Senin, 06 Mei 2013

Analisis Aktifitas Pengawet


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada sediaan farmasi, makanan – minuman dan kosmetika sering digunakan bahan pengawet, terutama terhadap sediaan yang pemakaiannya berganda.
Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Pengawetan merupakan persoalan yang kompleks, dimana setiap produk harus diseleksi.
Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi mikroorganisme. Bahaya dari pencemaran mikroorganisme baik bakteri, jamur ata khamir terdapat dimana – mana selama pembuatan, pengemasan, penyimpanan, dan penggunaan obat, dimana manusia, lingkungan (ruangan, udara), bahan obat dan bahan pembantu, alat – alat kerja seperti mesin – mesin dan bangahan pengemas primer merupakan sumber kontaminasi utama.
Harus diingat bahwa bahan yang bertindak sebagai bahan pengawet sebenarnya adalah bahan kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme, sehingga sering juga disebut sebagai zat anti mikroba.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah :
1.       Bagaimanakah efektivitas dari pengawet yang digunakan ?
2.      Apakah pengawet – pengawet yang digunakan mampu untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, Aspergillus niger,  dan bakteri Pseudomonas aureginosa dan E.coli?
C.     Maksud Praktikum
            Maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami dan menguji efektivitas dari pengawet – pengawet yang digunakan terhadap jamur Candida albicans, Aspergillus niger,  dan bakteri Pseudomonas aureginosa dan E.coli
D.    Tujuan Praktikum
            Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan efektivitas pengawet Metil paraben, Propil paraben, Asam benzoate, dan Natrium benzoate terhadap jamur Candida albicans, Aspergillus niger,  dan bakteri Pseudomonas aureginosa dan E.coli.
E.     Manfaat Praktikum
            Mengetahui efektivitas dari suatu bahan pengawet, sehingga kita dapat mengetahui pengawet – pengawet apa saja yang bagus dan baik untuk digunakan dalam suatu sediaan farmasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Teori Umum
Mikroorganisme atau mikroba (jasad renik) terdapat dimana – mana dan disekitar kita, mereka menghuni tanah, air dan atmosfer planet kita (Irianto, 2006).
Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi mikroorganisme. Bahaya dari pencemaran mikroorganisme baik bakteri, jamur ata khamir terdapat dimana – mana selama pembuatan, pengemasan, penyimpanan, dan penggunaan obat, dimana manusia, lingkungan (ruangan, udara), bahan obat dan bahan pembantu, alat – alat kerja seperti mesin – mesin dan bangahan pengemas primer merupakan sumber kontaminasi utama (Natsir, 2008).
Ingesti dari makanan mengandung toxin dan pathogen manusia yang dapat menyebabkan variasi dari penyakit. Ini harus dihambat kontaminasinya pada produk makanan dengan pathogen manusia dan untuk mengontrol potensial proliferasi dari produksi toxin mikroorganisme, dimana dapat menghasilkan keracunan pada makanan. Pada beberapa kasus, pertumbuhan dari mikroorganisme pathogen dalam penyertaan makanan oleh bentuk yang nyata dari bentuk yang rusak. Seperti produksi dari gas atau bau bahan – bahan yang kotor, dimana memberikan indikasi bahwa produk tidak boleh dinamakan. Pada kasus lain, mereka tidak secara nyata bentuk perusakannya untuk mengindikasi adanya pathogen atau toxin. Ini dibutuhkan untuk membawa keluar program inspeksi pada kemungkinan deteksi kontaminais dari produk makanan dengan mikroorganisme petogen (Atlas, 2006).
Adanya mikroorganisme dalam suatu sediaan obat dapat menyebabkan perubahan sediaan obat yang tidak dikehendaki, disamping itu dapat menyebabkan terjadinya bulukan, kekeruhan, pembentukan bau, dan fermentasi dan bahaya terjadinya infeksi oleh mikroorganisme pathogen dan kemungkinan terbentuknya produk metabolism yang dihasilkan oleh mikroorganisme pencemar tersebut. Usaha yang penting mengurangi kandungan mikroorganisme dapat dilakukan pencegahan (produksi higienis), menghilangkan seperti penyaringan, inaktivitas (dengan cara fisika, kimia). Untuk mempertahankan kemurnian sutau sediaan obat selama dalam penyimpanan dan penggunaan, maka dibutuhkan sutau penstabilisasi dengan bahan anti microbial yang disebut pengawet. Pengawet digunakan untuk wadah dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat masuk dengan tidak sengaja selama atau setelah proses produksi (Natsir, 2008).
Pengontrolan dari kualitas makanan adalah utamanya mengenai dengan tes produk maknan untuk melihat kehadiran dari mikroorganisme spesifik. Produk makanan adalah pembawa utama respon untuk transmisi dari penyakit akibat mikroorganisme dari system pencernaan. Untuk alasan ini, produk makanan harus di uji untu melihat kehadiran dari bakteri (Prescott, 2002).  
Populasi bakteri dapat menjadi luar biasa banyak dalam waktu yang singkat. Dengan memahami  kondisi ini, kita dapat menentukan cara mengontrol pertumbuhan bakteri penyebab penyakit atau bakteri perusak makanan (Maksum, 2002).
Cara pengujian efektivitas pengawet. Bila kemasan sediaan dapat ditembus dengan menggunakan jarum suntik, maka disiapkan 5 wadah asli dari sediaan. Tetapi bila wadah tidak dapat ditembusi secara aseptic, maka pindahkan 20 ml contoh ke dalam tabung reaksi yang bertutup sebanyak 5 buah. Selanjutnya dilakukan inokulasi suspense mikroorganisme uji sebanyak 0,1 ml yang setara dengan 20 ml sediaan. Dilakukan penetapan jumlah mikroorganisme hidup pada setiap suspense inokulum. Hitung angka awal mikroorganisme per ml sediaan yang di uji dengan metode taburan atau pour plate. Dilakukan pengamatan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 setelah dilakukan inokulasi (Natsir, 2008).
Pengawet yang digunakan secara farmasetik dapat dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu : (1) Fenol dan turunanya, (2) alcohol alifatik dan aromatic, (3) Senyawa air raksa organic, (4) senyawa ammonium kuarterner dan (5) asam karbonat (Natsir, 2008).
B.     Uraian Bahan
1.       Air suling ( Ditjen POM, 1979 : 96 )
         Nama resmi                  : Aqua destillata
RM / BM                                    : H2O / 18,02
Pemerian                      : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh.
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari      cahaya, ditempat sejuk.
         Kegunaan                     : Sebagai pelarut
2.      Alkohol ( Ditjen POM, 1979 : 65 )
Nama resmi                  : Aethanolum
RM / BM                                    : C2H5OH / 46,07
Pemerian                      : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan                     :sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform P,dan  dalam eter P.
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup rapat
       Kegunaan                       : Sebagai antiseptic

3.      Agar  ( Ditjen POM, 1979 : 74)
Nama resmi                  : Vegetable gelatin, gelosa
Sinonim                         : Agar
Pemerian                      : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan berlekatan atau berbentuk keping, serpih atau butiran, jingga lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai kuning pucat atau tidak berwarna, tidak berbau lemah, rasa berlendir, jika lembab kuat, jika kering rapuh.
Kelarutan                     :  Praktis tidak larut dalam air, larut dalam air mendidih.
Kegunaan                     : Sebagai sumber protein
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup rapat
4.     Dekstrosa (Ditjen POM,1979)
    Nama resmi           :   Dextrosum
Nama lain              :   Dekstrosa, Glukosa
RM/BM                   :   C6H12O6 / 180,16
Pemerian               :   Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih; tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan              :   Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan       :   Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan              :   Sebagai sumber karbon
C.     Uraian Sampel
1.       Asam Benzoat (Ditjen POM,1995)
Nama Resmi                 : Asam Benzoicum
Nama Lain                   : Asam Benzoat
RM/BM                          : C7H6O2/ 122,12
Pemerian                      : Hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat. Mudah mneguap dalam uap air.
Kelarutan                     : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup baik.
2.      Metil paraben (Ditjen POM,1995)
Nama Resmi                 : Methylis parabenum
Nama Lain                   : Metil paraben
RM/BM                          : C8H8O3
Pemerian                      : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan                     : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan              :  Dalam wadah tertutup baik
3.      Natrium benzoate (Ditjen POM,1995)
Nama Resmi                 : Natrii Benzoas
Nama Lain                   : Natrium Benzoat
RM/BM                          : C6H5COONa / 144,11
Pemerian                      : Granul atau serbuk hablur, putih tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil diudara.
Kelarutan                     : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, dan lebih mudah larut dalam etanol 90%.
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup baik
4.     Propil paraben (Exicipient,)
Nama Resmi                 : Propylparaben
Nama Lain                   : Propil p-hidroksibenzoat
RM/BM                          : C10H12O3/180,20
Fungsi                            : Pengawet antimikroba.
D. Uraian Mikroba
1.       Aspergillus nigeri
Klasifikasi (Garrity, 2004)
Regnum           : Plantae
Divisio              : Thalophyta
Subdivisio         : Fungi
Phylum            : Eumycophyta
Class                 : Ascomycetes
Ordo                 : Astinomycetales
Family              : Actinomycetales
Genus               : Aspergillus
Species              : Aspergillus niger
Morfologi (Entjang, 2003)
Dicirikan oleh leher reseptif yang rumit (trikogine) pada oksogonium atau ganetagium betina. Medilium bercabang dengan bebasnya dan hifanya mengandung sel-sel muktinukleat.
2.      Candida albicans
Klasifikasi  (Suriawira, 1986)
Regnum               : Protista
Divisio                  : Eumycophyta
Class                     : Ascomycycetes
Ordo                     : Saccharomycetales
Familia                 : Crypotoccaceae
Genus                   : Candida
Spesies                  : Candida albicans
Morfologi (Entjang, 2003)
                  Candida tampak sebagai ragi lonjong bertunas, ukurannya 2-3 x 4-6 nm, dan sel-sel bertunas, gram positif, yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa). Dapat meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas. Menghasilkan asam dari sukrosa, dan tidak bereaksi dengan laktosa.
3.      Escherichia coli
Klasifikasi (Garritty,2004)
Domain             :    Bakteria
Phylum             :    Proteobacteria
Class                  :    Gammaproteobacteria
Ordo                  :    Enterobacteriales
Familia              :    Enterobacteriaceae
Genus                :    Escherichia
Spesies               :    Escherichia coli
Morfologi (Pelczar, 2005)
Batang lurus, 1,1 – 1,5 μm  x  2,0 – 6,0 µm, motil dengan flagelum peritritikus atau non motil. Gram negatif. Tumbuh dengan mudah pada medium nutrien sederhana. Laktose difermentasi oleh sebagian besar galur dengan produksi asam dan gas. Koloninya utamanya pada nutrien gelatin, buram tidak tembus cahaya sampai sebagian translusent, smooth dan seragam konsistensinya. Jika ditumbuhkan pada medium Eosin Metilen Biru Agar, koloninya tampak seperti logam kemilau.
4.     Pseudomonas aeruginosa
Klasifikasi  (Garritty, 2004)
Domain                : Bacteria
Pylum                   : Proteobacteria
Class                     : Gammaproteobacteria
Ordo                     : Pseudomonadales
Sub ordo               : Pseudomonadinae
Family                  : Psedomonadaceae
Genus                   : Psedoumonas
Species                  : Psedoumonas aeroginosa
Morfologi (Pelczar, 2005)
   Bentuk batang bulat 0,5 – 1,5 mili mikron, ciri petumbuhan pada agar sel putih, dan sel tampak sendiri dan berpasangan, divisi lebih dari satu dan berkelompok  mengembang sampai tak beraturan.

BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.     Alat yang dipakai
Autoklaf, Cawan Petri, Erlenmeyer, Hand Sprayer, Inkubator, Lampu Spritus, Ose bulat, Pinset, Spoit 10 ml, Sendok Tanduk, Timbangan Analitik dan vial.
B.      Bahan yang digunakan
Aquadest Steril, Alkohol 70%, Aluminium Foil, Biakan jamur Candida albicans, Aspergillus niger,  dan bakteri Pseudomonas aureginosa dan E.coli Karet, Label, Kertas Timbang, Medium Potato Dekstrosa Agar (PDA), Sampel Asam benzoate, metil paraben, natrium benzoate, propel paraben, dan Tissu Roll.
C.      Cara Kerja
1.       Pembuatan bahan
Pertama-tama ditimbang sampel Asam benzoate, metil paraben, natrium benzoate dan propel paraben masing-masing sebanyak 0,01 gr dan 0,02 gr. Dimasukkan hasil timbangan ke dalam tiap vial yang berbeda. Dilarutkan sampel-sampel yang telah berada di dalam vial dengan pelarutnya masing-masing.


2.      Pengujian
Pertama-tama Diambil satu ml suspense bakteri. Dimasukkan ke dalam cawan petri secara aseptis. Ditambahkan sampel sebanyak 1 ml. ditambahkan medium PDA sebanyak 10m. Dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Diinkubasi di dalam enkas. Diamati pertumbuhan kolininya pada hari ke 7, 14, 21, dan 28
B.     Pembahasan
Pengawetan dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi mikroorganisme.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami dan menguji efektivitas dari pengawet – pengawet yang digunakan terhadap jamur Candida albicans dan bakteri Pseudomonas aureginosa.
Tujuan dari praktikum ini adalah uentuk menentukan efektivitas pengawet Natrium benzoate terhadap jamur jamur Candida albicans dan bakteri Pseudomonas aureginosa.
            Adapun cara kerjanya adalah disiapkan dua konsentrasi pengawet rentang rendah dan konsentrasi rentang tinggi. Masing – masing konsentrasi pengawet tersebut dipipet 1 ml lalu dituangkan kedalam vial, setelah itu medium (NA dan PDA) dituang sebanyak 9 ml ke dalam vial kemudian diinokulasikan mikronia uji sebanyak 1 ose, dihomogenkan. Setelah itu dituangan ke dalam cawan petri dan diabiarkan hingga memadat lalu diinkubasi. dan diamati pada hari 1 hari ke 7, hari ke 14, dan hari 28.
          Digunakan konsentrasi yang berbeda pada bahan pengawet karena melihat konsentrasi mana yang efektif untuk menghasilkan hasil yang baik.
          Dilakukan inkubasi pada inkubator pada waktu yang lama karena ditinjau dari segi kerja pengawet itu sendiri adalah mengawetkan sediaan untuk waktu yang lama, sehingga diinkubasinya pun lama. Semakin lama di inkubasi, maka akan makin terlihat kefektivan suatu pengawet atau sebaliknya.
Pengamatan dilakukan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 karena berdasarkan farmakope Indonesia pengawet yang efektif itu Jumlah bakteri viable pada hari ke 14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal. Jumlah kapang dan khamir viable selama 14 hari pertama adalah tetap atau berkurang dari jumlah awal.Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari bilangan yang telah disebutkan.
               Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 28 hari,terdapat beberapa hasil yang didapatkan.Dimana pada hari pertama tidak terdapat sama sekali mikroba pada semua cawan petri yang memiliki pengawet tersebut.Setelah itu,dilakukan lagi pengamatan pada hari ke tujuh dan sudah terdapat beberapa mikroba.Kemudian dilakukan pengamatan lagi pada hari ke empat belas dan didapati lagi beberapa mikroba hingga pada hari ke dua puluh satu dan didapati lebih banyak mikroba serta pada hari ke-28 didapati lebih banyak lagi mikroba. Namun,ada pula yang tidak dapat dihitung jumlah mikroba yang terdapat didalamnya karena sulit untuk diamati dengan mata telanjang sehingga disebut sebagai TBUD atau tidak bisa untuk diidentifikasi.

          Adapun faktor – faktor  kesalahan yang dapat terjadi dan mempengaruhi hasil adalah : (1) kurangnya ketelitian kami dalam mengamati jumlah koloni bakteri yang tumbuh, (2) adanya kesalahan kami dalam hal perlakuan terhadap sampel, suspensi bakteri dan medium, (3) ketidak sterilan dalam pengerjaan (pengerjaan tidak aseptis).
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa asam benzoat baik dalam konsentrasi rendah maupun tinggi efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
B.     Saran
Diharapkan percobaan untuk pengawet lain, J
DAFTAR PUSTAKA

Atlas, M, Ronald. 2006 . Microbiological Media For The Examination Of Food. Second Edition. CRC Press.

Ditjen POM,1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Ditjen POM 1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Depkes RI: Jakarta.
Koes, Irianto. 2006 . Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama Widya: Bandung.

Natsir, Djide. 2008 . Dasar – Dasar Mikrobiologi Farmasi . Universitas Hassanuddin : Makassar.

Natsir, Djide. 2008 . Analisis Mikrobiologi Farmasi . Universitas Hassanuddin : Makassar.

Prescott, Harley. 2002 . Laboratory Exercises In Microbiology. Fifth Edition. The McGraw – Hill Companies

Radji, Maksum, M.Biomed. 2002. Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran . ECG : Jakarta.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana,Raharja. 2002 . Obat – Obat Penting.  Kelompok Gramedia : Jakarta.





3 komentar:

  1. Hai Mba kenalkan saya Nurry, mau tanya neh tentang metode percobaanya, Mba mengambil metode dari mana ya,ko sederhana bgt metode pengujiannya. Soalnya yang saya pernah baca, tidak sesingkat itu. Mohon informasinya.

    BalasHapus
  2. iyaa,, ini skala lab say,, bukan skala penelitian, makanya metodenyapun sedernaha:)

    BalasHapus
  3. Pakai metode yg di farmakope 4

    BalasHapus