BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Jamur pada
umumnya adalah organisme yang berbentuk benang, multi selululer, tidak berklorofil dan belum
mempunyai diferensiasi dalam jaringannya. Namun ada beberapa yang terdiri atas
satu sel ( uniselluler ).
Penampilan fungi atau jamur
cendawan tidak asing lagi. Kita melihat bahwa pertumbuhan berwarna biru dan
hijau pada jagung, tomat dan keju. Pertumbuhan putih seperti bulu pada roti dan
selai basi, jamur di lapangan dan di hutan semua ini merupakan tubuh berbagai
cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai macam penampilan tergantung dari
spesiesnya. Pada umumnya bahan-bahan
yang berasal dari alam mudah untuk ditumbuhi jamur atau cendawan, misalnya pada
buah-buahan. Jamur atau cendawan tersebut biasanya akan mengakibatkan rusaknya
bahan-bahan tersebut. Jika bahan-bahan tersebut digunakan (dikonsumsi) oleh
makhluk hidup dalam hal ini manusia, biasanya bersifat patogen dan akan
mengganggu fungsi tubuh makhluk hidup, misalnya Aspergillus niger akan menyebabkan ganggaun pada kulit (bisul)
Untuk mengetahui nama genus
dan spesies suatu biakan mikroorganisme, perlu dilakukan identifikasi. Tahap
pertama untuk melakukan identifikasi adalah pengenalan ciri-ciri morfologi
mikroorganisme tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara
makroskopik (dengan mata telanjang), maupun mikroskopik langsung maupun tidak
langsung (slide culture).
B.
Rumusan masalah
Adapun
rumusan masalah pada percobaan ini adalah :
1.
Bagaimana
morfologi dari biakan jamur Sach serevisiae?
2.
Bagaimana
morfologi jamur dari sampel tempe?
C.
Maksud praktikum
Untuk mengetahui dan memahami morfologi kapang dan
khamir secara makroskopik dan mikroskopik dari sampel tempe dan biakan jamur Sach serevisiae.
D.
Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum
ini adalah :
1.
Untuk mengetahui
morfologi biakan jamur Sach serevisiae secara makroskopik dan mikroskopik langsung
2.
Untuk
mengetahui morfologi jamur dari sampel tempe
secara
makroskopik dan
mikroskopik langsung.
E.
Manfaat praktikum
Dapat
Mengetahui dan memahami morfologi kapang dan khamir secara makroskopik dan
mikroskopik dari sampel tempe dan biakan Sach
serevisiae.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori umum
Jamur dalam bahasa Indonesia sehari-hari mencakup beberapa hal
yang agak berkaitan. Arti pertama adalah semua anggota kerajaan Fungi dan beberapa
organisme yang pernah dianggap berkaitan, seperti jamur
lendir dan "jamur belah" (Bacteria). Arti
kedua berkaitan dengan sanitasi dan menjadi sinonim bagi kapang. Arti
terakhir, adalah tubuh buah yang lunak atau
tebal dari sekelompok anggota Fungi (Basidiomycetes)
yang biasanya muncul dari permukaan tanah atau substrat tumbuhnya. Bentuk umum
jamur biasanya adalah seperti payung, walaupun ada juga yang tampak seperti
piringan. Pengertian terakhir ini berkaitan dengan nilai ekonomi jamur sebagai
bahan pangan, sumber racun, atau bahan pengobatan ( Wikipedia,2010).
Kapang (Inggris: mold) merupakan anggota regnum Fungi
("Kerajaan" Jamur) yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang
sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan
anggota dari kelas
Ascomycetes
( Jutono,2001 ).
Khamir adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan
untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan
percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan
anggota divisi Ascomycota,
walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota.
Beberapa jenis khamir, seperti Candida albicans,
dapat menyebabkan infeksi
pada manusia (kandidiasis). Lebih dari seribu spesies khamir
telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan adalah Saccharomyces
cerevisiae, yang dimanfaatkan untuk produksi anggur, roti, tape,
dan bir sejak ribuan
tahun yang silam dalam bentuk ragi (Wikipedia,2010).
Sel
kamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 μm sampai 20-50 μm, dan lebar 1-10 μm.
Kamir dapat melakukan reproduksi atau perkembangbiakan dengan beberapa cara
yaitu (Fardiaz, 2002) :
a.
Pertunasan
b.
Pembelahan
c.
Pembelan
tunas, yaitu kombinasi antara pertunasan dan pembelahan
d.
Sporulasi
atau pembetukan spora yang dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
- spora aseksual
- spora seksual
Jamur diklasifikasikan ke dalam
6 divisi yaitu ( Praweda,2000) :
1.
Myxomicotina
(Jamur lendir)
Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana yang mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
- fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak disebut plasmodium
- fase tubuh buah
Reproduksi jamur ini yaitu secara vegetatif dengan spora, yaitu spora yang disebut spora myxoflagelata. Contoh spesies Physarum polycephalum
Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana yang mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
- fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak disebut plasmodium
- fase tubuh buah
Reproduksi jamur ini yaitu secara vegetatif dengan spora, yaitu spora yang disebut spora myxoflagelata. Contoh spesies Physarum polycephalum
2. Oomycotina ( Jamur air )
Tubuhnya
terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak
inti. Contoh spesies jamur ini adalah Saprolegnia sp yang hidup saprofit pada
bangkai ikan dan serangga air.
3. Zygomycotina
Tubuhnya multiseluler, habitat
umumnya di darat sebagai saprofit. Memiliki hifa tidak bersekat. Contoh
spesiesnya adalah Mucor mucedo
yang biasa hidup di kotoran
ternak dan roti, serta jamur
Rhizopus oligosporus merupakan jamur tempe.
Rhizopus oligosporus merupakan jamur tempe.
4. Ascomycotina
Tubuhnya ada yang uniseluler
dan ada yang multiseluler. Ascomycotina bersifat multiseluler, hifanya bersekat
dan berinti banyak. Hidupnya ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis
dengan ganggang. Contoh spesiesnya adalah Sacharomyces cerevisae yang bergua dalam proses pembuatan tempe.
5. Basidiomycotina
Ciri khas dari jamur ini
adalah alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai badan penghasil
spora.Contoh spesiesnya adalah Volvariella
volvacea.
6. Deuteromycotina
Nama lainnya yaitu fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna)
dinamakan demikian karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara
pembiakan secara generatif. Contohnya yaitu Jamur Oncom sebelum diketahui
pembiakan generatifnya dinamakan Monilia
sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya yang
berupa askus namanya diganti
menjadi Neurospora sitophila dimasukkan
ke dalam Ascomycotina.
Beberapa
jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap berkhasiat obat, seperti jamur
merang (Volvariela volvacea), jamur tiram
(Pleurotus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur
kancing atau champignon (Agaricus campestris), dan jamur shiitake
(Lentinus edulis). Jamur yang beracun contohnya adalah Amanita muscaria, dan
jamur yang dikenal sebagai "destroying angel" (Jutono,2001
).
Fungi
(jamak) atau fungus (tunggal) adalah suatu organisme eukariotik yang mempunyai
ciri-ciri spesifik sebagai berikut (Fardiaz,
2002) :
1.
Mempunyai
inti sel
2.
Memproduksi
spora
3.
Tidak
mempunyai klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis
4.
Dapat
berkembang biak secara aseksual maupun seksual
5.
Beberapa
mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel yang mengandung
selulosa atau khitin, atau keduanya.
Secara
umum fungi dapat dibagi atas dua kelompok berdasarkan atas tipe selnya yaitu
(Djide, 2006) :
1.
Fungi
yang bersifat uniseluler (khamir; ragi; yeast)
2.
Fungi
yang bersifat multiseluler (kapang, jamur, cendawan).
Ada tiga macam morfologi
hifa yaitu (Pelczar, 2006) :
1.
Aseptat
(senosit). Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum
2.
Septat
dengan sel-sel nukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel
berisi nukleus tunggal
3.
Septat
dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih
dari satu nukleus dalam satu ruang.
- Uraian Bahan
1. Air suling ( Ditjen POM,
1979 )
Nama
resmi : Aqua destillata
Sinonim : Aquadest, air suling
RM
/ BM : H2O /
18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai pelarut
2.
Agar (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Agar
Sinonim :
Agar-Agar
Pemerian : Berkas potongrpih atau butiran, jingga
lemah kekuningan sampai kuning pucat
atau berwarna, tidak berbau atau lemah, rasa berlendir.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air , dan larut
dalam air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium.
3.
Asam
Tatrat (Ditjen POM, 1979)
Nama
resmi : Acidum tartaricum
Nama
lain : Asam tatrat
RM / BM : C₄H₆O₆
Pemerian : Hablur, tidak berwarna
atau bening atau serbuk hablur halus sampai
granul
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam
air; mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
. 4. Dextrosa (Dirjen
POM,1995:300)
Nama resmi : Dextrosum / Glucosum
Sinonim :
Glukosa
RM
/ BM : C6H12O6.H2O
/ 198,17
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk
hablur atau butiran putih; tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan :
Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; agak sukar
larut dalam etanol (95 %) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai karbohidrat
4.
Gliserol
(Ditjen POM, 1979)
Nama
resmi : Glycerolum
Nama
lain : Gliserin
RM
/ BM : C₃H₈O₃ / 92,09
Pemerian :
Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya berbau khas
lemah; (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus
Kelarutan :
Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform,
dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
5.
Metilen
Biru (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi :
Methylthionini chloridun
Nama
lain : Metilen Biru
RM
/ BM : C₁₆H₁₈CIN₃S.3H₂O / 373,90
Pemerian : Hablur atau serbuk hijau tua, berkilauan
seperti perunggu, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil
diudara; larut dalam air dan dalam etanol. Berwarna biru tua
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam
kloroform; agak sukar dalam etanol
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
C. Uraian Mikroba
1.
Aspergillus
nigeri (Garrity,
2004)
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Thalophyta
Subdivisio :
Fungi
Phylum : Eumycophyta
Class : Ascomycetes
Ordo : Astinomycetales
Family : Actinomycetales
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus niger
Morfologi
Dicirikan oleh leher reseptif yang
rumit (trikogine) pada oksogonium atau ganetagium betina. Medilium bercabang
dengan bebasnya dan hifanya mengandung sel-sel muktinukleat.
2.
Candida albicans ( Buchanan, 1974 )
Klasifikasi
Kingdom : Eukariotik
Divisio : Eumycota
Sub Divisio : Deuteromycotina
Class : Blastomycetes
Ordo : Cryptococcaceae
Familia : Candidoidea
Genus : Candida
Spesies : Candida
albicans
Morfologi
Pada sediaan mikroskopik eksudat,
Candida tampak sebagai ragi lonjong bertunas, gram positif, ukurannya 2-3 x 4-6
nm, dan sel-sel bertunas, gram positif, yang memanjang menyerupai hifa
(pseudohifa). Pada agar Saboraud yang dieramkan pada suhu kamar, terbentuk
koloni-koloni lunak yang berwarna krim yang mempunyai bau seperti ragi.
Pertumbuhan permukaan terdiri dari sel-sel bertunas yang lonjong. Pertumbuhan
yang tertutup terdiri dari pseudomiselium. Ini terdiri dari pseudohifa yang
membentuk blastospora pada nodus-nodus dan kadang-kadang khlamidospora dan
ujung-ujungnya. Dapat meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam
dan gas. Menghasilkan asam dari sukrosa, dan tidak bereaksi dengan laktosa.
3.
Rhizopus
oligosphorus (Garrity, 2004)
Klasifikasi
Regnum :
Plantae
Divisio : Thalophyta
Subdivisio : Fungi
Phylum :
Mixomycophyta
Class :
Pycomycetes
Ordo :
Mixobacteriales
Family :
Mixobacteriaceae
Spesies : Rhizopus
oligosporus
Morfologi
Berproduksi baik secara
aseksual maupun seksual. Merupakan patoge oportunitis, artinya tidak
menyebarkan penyakit pada inang sehat tetapi menyebabkan mikosis pada inang
terkompromi yaitu orang-orang yang sudah menjadi lemah karena penyakit. Selain
hifa vegetative dan sporangium terdapat juga hifa seperti akar yang pendek dan
bercabang banyak yang disebut rhizoid.
4.
Saccharomyces
cereviceae
Regnum : Procaryotae
Divisio
: Eumycophyta
Kelas : Ascomycycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cereviceae
Morfologi:
Belum diketahui cara pembiakan
seksualnya. Dapat menguraikan gula menjadi alcohol dan bermacam-macam zat
organik lainnya.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang dipakai
Alat-alat yang digunakan Autoklaf, Batang V (alfol ), Cawan Petri, Dek dan objek
glass, Jarum preparat, Lampu spiritus, Mikroskop, Ose bulat, Oven, Pipet tetes, Spoit injeksi,
dan Tabung reaksi.
B. Bahan yang digunakan
Bahan - bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Air
steril, Asam
tartrat, Biakan Aspergillus nigeri, Biakan
Candida albicans, biakan Rhizopus
oligosphorus, biakan Sach
serevisiae, Gliserol
10%, Kertas saring, Kue bolu berjamur, Metilen blue, Medium PDA, Nasi berjamur,
Roti berjamur, dan Tempe berjamur.
C. Cara Kerja
A.
Metode
makroskopik
-
Metode
gores
Pertama
tama disiapkan alat dan bahan, kemudianDimasukkan 10 ml medium PDA pada cawan petri, dibiarkan memadat. Kemudian Diambil 1 ose biakan
bakteri Sach serevisiae secara aseptis lalu Digoreskan diatas medium
PDA,
kemudian Diinkubasi
selama 3 x 24 jam lalu Diamati.
-
Metode
tuang
Pertama
tama di siapkan alat dan bahan, kemudian Dipipet 1 ml suspensi Sach serevisiae, Dituangkan
10 medium PDA kemudian Ditetesi
1 tetes asam tartrat, Dibiarkan
memadat dan Diinkubasi
selama 3 x 24 jam di enkas kemudian Diamati.
B.
Metode
Mikroskopik
-
Metode
mikroskopik langsung
Pertama-tama
Disiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan kemudian Diambil biakan jamur pada sampel tempe dengan menggunakan ose bulat yang
telah dipijarkan dan diletakkan di atas objek glass. Objek glass ditetesi dengan
metilen blue lalu ditutup dengan deck glass lalu Diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 10x10. Digambar
hasil pengamatan.
-
Metode Mikroskopik tidak langsung
Pertama-tama
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dimasukkan kertas saring ke dalam cawan petri sesuai dengan lebar cawan
petri kemudian Dimasukkan
batang V ke dalam cawan Petri, Dek
dan objek glass diletakkan di atas batang V tersebut dan disterilkan. Diambil jamur pada pada tempe dengan menggunakan jarum
preparat dan diletakkan di atas objek glass. Ditambahkan 1 tetes medium PDA pada
objek glass tersebut yang sudah dicampur dengan asam tartrat 1% kemudian Preparat tersebut ditutup
dengan deck glass. Ditetesi gliserol 10% pada kertas
saring yang berada di dalam cawan Petri. Cawan petri ditutup dan
diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu kamar, setelah itu Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop kemudian Diambil gambar pengamatan.
B. Pembahasan
Kapang
merupakan anggota regnum
Fungi
("Kerajaan" Jamur) yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang
sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan
anggota dari kelas
Ascomycetes.
Sedangkan Khamir adalah fungi ekasel (uniselular)
yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan
percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan
anggota divisi Ascomycota,
walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota
Untuk
mengetahui nama genus dan spesies suatu
biakan mikroorganisme, perlu dilakukan identifikasi. Tahap pertama untuk
melakukan identifikasi adalah pengenalan ciri-ciri morfologi mikroorganisme
tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara makroskopik (degan mata telanjang), maupun
mikroskopik. Untuk mengidentifikasi kelompok khamir dan bakteri di samping ciri
morfologinya, masih harus dilengkapi dengan sifat-sifat fisiologi dan biokimia.
Oleh
karena itu dilakukan percobaan ini, untuk mengetahui morfologi jamur dengan
menggunakan berbagai metode.
Metode
makroskopik pada percobaan ini digunakan metode gores dan metode tuang.
Digunakan kedua metode ini untuk melihat bentuk koloni dari jamur setelah
diinkubasi selama 3 hari.
Sedangkan
metode mikroskopik, digunakan metode mikroskopik langsung dan tidak langsung
untuk melihat morfologi dari jamur tempe yang diamati dibawah mikroskop. Pada
metode langsung, jamur tempe diamati di bawah mikroskop tanpa diinkubasi
terlebih dahulu. Sedangkan pada metode mikroskopik tidak langsung, jamur tempe
diinkubasi terlebih dahulu di dalam enkas selama 3 x 24 jam.
Pengerjaan pada metode gores yaitu Pertama tama
disiapkan alat dan bahan, kemudian Dimasukkan
10 ml medium PDA pada cawan petri, digunakan PDA karena PDA merupakan media pertumbuhan
jamur, kemudian PDA dibiarkan
memadat agar mdah digores. Kemudian Diambil 1 ose biakan bakteri Sach
serevisiae
secara aseptis lalu Digoreskan
diatas medium PDA, kemudian Diinkubasi selama 3 x 24 jam, diinkubasi
selama 3 x 24 jam kerena jamur diperkirakan akan tumbuh pada rentang waktu
tersebut. Setelah itu Diamati.
Pengerjaan pada metode tuang yaitu Pertama
tama di siapkan alat dan bahan, kemudian Dipipet 1 ml suspensi Sach serevisiae, Dituangkan
10 medium PDA kemudian Ditetesi
1 tetes asam yang berguna untuk memberikan suasana asam, karena fungi mudah
tumbuh pada suasana asam. Dibiarkan memadat dan Diinkubasi selama 3 x 24 jam di enkas, diinkubasi di
enkas karena jamur aan tumbuh pada suhu enkas ( 250)
kemudian diamati.
Pengerjaan pada metode mikroskopik
secara langsung yaitu Pertama-tama Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian Diambil biakan jamur pada sampel
tempe dengan
menggunakan ose bulat yang telah dipijarkan dan diletakkan di atas objek glass. Objek glass ditetesi dengan
metilen blue agar morfologi dari jamur tersebut tampak jelas. lalu ditutup dengan deck glass lalu Diamati di bawah mikroskop
dengan pembesaran 10x10. Kemudian Digambar hasil pengamatan.
Pengerjaan pada metode
mikroskopik secara tidak langsung yaitu Pertama-tama disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Kemudian Dimasukkan
kertas saring ke dalam cawan petri
sesuai dengan lebar cawan petri. Penggunaan
kertas saring agar gliserol yang akan diberikan
nanti
dapat
tersimpan pada kertas saring , karena kertas saring dapat menyerap gliserol
sehingga kelembapan tetap terjaga. kemudian Dimasukkan batang V ke dalam cawan Petri, batang V bertujuan agar dek
dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan kertas saring yang telah
ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik. Dek dan objek glass
diletakkan di atas batang V tersebut dan disterilkan. Diambil jamur pada pada tempe dengan menggunakan jarum
preparat dan diletakkan di atas objek glass. Ditambahkan 1 tetes medium PDA pada
objek glass tersebut yang sudah dicampur dengan asam tartrat 1% kemudian Preparat tersebut ditutup
dengan deck glass. Ditetesi gliserol 10% pada kertas
saring yang berada di dalam cawan Petri. maksud dari penambahan
gliserol pada kertas saring yaitu untuk memberika kelembapan pada cawan petri
dimana fungi ditumbuhkan. Setelah itu Cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 3x24 jam pada
suhu kamar, setelah itu Dilakukan
pengamatan di bawah mikroskop kemudian Diambil gambar pengamatan.
Dari hasil pengamatan diperoleh
data bahwa jamur tersebut mempunyai Bentuk permukaan Covex, koloninya
berwarna hitam, memiliki bau yang tengik, Zonation 7 mm, mempunyai Radial forrow dan Reserve of colony, tidak mempunyai Growing zone dan Exudate drop.
Adapun pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil pengamatan yang kurang jelas yang disebabkan oleh beberapa faktor
kesalahan, yaitu :
1. Pengerjaan
yang kurang aseptis
2. Pengerjaan
yang kurang teliti
3. Pengamatan
yang kurang baik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil percobaan yang dilakukan dapat di
simpulkan bahwa jamur Saccharomyces
cereviceae dan jamur yang terdapat pada tempe mempunyai Bentuk
permukaan Covex, koloninya
berwarna hitam, memiliki bau yang tengik, Zonation 7 mm, mempunyai Radial forrow dan Reserve of colony, tidak mempunyai Growing
zone dan Exudate drop.
B. Saran
saran saya pada praktikum ini Agar diberi penjelasan
mengenai bentuk-bentuk atau bagian-bagian kapang atau khamir ketika diamati di
mikroskop.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar