrobenzene sebanyak 19 ml dengan berat praktek 22,895 g dan berat teori 27,675 g serta rendamen sebanyak 82,73 % . Selain itu, dari percobaan ini dapat dinyatakan bahwa nitrobenzen dapat disintesa dari asam nitrat pekat dan benzen pekat dengan katalisator asam sulfat pekat dengan berbagai tahap yaitu pencampuran, pemisahan, pencucian, pengeringan dan destilasi.
BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh massa nitrobenzen teoritis  adalah 27,675  gram dan secara praktek massanya adalah 22,895 gram dengan persen rendamennya sebesar   82,73 %
B.   Saran
Disarankan agar dalam pengerjaan nitrobenzene agar sekiranya berhati-hati karena berbahaya, apalagi jika suhunya naik atau turun.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntuk Praktikum Kimia Organik Sintesis. Fakultas Farmasi UMI : Makassar

Besari, Ismail. 1982. Kimia Organik untuk Universitas. Armico Press : Bandung

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.
Fesenden dan Fessenden. 2000. Dasar-dasar Kimia Organik. Penerbit Erlangga : Jakarta

George, Svehla. 1997. Kimia Organik. ITB : Bandung
Respati, Ir. Pengantar Kimia Organik Jilid I. Aksara Baru : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar