BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Nitrobenzene
termasuk dalam golongan benzene, dengan beberapa sifat benzene yaitu seperti
yang kita ketahui meskipun benzene tampak sebagai suatu senyawa yang sangat
jenuh, namun tidak mempunyai sifat adisi yang kuat, dimana hydrogen dapat
diadisi hanya jika ada katalis yang tepat, seperti Ni atau Pt halus, benzene
dapat juga mengadisi klorin atau bromine jika terkena sinar matahari, sehingga
terbentuk heksaklorosikloheksana atau heksa-bromosikloheksana. Sifat
selanjutnya yaitu klorine dan bromine dapat juga mensubtitusi atom-atom
hydrogen dari benzene asal ada katalis yang tertentu.
Yang dimaksud
dengan hasil-hasil subtitusi benzene adalah senyawa-senyawa yang berasal dari C6H6
jika atom-atom H-nya diganti dengan atom-atom atau gugus-gugus atom lain. Jika
hanya sebuah atom H-nya diganti, terbentuk hasil monosubtitusi. Jika dua buah
atom H yang diganti disebut disubtitusi dan seterusnya.
Karena
kegunaannya yang cukup luas itulah maka setiap mahasiswa farmasi dituntut untuk
mengetahui dan memahami reaksi pembentukan nitrobenzene tersebut.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam praktikum yaitu bagaimana cara mensintesis nitrobenzene ?
C. Maksud
Praktikum
Adapun
maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara
pembuatan Nitrobenzene dengan metode nitrasi.
D. Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari reaksi nitrasi terhadap
benzen dan untuk membuat nitrobenzen sebagai hasil reaksi substitusi
senyawa aromatik.
E. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat
dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara mensintesis
nitrobenzen.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Teori
Umum
Benzen
merupakan senyawa aromatik sederhana dan senyawa yang seringkali dijumpai.
Untuk pertama kalinya benzene diisolasi pada tahun 1825 dan residu minyak yang
tertimbun dalam pipa induk gas. Benzena terdistribusi dengan awalan orto, meta
dan para. Dan tidak dengan nomor-nomor posisi seperti hidrokarbon alifatik dan
alisiklik, benzene dan hidrokarbon aromatik lain bersifat non polar. Maka tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic seperti dietil eter karbon
tetraklorida atau heksana. Benzen sendiri digunakan secara meluas sebagai
pelarut (Respati, 1995).
Penggolongan
senyawa menurut bau (aroma) tidak dipergunakan lagi dan sekarang disebut
senyawa aromatik merupakan segolongan persenyawaan yang lebih luas lagi, yaitu
yang mempunyai sifat mirip dengan benzene (Respati, 1995).
Pada tahun 1825
ahli kimia Inggris Michael Faraday mengisolasi suatu cairan berminyak dari
saluran. Senyawa ini ternyata mempunyai rumus molekul C6H6
dan diberi nama Benzen. 40 tahun kemudian ahli kimia Jerman, Frederich August
Kekule menemukan struktur ini. Hampir 75 tahun kemudian baru dibentuk struktur
benzene yang modern (Fesenden, 2000).
Nitrobenzen memusnahkan
sel-sel darah merah. Dan dengan
hemoglobin membentuk suatu kompleks yang tidak dapat mengikat oksigen. Akibat
ini “cyanosis” dan pernapasan terhenti. Nitrobenzen mempengaruhi hati
mengakibatkan “atrophy” karena
nitrobenzene beracun maka jangan menghirup dan jangan sampai terkena kulit
(Fessenden, 2000).
Nitrobenzen
merupakan salah satu turunan dari benzene yang diperoleh dari reaksi nitrasi
dengan penambahan katalisator asam sulfat pekat. Adapun reaksi nitrobenzene
yaitu (Besari, 1982) :
1.
Reduksi,
hasil tergantung dari syaratnya.
Reduksi sempurna dengan larutan asam misalnya Sn atau Fe
dengan HCl.
C6H5NO2 C6H5NO2
C6H5
NHOH C6H5NH2
(Nitrobenzen)
(N-Fenil-hidroksi amina) (Anilina)
Penggunaan nitrobenzene terutama untuk membuat aniline
keaktifan fisiologis dari nitrobenzene :
Penggunaan nitrobenzene selain untuk
membuat aniline, juga digunaka untuk bahan peledak dan sebagai zat antara pada
sintesis karena gugus nitro mengaktifkan halogen pada tempat orto atau para dan
memperkuat sifat asam atau gugus OH pada tempat orto atau para.
Sedikit sekali reaksi kimia yang
berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adalah reaksi dapat balik (reversible),
pada suatu awal reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke pembentukan reaktan dari
produk juga mulai berjalan. Jika percepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah
sama, dan konsentrasi dan produk tidak berubah dengan bertambahnya waktu maka
dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah tercapai (Respati, 1995).
Istilah senyawa aromatic sebelumnya
dipakai untuk menggambarkan senyawa dengan aroma tertentu. Dalam kimia organic
istilah tersebut sekarang mempunyai arti tersendiri yaitu aromatic dipakai
untuk menunjukkan macam ikatan untuk senyawa tertentu. Umumnya walaupun ada
kekecualian senyawa aromatik adalah senyawa siklik digambarkan dengan rumus
yang mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap. Istilah aromatik adalah kebalikan
dari istilah alifatik yang menunjukkan senyawa bukan aromatik seperti alkana.
Zat-zat antara (Nitrobenzen dan N-fenilhidroksil amina) tidak dapat dipisahkan
karena amat cepat direduksi. Maka reduksi dalam suasana asam lambung terjadi
aniline (Fesenden, 2000).
2.
Reduksi
dalam larutan netral. Misalnya Zn + NH4Cl dalam air. Di sini terjadi
N-fenil hidroksilamina sendiri tidak penting tetapi atas pengaruh HCl mengalami
pergeseran intramolekuler sehingga terjadi p-amino-fenol. Penggunaannya :
a.
Sebagai
pencuci pada pemoteran dengan nama “Rhodinal”
b.
Sebagai
antioksidan
c.
Sebagai
zat antara pada sintesis.
3.
Reduksi
dalam larutan basa, hasilnya tergantung dari pereduksi yang dipakai, kalau
dipergunakan Zn + NaOH dalam air terdapat hidrazobenzena.
Zat-zat antara (nitrobenzene dan
N-fenilhidroksil amina) tidak dapat dipisahkan karena amat cepat direduksi.
Maka reduksi dalam suasana asam lambung terjadi aniline (Fesenden, 2000).
Siklus asam nitrat adalah serangkaian
reaksi kimia dalam sel, yaitu pada mitokondria, yang langsung secara berurutan
dan berulang, bertujuan untuk mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O
dan sejumlah energi. Proses ini adalah proses oksidasi dengan menggunakan
oksigen atau aerob. Siklus asam sitrat ini disebut juga siklus krebs,
menggunakan nama Hans Krebs seorang ahli kimia yang banyak jasanya atau
sumbangannya dalam penelitian (Besari, 1982).
Masuknya suatu gugusan ke dalam
lingkungan benzene tergantung pada gugus yang telah ada terlebih dahulu. Pada
umumnya, gugus yang masuk pada posisi meta adalah nitro, asam sulfon,
karbon/karbonil, sedangkan yang masuk pada posisi ortho/para adalah gugus
kloro, bromo, alkil, dan amino/hidroksi. Bila benzene direaksikan dengan asam
nitrat pekat, dengan asam sulfat pekat sebagai katalisator akan terbentuk nitrobenzen
(Fesenden, 2000).
Turunan dari alanine antara lain
(George, 1998) :
1.
Asetanilida
Merupakan
hablur tidak berwarna dan berkilau, sukar larut dalam air tetapi larut dalam
alcohol, dibuat dengan mereaksikan alanine dengan asam asetan anhidrat.
2.
Phenacetin
Merupakan
hablur tidak berwarna, tidak berbau, mengkilap, sukar larut dalam air, larut
dalam alcohol digunakan sebagai analgetik, antipiretik. Penggunannya lebih asam
disbanding dengan asetanilida.
3.
Fenil
Isopronil Amin
Benzen
mengandung enam anggota cincin datar dari karbon atom sp2 yang
hybrid. Tiap karbon terikat pada sebuah atom hydrogen dan tiap karbon mempunyai
sebuah orbital 2p yang tegak lurus pada mesin (Fessenden, 2000).
Kecepatan
subtitusi dari gugusan nitro sekunder adalah lebih lambat yang pertama dan
gugusan nitro yang kedua ini masuk dalam tahap yang pertama (Samhoedi, 1976).
B. Uraian
Bahan
1.
Air
suling (Ditjen POM, 1979)
Nama
Resmi : AQUA
DESTILLATA
Nama
Lain : Aquades, air suling
Rumus
Molekul : H2O
Berat
Molekul : 18,02
Pemerian :
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan
: Dalam wadah
tertutup rapat.
Penggunaan
: Sebagai
pencuci
2.
Asam
Nitrat (Ditjen POM, 1995)
Nama
Resmi : ACIDUM
NITRICUM
Nama
lain : Asam
nitrat
Rumus
molekul : HNO3
Rumus bangun : H - O – N = O
O
Berat
molekul : 63,01
BJ :
1,41 gr/ml3
Titik
lebur :
41,59o C.
Persyaratan
: Mengandung tidak kurang dari 69,0 % dan tidak lebih dari 71,0 % b/b
HNO3.
Pemerian :
Cairan berasap, sangat korosif, bau khas, sangat merangsang, mendidih pada suhu
kurang lebih 120o C.
Penyimpanan :
dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan :
sebagai pemebentuk gugus nitronium
3.
Asam sulfat (Ditjen POM, 1979)
Nama
Resmi : ACIDUM
SULFURICUM
Nama lain :
Asam sulfat
Rumus
molekul : H2SO4
Rumus bangun : O
H - O – S – O –
H
O
Berat
molekul : 98,07
BJ :
1,84
Kelarutan :
Bercampur dengan air dan dengan etanol dan menimbulkan panas.
Pemerian :
Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika ditambhkan ke dalam
air menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
rapat.
Kegunaan : Sebagai
katalisator.
4.
Benzen
(Ditjen POM, 1979)
Nama
Resmi : BENZENA
Nama
lain :
Cyclohextriena
Rumus
molekul : C6H6
Berat
molekul : 78,0 g/mL
BJ : 0,8787
Titik
lebur : 5,5oC
Titik
didih : 80,1OC
Indeks
bias : 1,5016
Kelarutan
: Mudah larut dalam
air
Pemerian :
Cairan transparant, tidak berwarna dan mudah menyala.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan :Sebagai inti (induk)
senyawa nitrobenzene.
5. Kalsium klorida (Ditjen POM, 1995)
Nama
Resmi : CALCII CHLORIDUM
Nama
lain : Kalsium
klorida
Rumus
molekul : CaCl2
Berat
molekul : 110,99
Rumus struktur :
Cl – Ca – Cl
Kelarutan :
Larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut dalam etanol 95 % P.
Pemerian
: Hablur, tidak berwarna,
tidak berbau, rasa agak pahit, meleleh basah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Untuk mengurangi
kekeruhan.
6. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979)
Nama
resmi : NATRII
HYDROXIDUM
Nama
lain : Natrium
hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Berat
molekul : 40,00
BJ : 2,13
Kelarutan : Mudah larut dalam air
dan etanol
Pemerian : Putih, bentuk batang,
butiran, massa hablur, kertas sraput, mudah meleleh, basa dan alkalis.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pencuci
kelebihan asam.
7. Nitrobenzen
(Ditjen POM, 1979)
Nama resmi :
Nitrobenzen
Nama lain :
Nitrobenzen
Rumus
molekul : C6H5NO2
Berat
molekul : 123
Pemerian : Cairan; Kuning pucat ; bau khas
Kelarutan : Praktis tidak larut
dalam air.
Kegunaan : Sebagai Bahan yang
disintesis
C. Prosedur
Kerja (Anonim, 2012)
1.
Dalam
labu alas bulat
dimasukkan 195 g (110 ml) asam sulfat pekat, tambahkan 120 g (85 ml) asam
nitrat pekat (BJ ; 1,4)
sedikit demi sedikit sambil dikocok dan didinginkan.
2.
Setelah
suhu cairannya sesuai dengan suhu kamar, dipindahkan ke dalam corong pisah
sebesar 125 ml yang ditaruh di atas lingkaran besi berbentuk cincin.
3.
Kedalam
erlenmeyer ditaruh 65 g (75 ml) benzen dan kedalamnya ditambahkan ± 20 ml dari
campuran asamnya. Sebuah termometer dibiarkan dalam campuran reaksi selama
nitrasi berlangsung.
4.
Campuran
dikocok melingkar dan bila suhu naik sampai 50oC, segera didinginkan
dalam air, agar tetap tercapai suhu antara 50o - 60oC.
5.
Bila
reaksi eksoterm ini mereda,
tambahkan lagi asamnya, proses ini diulangi sampai semua asamnya habis.
6.
Setelah
penambahan selesai, pengocokan melingkar dilanjutkan tanpa pendinginan sampai
suhu turun dengan sendirinya sampai 40oC (± 5 menit). Pada akhir
tahap ini, labu didinginkan, isi dipindahkan ke dalam corong pisah yang sesuai
dan lapisan bawah yang mengandung campuran asam dipisahkan.
7.
Lapisan
organik dicuci dengan 100 ml air, lalu 100 ml NaOH 0,5 N dan akhirnya dengan
100 ml air yang lain lagi. Lapisan air pencuci dibuang.
8.
Lapisan
nitrobenzennya dipindahkan dan dikumpulkan ke dalam erlenmeyer dan dikeringkan
dengan penambahan ± 10 g CaCl2anhidrat dan panaskan di atas
waterbath sehingga kekeruhan yang ada tadi hilang.
9.
Cairan
yang dikeringkan disaring kedalam labu destilasi dan didestilasi, titik didih
akan naik dengan cepat dan hasilnya ditampung pada suhu 205oC - 212o
C.
10.
Hitung
hasil yang diperoleh.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat yang digunakan
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum adalah aluminiumfoil, baskom, batang pengaduk, botol
semprot, bulk, corong, corong
pisah, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, klem + statif, kertas timbang, pipet tetes, pipet volume, sendok tanduk, termometer, dan timbangan analitik.
B.
Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan adalah asam nitrat pekat (HNO3), asam sulfat pekat (H2SO4), aquadest, benzen, calsium klorida anhidrat
(CaCl2), es
batu secukupnya, NaOH
0,5M dan tissue
C.
Cara Kerja
Pada percobaan ini pertama-tama dipipet asam
sulfat sebanyak 50 ml, asam
nitrat sebanyak 35 ml dan
masing-masing dimasukkan ke dalam gelas kimia. Kemudian dipipet benzen sebanyak 20 ml dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu, asam sulfat dimasukkan ke dalam
corong pisah dan kemudian ditambahkan dengan asam nitrat diatasnya. Larutan
dikocok sempurna dengan hati-hati sambil sesekali tutupnya dibuka agar uap
nitrobenzen hilang. Kemudian teteskan sedikit demi sedikit campuran pada
corong pisah ke dalam erlenmeyer yang berisi benzen. Erlenmeyer tersebut
disimpan diatas es batu agar temperatur dapat tetap terjaga. Temperatur diatur
pada suhu 50oC,
lapisan sisa asam (bagian bawah) dibuang. Lapisan nitrobenzen dicuci dengan
aquadest. Dikocok sebentar, kemudian didiamkan. Terbentuk lagi dua
lapisan yaitu nitrobenzen yang berwarna kuning muda dan lapisan air berwarna
putih keruh. Lapisan
air kemudian dibuang dan selanjutnya lapisan nitrobenzen dicuci dengan
menggunakan NaOH. Setelah itu dicuci lagi dengan menggunakan aquadest yang
baru. Lapisan pencuci kemudian dibuang. Setelah itu lapisan nitrobenzen
dipindahkan ke erlenmeyer dan dikeringkan dengan penambahan 2 g CaCl2 anhidrat
yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa air, karena CaCl2 dapat
meyerap air. Kemudian dipanaskan pada penangas air hingga warnanya menjadi
bening kekuningan. Kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur dan dilihat volume
nitrobenzen yang terbentuk.
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A.
Hasil
Praktikum
1.
Tabel
Pengamatan
No
|
Bahan
|
Volume
|
1
|
Asam sulfat
|
50 ml
|
2
|
Asam nitrat
|
35 ml
|
3
|
Benzen
|
20 ml
|
4
|
Volume nitrobenzene
|
19 ml
|
5
|
% rendamen
|
82,73 %
|
2.
Perhitungan
Dik : Mr Nitrobenzen = 123
BJ = 1,205
Mr Benzen = 78
BJ = 0,876
Volume
nitrobenzene = 19 ml
1 mol benzen setara dengan 1
mol nitrobenzen
Gram benzen =
Vol x BJ
= 20 ml x 0,876
ml
= 17,52 gram
mol benzene = 17,52
78
=
0,225 mol
Berat nitrobenzen secara teoritis
1 mol nitrobenzen : 1
mol benzen
Gram nitrogenzen = Mr × mol
=
123 × 0,225
=
27,675 gram
Berat nitrobenzen secara praktikum
Gram = BJ x Vol
= 1,205 x
19 ml
= 22,895 gram
B. Pembahasan
Nitrobenzen
merupakan senyawa yang umumnya digunakan sebagai bahan pelarut organik selain
dapat juga dijadikan sebagai bahan peledak selain itu nitrobenzene biasa digunakan dalam pembuatan anilin
sebagai pengawet dalam pembuatan cat kuku dan semir sepatu. Nitrobenzen merupakan senyawa yang umumnya digunakan
sebagai bahan pelarut organik selain dapat juga dijadikan sebagai bahan
peledak.
Senyawa ini dapat disintesis dari benzen dengan asam
nitrat pekat dan menggunakan katalisator asam sulfat pekat. Mekanisme kerjanya
adalah dengan menurunkan energi aktivasi reaksi sehingga energi yang dibutuhkan
untuk bereaksi lebih kecil dan reaksi semakin mudah terjadi.
Pada percobaan ini pertama-tama disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan.
Kemudian dimasukkan asam nitrat 35 ml ke corong pisah kemudian
ditambahkan dengan asam sulfat 50 ml sedikit demi
sedikit. Dalam
melakukan pencampuran larutan asam, larutan asam sulfat pekat sebanyak 50 ml
ditambahkan dengan 35 ml asam nitrat
pekat, Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk mendapatkan ion hidrogen sulfat
yang akan bereaksi sebagai katalisator dalam reaksi ini. Dalam melakukan
pencampuran larutan asam, larutan asam sulfat pekat ditambahkan dalam asam
nitrat pekat karena mengingat bahwa BJ asam sulfat pekat lebih besar jika
dibandingkan dengan BJ asam nitrat pekat. Selain itu, karena sifat asam nitrat
yang merupakan cairan berasap sehingga akan mengeluarkan gas membuat
ketidakstabilan pada campuran dan menyulitkan pengamatan, sedangkan asam sulfat
tidak mengeluarkan gas. Oleh karena itu yang dimasukkan sedikit demi sedikit
adalah asam sulfat ke dalam erlenmeyer yang berisi asam nitrat pekat.
Setelah itu dimasukkan benzen sebanyak 20 ml ke dalam erlenmeyer . kemudian dititrasi benzene dengan campuran
asam sulfat dan asam nitrat dan dipasang termometer dan dijaga suhunya agar tetap tercapai suhu 50oC. Ketika larutan asam
ditambahkan pada benzen dan kemudian dikocok, maka akan timbul panas karena
reaksi yang eksoterm. Suhu pada reaksi ini tidak boleh lebih dari 60 o
C, disebabkan kemungkinan terjadinya m-nitrobenzen dan senyawa nitro yang lebih
tinggi. Suhu di bawah 50 o C juga tidak dikehendaki, sebab jika
reaksi terjadi misalnya pada suhu sekitar 0o C, maka benzennya ada
kemungkinan setelah semua asamnya ditambahkan, dapat menyebabkan muncratnya
campuran reaksi.
Setelah itu dipindahkan
campuran ke dalam corong pisah kemudian dibuang lapisan asamnya, dan ditambahkan air ke
dalam corong pisah.
Kemudian didiamkan hingga terdapat 2 lapisan, dan dibuang lapisan
airnya.
Setelah itu ditambahkan natrium hidroksida
ke dalam corong pisah kemudian didiamkan dan dibuang natrium
hidroksidanya.
Setelah itu dicuci lagi nitrobenzen dengan air
dan didiamkan
dan dipisahkan lagi dan dipindahkan lapisan nitrobenzennya. Dalam pencucian terhadap
nitrobenzen yang terbentuk, dilakukan sebanyak tiga kali yaitu dengan air pada
pencucian pertama dan ketiga, dan dengan menggunakan NaOH pada pencucian kedua.
Pencucian dengan air dimaksudkan untuk menghilangkan atau melarutkan senyawa
pengotor yang masih berada dengan nitrobenzen. Sedangkan pencucian dengan
natrium hidroksida dimaksudkan untuk mengikat kelebihan asam yang masih ada.
Kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan dengan CaCl2 2
gr. Kemudian dipanaskan,
setelah itu disaring ke dalam labu destilasi dan didestilasi. Kemudian dihitung
persen
rendamen. Setelah
dicuci nitrobenzen yang terbentuk dikeringkan terlebih dahulu dengan
menggunakan kalsium klorida anhidrat (CaCl2) ini
dimaksudkan untuk mengikat air dari hasil pencucian yang telah dilakukan
sebelumnya. dan
dipanaskan di atas water bath, agar nitrobenzen yang terbentuk benar-benar
murni.
Dalam melakukan pencampuran larutan asam, larutan asam sulfat pekat
ditambahkan dalam asam nitrat pekat karena mengingat bahwa BJ asam sulfat pekat
lebih besar jika dibandingkan dengan BJ asam nitrat pekat. Selain itu, karena
sifat asam nitrat yang merupakan cairan berasap sehingga akan mengeluarkan gas
membuat ketidakstabilan pada campuran dan menyulitkan pengamatan, sedangkan
asam sulfat tidak mengeluarkan gas. Oleh karena itu yang dimasukkan sedikit
demi sedikit adalah asam sulfat ke dalam erlenmeyer yang berisi asam nitrat
pekat.
Mekanisme reaksi yang terjadi
adalah proses sintesis nirobenzen adalah nitrasi yaitu penambahan gugus nitro
yang masuk kedalam sebuah molekul yang mana molekulnya adalah benzene, benzene itu sendiri adalah senyawa siklik
dengan atom karbon yang yang saling mengikat dan ikatan rangkap terkonjugasi.
Pertama-tama senyawa mononitro yaitu HNO3 P akan bercampur dengan
asam sulfat bereaksi dengan benena. Pada nitrasi akan terbentuk air, inaktifasi atau penghilangan air adalah perlu untuk
menghindari pengenceran asam nitratnya meskipun merupakan reaksi irreversible.
Nitrobenzen sendiri dapat disubstitusi. Pada proses ini subtitusi
elektrofilik dari NO2 atau gugus nitro diperoleh dari penarikan
air pada HNO3 pekat oleh asam sulfat pekat sebagai katalis. Pada
langkah kedua, nitrobenzena akan mengalami
hidrogenasi.
Dari praktikum yang dilakukan ini didapatkan volume nitrobenzene sebanyak
19 ml dengan berat praktek 22,895 g dan berat teori 27,675 g serta rendamen
sebanyak 82,73 % . Selain itu, dari percobaan ini dapat dinyatakan bahwa
nitrobenzen dapat disintesa dari asam nitrat pekat dan benzen pekat dengan
katalisator asam sulfat pekat dengan berbagai tahap yaitu pencampuran,
pemisahan, pencucian, pengeringan dan destilasi.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh massa nitrobenzen teoritis adalah 27,675
gram dan secara praktek massanya adalah 22,895
gram dengan persen rendamennya sebesar
82,73 %
B. Saran
Disarankan agar dalam pengerjaan
nitrobenzene agar sekiranya berhati-hati karena berbahaya, apalagi jika suhunya
naik atau turun.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2012. Penuntuk Praktikum Kimia Organik Sintesis.
Fakultas Farmasi UMI : Makassar
Besari,
Ismail. 1982. Kimia Organik untuk
Universitas. Armico Press : Bandung
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes
RI : Jakarta.
Fesenden
dan Fessenden. 2000. Dasar-dasar Kimia
Organik. Penerbit Erlangga : Jakarta
George, Svehla. 1997. Kimia Organik. ITB : Bandung
Respati, Ir. Pengantar Kimia Organik Jilid I. Aksara
Baru : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar