Minggu, 10 Juni 2012

Sintesis Aspirin


BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Sintesis senyawa organik adalah sintesis tehnik preparasi senyawa yang dapat dianggap sebagai seni, salah satu senyawa organik yang dapat disintesis adalah aspirin. Dimana aspirin merupakan obat bebas hasil reaksi asam asetil. Sedangkan efek samping dari aspirin  yang sering terjadi yaitu tukak lambung, kadang-kadang disertai anemia sekunder.
Fungsi aspirin adalah sebagai analgetik, antipiretik, dan sering pula digunakan sebagai pencegah atau melepaskan dingin atau infeksi pernafasan akut.
Sangat penting bagi seorang farmasis untuk mengetahui sifat – sifat dari senyawa ini, terutama cara mensintesis atau pembuatannya, juga prinsip-prinsip yang terjadi pada reaksi pembuatan aspirin sehingga kita akan mampu membuat obat dengan kualitas yang baik. . Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat dengan anhidrida asetat dan menggunakan katalis proton dan akan menghasilkan asam asetil salisilat dan asam asetat.
Melihat besarnya manfaat dari aspirin atau asetosal tersebut maka penting bagi seorang farmasis untuk mengetahui cara sintesis dari senyawa ini.
 
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam percobaan ini yaitu  bagaimanakah cara mensintesis senyawa aspirin berdasarkan reaksi asetilasi?
C. Maksud Percobaan
              Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami sintesis aspirin dengan metode asetilasi.
D. Tujuan Percobaan
Tujuan Percobaan ini yaitu untuk  melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan anhidrat aseat dengan menambahkan asam sulfat P serta menghitung nilai rendamennya.
                                  E. Manfaat Percobaan
              Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara mensintesis aspirin dengan metode asetilasi.
 

BAB II

KAJIAN  PUSTAKA

A. Teori Umum
Obat – obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, yang berbeda aktivitas  antiinflamasi, analgesic dan antipiretiknya. Obat-obat ini terutama bekerja dengan jalan menghambat enzim siklo-oksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase.aspirin adalah prototip dari grup ini, yang paling umum digunakan, dan merupakan obat yang dibandingkan dengan semua obat anti-inflamasi. Namun, sekitar 15 % penderita menunjukkan tidak toleran terhadap aspirin karena itu obat-obat AINS lain bermanfaat bagi indifidu ini (Meycek, 2001).
Aspirin adalah asam organik lemah  yang unik diantara  obat-obat AINS dalam asetilasi  dan juga inaktivasi siklo-oksigenese ireversibel. AINS lain termasuk salisilat semuanya menghambat siklo-oksigenase irreversible. Secara teori, penghambat COX-2 selektif mungkin menguntungkan karena dapat membatasi jaringan inflamasi. Aspirin cepat dideasetilasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat, yang mempunyai efek anti - inflamasi, anti-piretik dan anlgesik. Suatu  derivate  diflurofenil assam salisilat, tidak dimetabolisme menjadi salisilat dan karena itu menyebakan intoksikasi salisilat (Meycek, 2001).
Penggunaan lain aspirin digunakan untuk mencegah thrombus koroner dan thrombus vena-dalam berdasarkan efek penghambat agregasi trombosit. Laporan menunjukkan bahwa dosis aspirin kecil (325 mg/hari) yang diminum tiap hari dapat mengurangi incident infark  miokard akut, dan kematian pada penderita angina tidak stabil (Tjay, 1978).
                 Asam salisilat melalui esterifikasi gugus hidroksil fenolik asam salisilat dengan asam asetat, dicapai tidak hanya penerimaan  tubuh local yang baik melainkan juga kerja analgetik, antipiretik dan antifisiologistik yang lebih kuat. (Mutschler, 1991).
            Tidak  dapat diragukan bahwa obat-obatan yang paling banyak dipakai di dunia adalah derivate dari asam benzoate,asam o-hidroksi  benzoat atau asam salisilat yang dibuat dari fenol dan karbondioksida. Meskipun cara kerja yang tepat dari asam salisilat tidak diketahui dengan baik, efek-efek berguna dari ester-ester dari asam ini telah diketahui sejak dahulu kala, daun-daun yang mengandung jumlah yang cukup dari senyawa-senyawa penawar rasa sakit dan demam ini telah dikelola oleh Dokter dokter zaman dahulu kala. Asam salisilat merupakan suatu unsur aktif dari salisilat adalah obat penawar rasa sakit. Aspirin dengan esternya dengan asam asetat, kurang bersifat asam dan kurang mengiritasi.(Hammond, 1997).
Cara yang paling umum untuk membuat suatu asam dalam laboratorium adalah reaksi antara suatu pereaksi grignard dengan karbondioksida. Karena hamper tiap halide dapat diubah menjadi pereaksi grignard, reaksi ini sangat bersifat umum dan hasilnya biasanya  tinggi. Garam magnesium dari asam yang mula-mula terbentuk harus diasamkan untuk melepaskan asam bebas.(Hammond, 1997).
            Reaksi antara sulfat pekat dengan alcohol dapat menghasilkan ester sulfat monoalkil atau dialkil. Monoester diberi nama alkil hydrogen sulfat, asam alkilsulfat atau alkil bisulfat. Ketiganya sinonim. Nama diester dibentuk dari nama gugus alkil yang ditambahkan kata sulfat. Alkil hydrogen sulfat bersifat asam, sedangkan dialkil sulfat tidak.(Hammond, 1997).
  B. Uraian Bahan
1.    Acidum salycilicum  (DITJEN POM edisi III, 1979)
Nama IUPAC                                  : Asam 2 hidroksi benzoat
Sinonim                                           : Asam salisilat / asetosal
               Rumus molekul                               : C7H6O3
% unsur penyusun                       : Tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih  dari 101,0 % C7H6O3  dihitung terdiri zat yang telah dikeringkan
Titik lebur                                         : antara 158o dan 161o
                Berat molekul                                  : 138,12
      Bobot jenis                                      : 1,44                                          

Kelarutan                                        : Sukar larut dalam air dan benzen mudah larut dalam air mendidih,agak sukar larut dalam kloroform
     Penyimpanan                                  : Dalam wadah tertutup rapat
     Kegunaan dalam praktek              : Sebagai bahan dasar pembuat   aspirin
Kegunaan umum                          : Keratolitikum dan antifungi
2.  Acidum acetic anhidrate  (DITJEN POM edisi III, 1979)
Nama Resmi                               :  Acidum acetic anhidrate 
Sinonim                                       :  Asam asetat anhidrat
% unsur                                       : (CH3CO) (Mr = 99)
Rumus molekul                          : (CH3CO)2O
Berat Molekul                             : 102,09
% unsur penyususn                 : Mengandung tidak kurang dari 95,0 % C4H6O3
Pemerian                                     : Cairan jernih tidak berwarna, berbau  tajam, mengandung kurang dari 95,0% C4H6O3
Kelarutan                                    : Dapat bercampur dengan air, etanol 95%
                                                          P
Pennyimpanan                          : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                                   : Sebagai pelarut
3.   Aspirin (DITJEN POM edisi IV, 1995)
Nama IUPAC                                : Acidum acetylsalicylium
Sinonim                                         : Asam asetilsalisilat
Berat molekul                               : 180,16
Pemerian                                       :  Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur  putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam
Kelarutan                                      : Agak sukar larut dalam air, mudah larut   dalam etanol, larut dalam kloroform
Kegunaan umum                       :  Analgetikum, antipiretikum
4.   Air suling (DITJEN POM edisi IV, 1995)
Nama IUPAC                                : Aquadestillata
Sinonim                                         : Air suling, Aquadest
Berat molekul                               : 18,02
Berat Jenis                                    : 1 gr/vol
Pemerian                                       : Cairan jernih, tidak berwarna, tiodak  berbau, tidak berasa
% unsur penyusun                     :  Dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum
Penyimpanan                               : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                                     : Sebagai pembilas atau pencuci
5.  Asam sulfat (DITJEN POM edisi III, 1979)
Nama resmi                                  : Acidum sulfaricum
Sinonim                                        : Asam sulfat
Rumus molekul                           : H2SO4
Berat molekul                                  : 98,07
Berat Jenis                                      : ± 1,84 gr/vol
% unsur penyusun                       :  Asam sulfat mengandung tidak dari 95,0% dan tidak lebih dari 98,0% b/b H2SO4
Penyimpanan                                : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                                       : Sebagai katalisator
7.   Besi (III) (DITJEN POM edisi IV, 1995)
Nama resmi                                    : Ferri klorida
Sinonim                                           :  Besi (III) Klorida
Rumus molekul                             : FeCl3
Berat molekul                                 : 162,,2
Pemerian                                       :Hablur atau serbuk, hitam  kehijauan,bebas warna jingga dari garam hidrat
           Kelarutan                                          : larut dalam air, larut berapolaensi
           Penyimpanan                                  : Dalam wadah tertutup baik
           Kegunaan                                        : Sebagai penguji aspirin
 C.Prosedur Kerja
1.    Menurut penuntun (Anonim ; 2012)
                  Dilakukan refluks dedngan menggunakan labu alas bulat 100 ml. Masukkan 6,9 gr (0,05 mmol) asam salisilat dan 24 gr (30 ml,  0,75 mol) metanol absolut dalam labu. Tambahkan secara hati-hati 8 ml asam sulfat pekat secara hati-hati ke dalam campuran, aduk labu secara berlahan-lahan agar reaktan bercampur semua, tambahkan batu didih ke dalam labu dan pasang peralatan dengan pendingin allihn.
                  Panaskan campuran sampai mendidih menggunakan pemanas mantel atau tangas minyak, biarkan campuran mengalami refluks selama 2-3 jam. Dinginkan larutan dalam reaksi denngan mencelupkan labu dalam tangas es kemudian tambahkan 50 ml air. Tuangkan campuran reaksi ke dalam corong pisah 125 ml, dan pisahkan lapisan. Hati-hati memisahkan campuran yang mengandung ester. Cuci ester kasar dengan 50 ml NaHCO3 5 % ke dalam corong pisah dan kocok campuran beberapa saat. Pisahkan dan buang lapisan airnya. Cuci ester pada saat ketiganya dengan 30 ml air. Pisahkan lapisan dan pindahkan ester ke dalam erlenmeyer 25 ml. Keringkan produk dengan membiarkannya bersama 0,5 gr kalsium klorida anhidrat selama semalam. Hasil ester kasar yang diperoleh kira-kira 7,0 gr.



BAB III

KAJIAN HASIL PRAKTIKUM

A. Alat Yang dipakai
                 Adapun alat yang dipakai adalah Alumunium foil, Baskom, Batang pengaduk, Bunsen, Corong, Cawan Porselin, Erlenmeyer 250 ml, Gelas kimia 100 ml, Gelas ukur 50 ml, 10 ml, Gelas ukur 250 ml, Kertas saring, Pipet tetes, dan Sendok tanduk.
B.  Bahan Yang digunakan
                 Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Asam salisilat, Asam Anhidrat asetat, Asam sulfat pekat, Air suling dan Es batu.
B. Cara Kerja
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan, kemudian Ditimbang asam salisilat sebanyak 2 gram dan di masukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan dengan 5 ml anhidrida asetat. Setelah itu Ditambahkan dengan 5 tetes asam sulfat pekat, Larutan tadi dipanaskan selama 5 – 10 menit di nyala Bunsen kemudian Didinginkan pada suhu kamar kemudian erlenmeyer didinginkan di baskom berisi es sambil sampai terbentuk endapan atau kristal. Setelah terbentuk kristal putih, maka ditambahkan 50 ml air. Kristal disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring sebanyak 3 kali. Dikeringkan kristal aspirin yang didapat dari penyaringan. Setelah itu ditimbang berat aspirin yang didapatkan dan dihitung rendamennya.
                                
                        
 B. Pembahasan
Sintesa adalah reaksi kimia antara dua zat atau lebih untuk membentuk suatu senyawa baru, pada percobaan ini dilakukan adalah sintesa aspirin, dimana aspirin atau senyawa asam asetil salisilat merupakan senyawa obat bebas yang memiliki efek analgetik dan antiinflamasi.
Aspirin atau asetosal atau asam asetilsalisilat adalah turunan dari senyawa asam salisilat yang diperoleh dari simplisia tumbuhan Cortex salicis. Sintesa asam asetil salisilat berdasarkan reaksi asetilasi antara asam salisilat dengan  anhidrat asetat dengan menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator.
Aspirin merupakan salah satu obat yang memiliki efek analgesik maupun antiinflamasi yang dibuat dengan cara mensintesis atau mereaksikan asam salisilat dengan anhidrat asetat.
      Pertama-tama, disipkan alat dan bahan yang akan digunakan Ditimbang asam salisilat diatas kertas timbang sebanyak 2 gram. Kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml. Erlenmeyer ditambahkan 2,5 ml anhidrat asetat disertai dengan  penambahan 3 tetes asam sulat. digunakan anhidrat asetat dimaksudkan karena anhidrat asetat tidak mengandung air dan akan dengan mudah menyerap air sehingga air yang dapat menghidrolisis aspirin menjadi salisilat dan asetat dapat dihindari. Penggunaan anhidrat asetat juga dimaksudkan agar mencegah adanya air, karena jika terdapat air maka kristal dari aspirin akan terurai menjadi asam salisilat dan anhidrat asetat kembali atau dengan kata lain reversible (reaksi bolak-balik). Penambahan asam sulfat pekat pada larutan campuran asam salisilat dengan anhidrida asetat adalah berfungsi sebagai katalisator, jadi asam sulfat tidak berfungsi untuk mempercepat terjadinya sintesa dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga energi yang diperlukan dalam sintesa sedikit, jadi reaksi berjalan lebih cepat, dan dikocok hingga asam salisilat larut. Larutan dipanaskan selama 15 menit, Setelah asam salisilat tercampur sempurna maka larutan dipanaskan dengan menggunakan bunsen, hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang ada pada bahan sehingga aspirin yang diperoleh nanti memiliki kemurnian tinggi. Selain itu fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat kelarutan dari asam salisilat sehingga dapat bercampur dengan sempurna, hal ini dikarenakan proses pemanasan akan mempercepat gerak kinetik dari molekul-molekul yang ada dalam larutan sehingga laju reaksi akan semakin cepat dan reaksi berjalan cepat. Setelah dipanaskan, erlenmeyer didinginkan terlebih dahulu pada suhu kamar hingga dingin. Erlenmeyer tidak langsung diletakkan pada wadah berisi es batu dikarenakan perubahan suhu yang terlalu tajam dapat mengakibatkan erlenmeyer pecah. Ketika didinginkan dinding erlenmeyer digores-gores dengan menggunakan batang pengaduk bertujuan untuk mempercepat pembentukan kristal aspirin. Ketika didinginkan dinding erlenmeyer digores-gores dengan menggunakan batang pengaduk bertujuan untuk mempercepat pembentukan kristal aspirin. Setelah terbentuk kristal ditambahkan air sebanyak 50 ml agar reaksi pembentukan kristal berjalan sempurna dan dimaksudkan untuk menghidrolisis kelebihan asam yang terdapat dikristal aspirin.
Kristal yang terbentuk, dikumpul dengan menggunakan kertas saring melalui corong. Kristal yang telah diperoleh diuji dengan larutan FeCl3 untuk   membuktikan apakah dalam kristal masih mengandung asam salisilat. Setelah didapatkan kristal aspirin pada kertas saring, maka kristal tersebut di keringkan dalam oven selama beberapa menit. Setelah kering maka ditimbang massa aspirin yang telah disintesa. Selanjutnya dilakukan  dilakukan penghitungan rendamen.
Setelah massa aspirin didapatkan, ternyata hasilnya berbeda dengan perhitungan massa aspirin secara teoritis. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor kesalahan diantaranya adalah ketidakmurnian bahan-bahan yang digunakan, selain kesalahan pada penimbangan dan pengukuran juga dapat mempengaruhi jumlah kristal aspirin yang didapatkan.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
              Dari hasil pengamatan maka  dapat diketahui berat aspirin secara teoritis adalah 2,56 gr, sedangkan berat aspirin hasil praktek adalah 1, 968 gr. Sehingga diperoleh nilai  rendamen pada proses sintesis aspirin, adalah 76%.
B. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada suatu praktikum telah disediakan di laboratorium demi lancarnya praktikum.



 DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik   Sintesis. Fakultas farmasi UMI : Makassar.

Dirjen POM .1979. Farmakope Indonesia Edisi III.DepKes RI : Jakarta.

Dirjen POM .1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.DepKes RI : Jakarta.

Ganiswara. 1995. Farmaklogidan Terapi edisi ke IV.UI-Press : Jakarta.

George,S.Hammond. 1997. Kimia Organik. ITB. Bandung.

Mutschler,Ernst .1999.Dinamika Obat.  ITB : Bandung.

Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat – Obat Penting.PT Elex Media Komputindo :                            Jakarta.







3 komentar:

  1. terimakasih dari saya . ijin nyontek dikit , , hehehe

    BalasHapus
  2. iyaaa, sama-sama.....
    jangan lupa sisipkan pengarang bukunya yah untuk tinjauan pustaka,,, :)

    BalasHapus