Sabtu, 30 Juni 2012

AntiDiabates Militus


BAB I
    PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diabetes merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat, Protein  dan lemak. Diabetes Militus disebabkan oleh sebuah ketidakseimbangan atau ketidakadanya persedian insulin atau tidak sempurnanya respon seluler terhadap insulin yang ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme. 
Dalam melakukan aktifitas, kita akan memerlukan energi baik itu berupa aktifitas fisik maupupun psiologik. Energi yang ada pada manusia sebagian besar dan hampir seluruhnya berasal dari glukosa yang dikomsumsi dan dimetabolisme oleh tubuh.  Tapi kadang Karbohidrat yang di konsumsi yang seharusnya  menjadi sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem kestabilan organ. Ini disebabkan berbagai faktor, diantaranya disfungsi organ-organ tubuh yang berperan dalam metabolisme tersebut. Glukosa yang tidak dimetabolisme tersebut dapat mengganggu kerja fisiologis tubuh dan dapat menyebabkan komplikasi penyakit akibat kerusakan organ yang dapat ditimbulkannya.
Pada percobaan kali ini akan diamati kegunaan obat-obat antidiabetik metformin dan glukofance pada hewan coba mencit (Mus musculus) dengan melihat efek penurunan kadar gula darah dengan menggunakan alat ukur gula darah yaitu glucometer.
I.2 Maksud Percobaan
              Adapun Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek dari obat antidiabetes.
I.3 Tujuan Percobaan
             Adapun  tujuan dari percobaan ini adalah untuk membandingkan efek dari obat antidiabetes berupa Metformin, Glukovance®, ekstrak beruas laut dan Na-CMC sebagai kontrol.
I.4 Prinsip Percobaan
            Prinsip praktikum ini yaitu membandingkan efek obat antiidiabetes yaitu Metformin, Glukovance®  dengan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih dulu dipuasakan dan diinduksi dengan glukosa 10 %  kemudian  diukur kadar glukosanya pada menit awal pemberian obat, 15, 30, 45, dan 60dengan menggunakan alat Glukometer.
BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa kedalam sel terhambat serta metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjai lemak. Pada diabetes mellitus seua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relativ tidak berbahaya, kecuai bila hebat sekai hingga darah darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis meningkat sehingga disertai dengan hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit kepada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan diberi 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan dihipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna,dkk,1995).
Pada diabetes melitus semua proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi (Katzung,dkk,2002).
Kadar glukosa  serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110 mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria (Katzung,2002).
Metabolisme glukosa, setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam usus, glukosa lalu diserap kedalam darah dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk penyerapannya kedalam sel-sel tubuh diperlukan insulin, yang dapat dianggap sebagai “kunci untuk pintu sel”. Sesudah masuk kedalam sel, glukosa lantas diubah menjadi energi atau ditimbun sebagai cadangan. Cadangan ini digunakan bila tubuh kekkurangan energi karena misalnya berpuasa beberapa waktu ( Tan,dkk, 2002).
Insulin adalah polipeptida dengan BM kira-kira 6000. Polipeptida ini terdiri dari 51 asam amino  tersusun dalam dua rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfide yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain iu masih terdapat jembatan disulfide antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai AKarena insulin babi lebih mirip insulin insani maka dengan bahan insulin babi mudah dibuat insulin insani semisintetik. Disamping itu juga dapat disintesis insulin manusia dengan teknik rekombinan DNA  (Ganiswarna,dkk,1995).
Sekresi insulin diatur tidak hanya diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel  pankreas. Insulin umumnya diisolasi dari pankreas sapi dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan hormon hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E. Coli yang telah diubah secara genetik. mengandung gen untuk insulin manusia. Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia, yang dibedakan hanya oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling umum dan serius dari kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi alergi.Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak (Siswandono, 1995).
Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum endoplasmic sel ß pancreas. Prohormon tersebut ditransfer kesistem reticulum endoplasmic dan kemudian ke kompleks Golgi. Ditempat terakhir ini terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin. Granula yang mengandung insulin, proinsulin dalalm jumlah kecil dan
II.2 Uraian Bahan
        1.   Air Suling (Dirjen POM,1995)
Nama resmi           :   Aqua destillata
Sinonim                 :   Air suling, aquadest
Pemerian               : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan         :   Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan              :   Sebagai pencuci alat
2.    Glukosa (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi                 : DEXTROSUM
Nama Lain                    : Glukosa, Dekstrosa
Pemerian                       : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan                       : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                     : Sebagai induksi sumber gula
3.    Na CMC (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi             :    Natrium carboksimetilselulosa
Nama lain                :    Natrium karboksil metil selulosa
Pemerian                 :    Serbuk atau butiran putih atau kering gading tidak berbau atau hampir tidak berbau hidrofobik
Kelarutan                 :    Mudah terdispersi dalam air membentuk seperti koloidal, tidak larut dalam etanol 95% p dalam eter p dan dalam organik lain.
Penyimpanan           :    Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                :    Sebagai kontrol
II.3 Uraian Obat
1.  Glukovance®
        Golongan Obat     : Sulfonilurea generasi kedua
        Indikasi               : Terapi tahap dua untuk diabetes tipe II bila diet, olahraga dan pengobatan awal dengan suatu sulfonylurea dan metformin tidak menghasilkan control glikemik yang cukup
           Farmakodinamik  : penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin  dipankreas. Sifat perangsangan ini b erbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat hiperglikemia gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang mencukupi, obat-obat tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin. Itulah sebabnya mengapa obat-obat in sangat bermanfaat pada penderita dietes  dewasa yang pankreasnya masih mampu memproduksi insulin.   
Farmakokinetik   :    Absorbsi derivat sulfonylurea melalui usus baik, sehingga dapat diberikan peroral. Setelah absorbsi, obat ini tersebar keseluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin (70 %-90%).
Efek Samping  :       Infeksi pernapasan atas, daire, pusing mual dan muntah.
Kontraindikasi      : Wanita hamil atau menyusui, sakit ginjal, gagal jantung kongestif.
  Dosis                   :   Digunakan secara individu dengan mempertimbangankan keefektivan dan toleransi dosis sehari tidak boleh lebih 20 mg. Gliblenklamid dan 2000 mg metformin. Dosis awal yang direkomendasikan : 1,25/ 250 mg 1-2 X sehari atau 2,5 mg/500 mg 2 X sehari dengan makan
2.    Metformin  (ISO : 170)
     Nama paten     : Gliformin
     Indikasi             : Diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat badan, tetapi tambahan penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap insulin yang simptomnya sulit dikontrol. 
     Efek samping : Efek samping bersifat reversibel pada saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan perut, muntah, rasa logam pada mulut dan diare. Dapat menyebabkan asidosis laktat tetapi kematian akibat insiden ini lebih rendah dari kasus hipoglikemia yang disebabkan oleh glibenklamid/sulfonilurea. Kasus asidosis laktat dapat diobati dengan natrium bikarbonat. Kasus individual dengan matformin adalah anamia megaloblastik, pneumonitis, vaskulitis.
     Dosis                 : Dosis awal 0,5 – 1 gram sehari dosis tunggal atau dosis bagi, maksimum 3 g sehari.
     Farmakodinamik  :Tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak. Pada penderita diabetes yang gemuk, ternyata pemberiaan biguanid menurunkan berat badan dengan mekanisme yang belum jelas pada orang nonbiabetik yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar glukosa. (Ganiswara. 1995)
     Farmakokinetik  : Penyerapan biguanid oleh usus baik sekali dan obat ini dapat digunakan bersamaan dengan insulin atau dulfonilurea. Sebagian besar penderita yang gagal diobati dengan sulfonilurea dapat ditolong dengan biguanid. (Ganiswara. 1995) 
     Farmakologi   : Derivat biguanid mempunyai mekanisme kerja yang berlainan dengan derivate sulfonylurea, obat-obat tersebut kerjanya tidak melali perangsangan sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ sasaran . Pemberian biguanid pada nondiabetik tidak menurunkan kadar glukosa darah, tetapi sediaan biguanid ternyata menunjukkan efek potensial dengan insulin. (Ganiswara. 1995)
  Indikasi            : Sediaan biguanid tidak dapat  menggantikan fungsi insulin endogen dan digunakan pada terapi diabetes dewasa. (Ganiswara. 1995)
  Kontraindikasi : Sediaan biguanid tidak dapat diberikan pada penderita dengan penyakit hati berat , penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit jantung kongestif. (Ganiswara. 1995)
II.4 Uraian Tanaman
        II.4.1 Klasifikasi
Famili                  :  Goodniaceae
          Genus                  :  Scaevola
          Spesies                : Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb
        II.4.2 Morfologi
               Tanaman beruwas laut umumnya ditanam di pekarangan, di taman-taman atau dibudidayakan, kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain, dapat ditemukan dari 1-1.400 m dpl. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Umbutnya dimakan sebagai lalab atau acar, sedang buahnya merupakan salah satu ramuan untuk makan sirih, dan merupakan tanaman penghasil zat samak. Pelepah daun yang bahasa Sundanya disebut upih,
        II.4.3 Kandungan Kimia dan Kegunaan
Daun beruwas laut mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8 H13 NO2), dan flavanoid Nonaka (1989) menyebutkan bahwa tanaman beruas laut berkhasiat sebagai obat panas, cacar, sakit perut, kudis, cacingan dan obat gosok.
II.5 Uraian Hewan Coba
        II.5.1 Klasifikasi
              Mencit (Jassin, M.  1992)
   Kingdom   :        Animalia
 Phylum      :          Chordata
   Sub phylum:          Vertebrata
   Class         :          Mamalia
   Ordo         :          Rodentia
   Family       :          Muridae
  Genus         :          Mus
  Species       :          Mus musculus
        II.5.2 Karakteristik
              Mencit (Mus musculus) (Malole M., 1989)
-                Mencit adalah hewan pengerat yang dapat berkembang biak, mudah dipelihara dlam jumlah banyak.
-                Dapat hidup dalam berbagai iklim baik di dalam kandang maupun secara bebas sebagai hewan liar, oleh karena itu mencit banyak digunakan di laboratorium.
-                Mudah ditangani, memiliki sifat fotofobik (takut pada cahaya) maka cenderung berkumpul sesamanya.  Mereka lebih efektif pada malam hari daripada siang hari karena kehadiran manusia mengganggu dari aktivitas mencit.
-                Mencit mencapai umur 2 - 3 tahun, dan jika sedang menyusui akan mempertahankan sarangnya
-                Lama kehamilan 19 - 21 hari (4 - 12 ekor sekali lahir)
-                Mulai dikawinkan :  jantan 50 hari dan betina 50 – 60 hari
Sifat fisiologisnya :
-                Walaupun ukuran tubuh relatif kecil namun denyut jantungnya 400/menit
-                Konsumsi oksigennya 1,7 mL/g/hari
-                Luas permukaan tubuh 200 gram 36 cm2
-                Kecepatan respirasi/menit 136 – 216
-                Volume darah (% BB) : 7,5
-                Suhu tubuh (oC) 27,9 – 38,2
-                Tekanan darah 47/106
-                Volume tidal 0,15 Ml
BAB III

METODE PRAKTIKUM 
 III.1 Alat Yang digunakan
                      Adapun alat yang digunakan adalah Batang pengaduk, Gelas kimia, Gelas ukur,  Glukometer, Kanula, Kertas Timbang, Label, Spoit 1 ml, Sendok tanduk dan Timbangan Analitik.
III.2 Bahan Yang digunakan
                 Adapun bahan yang digunakan adalah Aquadest,  Glukosa 10 %, Glukovance®, Metformin, Na.CMC dan Kapas.
III.3 Hewan Coba
          Hewan yang di gunakan pada praktikum ini adalah mencit (Mus musculus) jantan.
III.4 Cara Kerja
         III.4.1 Pemilihan dan pemeliharan hewan coba
1.    Hewan coba hendaknya dipuasakan semalam sebelum percobaan
2.    Sebelum digunakan hewan tersebut harus terlebih dahulu ditimbang
3.    Diberikan tanda pada bagian tertentu dari hewan coba untuk menyatakan berat hewan coba
         III.4.2 Penyiapan Bahan
-       Na.CMC
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    ditimbang Na-CMC sebanyak 1 g, kemudian Na.CMC dilarutkan dengan air hangat 100 mL
3.    diaduk - aduk hingga jernih, kemudian ditimbahkan lagi Na.CMC dengan 50 ml air dingin lalu diaduk hingga homogen.
4.    disimpan dalam Erlenmeyer dan Siap untuk digunakan setelah didiamkan 1X24 jam dalam kulkas.
-       Glukovance
1.    Disiapkan alat dan bahan,
2.    diambil glukovance 1 tablet dimasukkan dalam lumping dan gerus hingga homogeny kemudian
3.    ditimbang sesuai dengan perhitungan
4.    dimasukkan ke dalam gelas kimia,

III.4.3 Perlakuan Hewan Coba
-          Penyiapan hewan uji
1.    Disiapkan hewan uji yaitu mencit (Mus musculus)
2.    ditimbang dan diberi tanda
3.    dipuasakan tujuh jam sebelum praktikum hewan uji tetapi tetap diberi minum.
-            Perlakuan hewan Uji
1.     Disiapkan hewan uji
2.     diukur kadar glukosa puasanya dengan menggunakan Glukometer
3.     diinduksi dengan glukosa 10 % Kemudian diukur kembali kadar glukosanya setelah diinduksi dengan glukosa
4.     mencit pertama diberi secara oral Mencit obat Glukovance®, mencit kedua diberi metformin, mencit ketiga diberi Na-CMC dan mencit keempat diberi ekstrak beruwas laut. Setelah itu diukur kembali kadar glukosanya setelah  15’, 30, 45’, dan 60 menit.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
IV.1 Data Pengamatan
IV.2 Perhitungan Persen Penurunan
BAB V
­PEMBAHASAN
               Diabetes Militus  merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dalam makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
               Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti dibetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat mengakibatkan komplikasi mikrovaskular yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). DM juga meningkatkan insiden penyakit makrovaskuler yang mencakup insiden infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer.
Kadar glukosa  serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110 mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria.
Gejala – gejala penyakit diabetes melitus adalah Polyuria yaitu volume urin yang banyak atau sering buang air kecil,Poltpipsia yaitu kurangnya cairan dalam tubuh,Polyphagia yaitu banyaknya makan yang dapat menyebabkan meningkatnya glukosa dalam darah.
Diabetes terdapat 4 tipe, yaitu :
  1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh defisiensi absolut yang  biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomin, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena sel batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi insulin.
  2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM ; tipe II) disebabkan oleh penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin yang menyebabkan hiperglikemia, tetapi tidak hetoksidosis.
  3. Berbagai sebab spesifik yang lain yang menyebabkan kadar glukosa darah meningkat, seperti penyakit nonpancreatic dan akibat terapi obat
  4. Disebut juga Gestational diabetes (GDM), tidak normalnya kadar glukosa darah di masa-masa awal kehamilan dimana plasenta dan hormon-2 plasenta menimbulkan resistensi insulin yang nyata pada trimester terakhir
Pengobatan diabetes melitus (DM) dapat dilakukan dengan cara pemberian langsung insulin, atau dengan cara pemberian obat-obatan hipoglikemia oral. Pada penderita DM, terjadi hiperglikemia, dimana kadar gula dalam darah meningkat diakibatkan kurangnya insulin yang merombak gula tersebut ataupun dikarenakan faktor lain, sedangkan dengan pengobatan DM ini juga dapat mengakibatkan hipoglikemia atau kadar gula dalam darah menurun bila tidak tepat dalam penggunaannya.
Pada pelaksaan  praktikum ini digunakan hewan uji yaitu mencit jantan hal ini disebabkan karena jika menggunakan mencit betina ditakutkan dalam  keadaan hamil sehingga dapat mempengaruhi  pendataan, Sebagaimana kita ketahui DM tipe tiga yaitu destasioner yang mana diderita oleh ibu hamil.Sebelum pemberian obat antidiabetes hewan uji terlebih dahulu diinduksi dengan glukosa 10 % hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat sehingga mudah diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi dari obat tersebut.
Sebelum perlakuan mencit dipuasakan terlebih dahulu dipuasakan untuk menghilangkan factor makanan. Walaupun demikian factor variasi biologis dari hewan tidak dapat dihilangkan sehingga factor ini relative dapat mempengaruhi hasil.
Untuk mengukur kadar glukosa dari hewan uji digunakan alat yaitu seperangkat alat ukur yang terdiri dari glukometer dan strip pembaca glukosa darah yang terpasang pada bagian atas glukometer . Dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
           Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahan obat paling efektif adalah metformin dengan persen penurunan pada menit ke 60 yaitu 69,86%.
VI.2 Saran                
           Adapun saran saya yaitu sebaiknya sistem lab yang sekarang di pertahankan,karna menurut saya sudah sangat baik dari system yang sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi 3. Fakultas Farmasi UMI : Makassar.

Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI : Jakarta.

Dirjen POM.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV . DEPKES RI : Jakarta.

Ganiswarna, S.1995.Farmakologi dan Terapi. FK-UI : Jakarta.

Jassin, 1987. Zoologi Vertebrata. Depkes RI. Jakarta.

Katzung.G.B.2002.Farmakologi Dasar Dan Klinik.Salemba Medika : Jakarta.

Malole.1989.Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium.IPB. Bogor.

Mycek.1995.Farmakologi Ulasan Bergambar.Gramedia : Jakarta.

Siswandono,MS.1995. Kimia Medicinal jilid 1.Universitas Gajah Mada Press : Yogyakarta.

Tjay, Tan Hoan.Obat-Obat Penting. Gramedia : Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/74139424/Diabetes-Melitus di akses tanggal 15 mei 2012, pukul 18.30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar