Sabtu, 30 Juni 2012

Morfologi Kapang dan Khamir


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk benang,   multi selululer, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam jaringannya. Namun ada beberapa yang terdiri atas satu sel ( uniselluler ).
Penampilan fungi atau jamur cendawan tidak asing lagi. Kita melihat bahwa pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada jagung, tomat dan keju. Pertumbuhan putih seperti bulu pada roti dan selai basi, jamur di lapangan dan di hutan semua ini merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai macam penampilan tergantung dari spesiesnya.  Pada umumnya bahan-bahan yang berasal dari alam mudah untuk ditumbuhi jamur atau cendawan, misalnya pada buah-buahan. Jamur atau cendawan tersebut biasanya akan mengakibatkan rusaknya bahan-bahan tersebut. Jika bahan-bahan tersebut digunakan (dikonsumsi) oleh makhluk hidup dalam hal ini manusia, biasanya bersifat patogen dan akan mengganggu fungsi tubuh makhluk hidup, misalnya Aspergillus niger akan menyebabkan ganggaun pada kulit (bisul)
Untuk mengetahui nama genus dan spesies suatu biakan mikroorganisme, perlu dilakukan identifikasi. Tahap pertama untuk melakukan identifikasi adalah pengenalan ciri-ciri morfologi mikroorganisme tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara makroskopik (dengan mata telanjang), maupun mikroskopik langsung maupun tidak langsung (slide culture).
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah :
1.    Bagaimana morfologi dari biakan jamur Sach serevisiae?
2.    Bagaimana morfologi jamur dari sampel tempe?
C. Maksud praktikum
               Untuk mengetahui dan memahami morfologi kapang dan khamir secara makroskopik dan mikroskopik dari sampel tempe dan biakan jamur Sach serevisiae.
D. Tujuan praktikum
                 Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.    Untuk   mengetahui   morfologi    biakan    jamur Sach serevisiae secara makroskopik dan mikroskopik langsung
2.    Untuk mengetahui morfologi jamur dari sampel tempe secara          makroskopik dan mikroskopik langsung.
E. Manfaat praktikum
Dapat Mengetahui dan memahami morfologi kapang dan khamir secara makroskopik dan mikroskopik dari sampel tempe dan biakan Sach serevisiae.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori umum
Jamur dalam bahasa Indonesia sehari-hari mencakup beberapa hal yang agak berkaitan. Arti pertama adalah semua anggota kerajaan Fungi dan beberapa organisme yang pernah dianggap berkaitan, seperti jamur lendir dan "jamur belah" (Bacteria). Arti kedua berkaitan dengan sanitasi dan menjadi sinonim bagi kapang. Arti terakhir, adalah tubuh buah yang lunak atau tebal dari sekelompok anggota Fungi (Basidiomycetes) yang biasanya muncul dari permukaan tanah atau substrat tumbuhnya. Bentuk umum jamur biasanya adalah seperti payung, walaupun ada juga yang tampak seperti piringan. Pengertian terakhir ini berkaitan dengan nilai ekonomi jamur sebagai bahan pangan, sumber racun, atau bahan pengobatan ( Wikipedia,2010).
Kapang (Inggris: mold) merupakan anggota regnum Fungi ("Kerajaan" Jamur) yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan anggota dari kelas Ascomycetes ( Jutono,2001 ).
Khamir adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa jenis khamir, seperti Candida albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis). Lebih dari seribu spesies khamir telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae, yang dimanfaatkan untuk produksi anggur, roti, tape, dan bir sejak ribuan tahun yang silam dalam bentuk ragi (Wikipedia,2010).
Sel kamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang  1-5 μm sampai 20-50 μm, dan lebar 1-10 μm. Kamir dapat melakukan reproduksi atau perkembangbiakan dengan beberapa cara yaitu (Fardiaz, 2002) :
a.    Pertunasan
b.    Pembelahan
c.    Pembelan tunas, yaitu kombinasi antara pertunasan dan pembelahan
d.    Sporulasi atau pembetukan spora yang dapat dibedakan atas 2 macam    yaitu :
       - spora aseksual
      - spora seksual
Jamur diklasifikasikan ke dalam 6 divisi yaitu ( Praweda,2000) :
1. Myxomicotina (Jamur lendir)
Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana yang mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
- fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak disebut plasmodium
- fase tubuh buah
Reproduksi jamur ini yaitu secara vegetatif dengan spora, yaitu spora yang disebut spora myxoflagelata. Contoh spesies  Physarum polycephalum
2. Oomycotina ( Jamur air )
        Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak inti. Contoh spesies jamur ini adalah Saprolegnia sp yang hidup saprofit pada bangkai ikan dan serangga air.
3. Zygomycotina
Tubuhnya multiseluler, habitat umumnya di darat sebagai saprofit. Memiliki hifa tidak bersekat. Contoh spesiesnya adalah Mucor mucedo yang biasa hidup di kotoran ternak dan roti, serta jamur
Rhizopus oligosporus merupakan jamur tempe.
4. Ascomycotina
Tubuhnya ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. Ascomycotina bersifat multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak. Hidupnya ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang. Contoh spesiesnya adalah Sacharomyces cerevisae yang bergua dalam proses pembuatan tempe.
5. Basidiomycotina
Ciri khas dari jamur ini adalah alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai badan penghasil spora.Contoh spesiesnya adalah Volvariella volvacea.
6. Deuteromycotina
Nama lainnya yaitu fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan demikian karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif. Contohnya yaitu Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya yang berupa askus namanya diganti menjadi Neurospora sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina.
Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap berkhasiat obat, seperti jamur merang (Volvariela volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur kancing atau champignon (Agaricus campestris), dan jamur shiitake (Lentinus edulis). Jamur yang beracun contohnya adalah Amanita muscaria, dan jamur yang dikenal sebagai "destroying angel" (Jutono,2001 ).
Fungi (jamak) atau fungus (tunggal) adalah suatu organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri spesifik sebagai berikut    (Fardiaz, 2002) :
1.    Mempunyai inti sel
2.    Memproduksi spora
3.    Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis
4.    Dapat berkembang biak secara aseksual maupun seksual
5.    Beberapa mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel yang mengandung selulosa atau khitin, atau keduanya.
Secara umum fungi dapat dibagi atas dua kelompok berdasarkan atas tipe selnya yaitu (Djide, 2006) :
1.      Fungi yang bersifat uniseluler (khamir; ragi; yeast)
2.    Fungi yang bersifat multiseluler (kapang, jamur, cendawan).
Ada tiga macam morfologi hifa yaitu (Pelczar, 2006) :
1.    Aseptat (senosit). Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum
2.    Septat dengan sel-sel nukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal
3.    Septat dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam satu ruang.

  1. Uraian Bahan
1.     Air suling ( Ditjen POM, 1979 )
Nama resmi          : Aqua destillata
Sinonim                : Aquadest, air suling
RM / BM                : H2O / 18,02
Pemerian             : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak    berasa.
Penyimpanan      :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                        :  Sebagai pelarut
2.  Agar (Ditjen POM, 1979)
     Nama resmi          :  Agar
     Sinonim                :  Agar-Agar
     Pemerian              : Berkas potongrpih atau butiran, jingga lemah     kekuningan sampai kuning pucat atau berwarna, tidak berbau atau lemah, rasa berlendir.
     Kelarutan              :  Praktis tidak larut dalam air , dan larut dalam air mendidih.
     Penyimpanan      :  Dalam wadah tertutup baik.
     Kegunaan            :  Sebagai bahan pemadat medium.
3.    Asam Tatrat (Ditjen POM, 1979)
      Nama resmi      : Acidum tartaricum
      Nama lain         : Asam tatrat
      RM / BM            : CHO
       Pemerian         : Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus  sampai granul
  Kelarutan       : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol
      Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup
. 4. Dextrosa (Dirjen POM,1995:300)
      Nama resmi         :  Dextrosum / Glucosum
      Sinonim               :  Glukosa
      RM / BM               :  C6H12O6.H2O / 198,17
Pemerian            : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih; tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan            :  Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95 %) P
      Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik.      
      Kegunaan            : Sebagai karbohidrat
4.    Gliserol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi       : Glycerolum
Nama lain          : Gliserin
RM / BM             : CHO  / 92,09
Pemerian           : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya berbau khas lemah; (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus
Kelarutan           : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup rapat
5.    Metilen Biru (Ditjen POM, 1979)
      Nama resmi    : Methylthionini chloridun
Nama lain        : Metilen Biru
RM / BM          : C₁₆H₁₈CINS.3HO / 373,90
Pemerian        : Hablur atau serbuk hijau tua, berkilauan seperti perunggu,    tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil diudara; larut dalam air dan dalam etanol. Berwarna biru tua
Kelarutan         : Larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar dalam etanol
Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup baik

C.   Uraian Mikroba
1.    Aspergillus nigeri (Garrity, 2004)
Klasifikasi
Regnum          : Plantae
Divisio              : Thalophyta
Subdivisio       : Fungi
Phylum            : Eumycophyta
Class                : Ascomycetes
Ordo                 : Astinomycetales
Family              : Actinomycetales
Genus              : Aspergillus
Species            : Aspergillus niger
Morfologi
            Dicirikan oleh leher reseptif yang rumit (trikogine) pada oksogonium atau ganetagium betina. Medilium bercabang dengan bebasnya dan hifanya mengandung sel-sel muktinukleat.
2.    Candida albicans ( Buchanan, 1974 )
Klasifikasi
Kingdom          :        Eukariotik
       Divisio              :        Eumycota
       Sub Divisio     :        Deuteromycotina
       Class                :        Blastomycetes
       Ordo                 :        Cryptococcaceae
       Familia             :        Candidoidea
       Genus              :        Candida
       Spesies            :        Candida albicans
       Morfologi
              Pada sediaan mikroskopik eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong bertunas, gram positif, ukurannya 2-3 x 4-6 nm, dan sel-sel bertunas, gram positif, yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa). Pada agar Saboraud yang dieramkan pada suhu kamar, terbentuk koloni-koloni lunak yang berwarna krim yang mempunyai bau seperti ragi. Pertumbuhan permukaan terdiri dari sel-sel bertunas yang lonjong. Pertumbuhan yang tertutup terdiri dari pseudomiselium. Ini terdiri dari pseudohifa yang membentuk blastospora pada nodus-nodus dan kadang-kadang khlamidospora dan ujung-ujungnya. Dapat meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas. Menghasilkan asam dari sukrosa, dan tidak bereaksi dengan laktosa.
3.    Rhizopus oligosphorus (Garrity, 2004)
Klasifikasi
Regnum          : Plantae
Divisio              : Thalophyta
Subdivisio       : Fungi
Phylum            : Mixomycophyta
Class                : Pycomycetes
Ordo                 : Mixobacteriales
Family              : Mixobacteriaceae
Spesies            : Rhizopus oligosporus
Morfologi
            Berproduksi baik secara aseksual maupun seksual. Merupakan patoge oportunitis, artinya tidak menyebarkan penyakit pada inang sehat tetapi menyebabkan mikosis pada inang terkompromi yaitu orang-orang yang sudah menjadi lemah karena penyakit. Selain hifa vegetative dan sporangium terdapat juga hifa seperti akar yang pendek dan bercabang banyak yang disebut rhizoid.
4.     Saccharomyces cereviceae
Regnum                         : Procaryotae
Divisio                            : Eumycophyta
Kelas                              : Ascomycycetes
Ordo                                : Saccharomycetales
Famili                             : Saccharomycetaceae
Genus                            : Saccharomyces
Spesies                          : Saccharomyces cereviceae
Morfologi:
Belum diketahui cara pembiakan seksualnya. Dapat menguraikan gula menjadi alcohol dan bermacam-macam zat organik lainnya.



BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang dipakai
         Alat-alat yang digunakan Autoklaf, Batang V (alfol ), Cawan Petri, Dek dan objek glass, Jarum preparat, Lampu spiritus, Mikroskop, Ose bulat, Oven, Pipet tetes, Spoit injeksi, dan Tabung reaksi.
B. Bahan yang digunakan
         Bahan - bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Air steril, Asam tartrat, Biakan Aspergillus nigeri, Biakan Candida albicans, biakan Rhizopus oligosphorus, biakan  Sach serevisiae, Gliserol 10%, Kertas saring, Kue bolu berjamur, Metilen blue, Medium PDA, Nasi berjamur, Roti berjamur,  dan Tempe berjamur.
C.  Cara Kerja
A.   Metode makroskopik
-          Metode gores
                        Pertama tama disiapkan alat dan bahan, kemudianDimasukkan 10 ml medium PDA pada cawan petri, dibiarkan memadat. Kemudian Diambil 1 ose biakan bakteri Sach serevisiae secara aseptis lalu Digoreskan diatas medium PDA, kemudian Diinkubasi selama 3 x 24 jam lalu Diamati.
-          Metode tuang
            Pertama tama di siapkan alat dan bahan, kemudian Dipipet 1 ml suspensi Sach serevisiae, Dituangkan 10 medium PDA kemudian Ditetesi 1 tetes asam tartrat, Dibiarkan memadat dan Diinkubasi selama 3 x 24 jam di enkas kemudian Diamati.
B.   Metode Mikroskopik
-          Metode mikroskopik langsung
                        Pertama-tama Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian Diambil biakan jamur pada sampel tempe dengan menggunakan ose bulat yang telah dipijarkan dan diletakkan di atas objek glass. Objek glass ditetesi dengan metilen blue lalu ditutup dengan deck glass lalu Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10. Digambar hasil pengamatan.
-          Metode Mikroskopik tidak langsung
                   Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dimasukkan kertas saring ke  dalam cawan petri sesuai dengan lebar cawan petri kemudian Dimasukkan batang V ke dalam cawan Petri, Dek dan objek glass diletakkan di atas batang V tersebut dan disterilkan. Diambil jamur pada pada tempe dengan menggunakan jarum preparat dan diletakkan di atas objek glass. Ditambahkan 1 tetes medium PDA pada objek glass tersebut yang sudah dicampur dengan asam tartrat 1% kemudian Preparat tersebut ditutup dengan deck glass. Ditetesi gliserol 10% pada kertas saring yang berada  di dalam cawan Petri. Cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu kamar, setelah itu Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop kemudian Diambil gambar pengamatan.

B. Pembahasan
Kapang merupakan anggota regnum Fungi ("Kerajaan" Jamur) yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan anggota dari kelas Ascomycetes. Sedangkan Khamir adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota
Untuk mengetahui nama genus dan spesies  suatu biakan mikroorganisme, perlu dilakukan identifikasi. Tahap pertama untuk melakukan identifikasi adalah pengenalan ciri-ciri morfologi mikroorganisme tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik secara  makroskopik (degan mata telanjang), maupun mikroskopik. Untuk mengidentifikasi kelompok khamir dan bakteri di samping ciri morfologinya, masih harus dilengkapi dengan sifat-sifat fisiologi dan biokimia.
Oleh karena itu dilakukan percobaan ini, untuk mengetahui morfologi jamur dengan menggunakan berbagai metode.
Metode makroskopik pada percobaan ini digunakan metode gores dan metode tuang. Digunakan kedua metode ini untuk melihat bentuk koloni dari jamur setelah diinkubasi selama 3 hari.
Sedangkan metode mikroskopik, digunakan metode mikroskopik langsung dan tidak langsung untuk melihat morfologi dari jamur tempe yang diamati dibawah mikroskop. Pada metode langsung, jamur tempe diamati di bawah mikroskop tanpa diinkubasi terlebih dahulu. Sedangkan pada metode mikroskopik tidak langsung, jamur tempe diinkubasi terlebih dahulu di dalam enkas selama 3 x 24 jam.
            Pengerjaan pada metode gores yaitu Pertama tama disiapkan alat dan bahan, kemudian Dimasukkan 10 ml medium PDA pada cawan petri, digunakan PDA karena PDA merupakan media pertumbuhan jamur, kemudian PDA dibiarkan memadat agar mdah digores. Kemudian Diambil 1 ose biakan bakteri Sach serevisiae secara aseptis lalu Digoreskan diatas medium PDA, kemudian Diinkubasi selama 3 x 24 jam, diinkubasi selama 3 x 24 jam kerena jamur diperkirakan akan tumbuh pada rentang waktu tersebut. Setelah itu Diamati.
            Pengerjaan pada metode tuang yaitu Pertama tama di siapkan alat dan bahan, kemudian Dipipet 1 ml suspensi Sach serevisiae, Dituangkan 10 medium PDA kemudian Ditetesi 1 tetes asam yang berguna untuk memberikan suasana asam, karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam. Dibiarkan memadat dan Diinkubasi selama 3 x 24 jam di enkas, diinkubasi di enkas karena jamur aan tumbuh pada suhu enkas ( 250) kemudian diamati.
            Pengerjaan pada metode mikroskopik secara langsung yaitu Pertama-tama Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian Diambil biakan jamur pada sampel tempe dengan menggunakan ose bulat yang telah dipijarkan dan diletakkan di atas objek glass. Objek glass ditetesi dengan metilen blue agar morfologi dari jamur tersebut tampak jelas. lalu ditutup dengan deck glass lalu Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10. Kemudian Digambar hasil pengamatan.
               Pengerjaan pada metode mikroskopik secara tidak langsung yaitu Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian Dimasukkan kertas saring ke  dalam cawan petri sesuai dengan lebar cawan petri. Penggunaan kertas saring agar gliserol yang akan diberikan nanti dapat tersimpan pada kertas saring , karena kertas saring dapat menyerap gliserol sehingga kelembapan tetap terjaga. kemudian Dimasukkan batang V ke dalam cawan Petri, batang V bertujuan agar dek dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan kertas saring yang telah ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik. Dek dan objek glass diletakkan di atas batang V tersebut dan disterilkan. Diambil jamur pada pada tempe dengan menggunakan jarum preparat dan diletakkan di atas objek glass. Ditambahkan 1 tetes medium PDA pada objek glass tersebut yang sudah dicampur dengan asam tartrat 1% kemudian Preparat tersebut ditutup dengan deck glass. Ditetesi gliserol 10% pada kertas saring yang berada  di dalam cawan Petri. maksud dari penambahan gliserol pada kertas saring yaitu untuk memberika kelembapan pada cawan petri dimana fungi ditumbuhkan. Setelah itu Cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu kamar, setelah itu Dilakukan pengamatan di bawah mikroskop kemudian Diambil gambar pengamatan.
               Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa jamur tersebut mempunyai Bentuk permukaan Covexkoloninya berwarna hitam, memiliki bau yang tengik, Zonation 7 mm, mempunyai Radial forrow dan Reserve of colony,  tidak mempunyai Growing zone dan Exudate drop.
   Adapun pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengamatan yang kurang jelas yang disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan, yaitu :
1.    Pengerjaan yang kurang aseptis
2.    Pengerjaan yang kurang teliti
3.    Pengamatan yang kurang baik


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa jamur Saccharomyces cereviceae dan jamur yang terdapat pada tempe mempunyai Bentuk permukaan Covexkoloninya berwarna hitam, memiliki bau yang tengik, Zonation 7 mm, mempunyai Radial forrow dan Reserve of colony,  tidak mempunyai Growing zone dan Exudate drop.
B. Saran
            saran saya pada praktikum ini Agar diberi penjelasan mengenai bentuk-bentuk atau bagian-bagian kapang atau khamir ketika diamati di mikroskop.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar