EFEK
SAMPING OBAT
1.
Pengertian
Efek samping obat adalah suatu reaksi
yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan.
Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu
kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.
Efek samping obat dikelompokkan dalam
2 katagori yaitu efek samping obat yang dapat diperkirakan dan efek samping
yang tidak dapat diperkirakan seperti reaksi alergi dan idiosikratik. Efek
samping yang dapat diperkirakan dapat timbul karena aksi farmakologi yang
berlebihan misalnya penggunaan obat antidiabetik oral menyebabkan efek samping
hipoglikemia dan hipotensi pada pasien stroke yang menerima obat hipertensi
dosis tinggi. Gejala penghentian obat dapat menimbulkan munculnya kembali
gejala penyakit semula atau menimbulkan reaksi pembalikan terhadap efek
farmakologi obat sehingga pasien memerlukan dosis yang makin lama makin besar
respon karena penghentian obat, misalnya hipertensi berat karena penghentian
klonidin. Efek samping yang tidak berupa efek utama obat juga sering terjadi.
Pada sebagian besar obat munculnya efek samping ini sudah dapat diperkirakan
sehingga tenaga kesehatan sudah mewaspadai munculnya efek samping ini. Sebagai
contoh adalah adanya keluhan pedih,mual, muntah akibat penggunaan obat-obat
penghilang nyeri dan radang serta rasa ngantuk setelah minum obat anti alergi
atau obat mabuk perjalanan.
Pada kasus efek samping yang tidak
diperkirakan seperti alergi sulit diperkirakan sebelumnya karena sering tidak
tergantung dosis dan terjadi pada sebagian kecil populasi. Reaksi yang muncul
juga bermacam-macam mulai yang ringan seperti kulit kemerahan sampai yang berat
dan fatal seperti syok anafilaksis. Untuk mencegah dan mewaspadai munculnya
reaksi alergi perlu diperhatikan sifat-sifat khasnya, yaitu: keluhan dan gejala
ditandai reaksi imunologi seperti ruam kulit, gatal-gatal dan sesak nafas;
reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, seringkali ada tenggang waktu antara
minum obat dengan munculnya efek samping, dan reaksi hilang bila obat
dihentikan. Pada kasus efek samping karena variasi genetik sulit dikenali
secara spesifik, karena kelainan genetik hanya diketahui dengan pemeriksaan
spesifik contohnya pasien dengan yang kekurangan enzim glukosa-6fosfat
dehidrogenase mempunyai potensi menderita anemia karena penggunaan obat malaria
seperti primakuin, antibakteri golongan sulfonamid dan obat jantung seperti
kinidin.
2.
Faktor Penyebab Efek Samping Obat
Faktor-faktor pendorong terjadinya
efek samping obat dapat berasal dari faktor pasien dan dari faktor obatnya
sendiri.
a.
Faktor pasien. Yaitu faktor intrinsik yang berasal
dari pasien, seperti umur, faktor genetik, dan penyakit yang diderita
1) Umur
Pada pasien anak-anak (khususnya bayi)
sistem metabolismenya belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek
samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang
kondisi tubuhnya sudah menurun.
2) Genetik dan kecenderungan untuk alergi
pada orang-orang tertentu dengan
variasi atau kelainan genetik, suatu obat mungkin dapat memberikan efek
farmakologi yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya efek samping.
Genetik ini juga berhubungan dengan kecenderungan terjadinya alergi. Contohnya
pada penisilin, sekitar 1-5% orang yang mengonsumsi penisilin mungkin mengalami
reaksi alergi.
3) Penyakit yang diderita
Untuk pasien yang mengidap suatu
penyakit tertentu, hal ini memerlukan perhatian khusus. Misalnya untuk pasien
yang memiliki gangguan hati atau ginjal, beberapa obat dapat menyebabkan efek
samping serius, maka harus dikonsultasikan pada dokter mengenai penggunaan
obatnya.
b.
Faktor intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk
menimbulkan efek samping, seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat,
dan adanya interaksi antar obat.
1) Pemilihan obat
Setiap
obat tentu memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda, tempat kerja yang
berbeda, dan tentunya efek yang berbeda pula. Maka dari itu, harus diwaspadai
juga efek samping yang mungkin terjadi dari obat yang dikonsumsi
2) Jangka waktu penggunaan obat
Efek
samping beberapa obat dapat timbul jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang
lama. Contohnya penggunaan parasetamol dosis tinggi pada waktu lama akan
menyebabkan hepatotoksik atau penggunaan kortikosteroid oral pada jangka
waktu lama juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius seperti moonface,
hiperglikemia, hipertensi, dan lain-lain. Lain lagi dengan penggunaan AINS
(anti inflamasi non steroid) berkepanjangan, dapat muncul efek samping berupa
iritasi dan nyeri lambung.
3) Interaksi obat
Interaksi
obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Ada beberapa obat ketika
dikonsumsi secara bersamaan, akan muncul efek yang tidak diinginkan. Contohnya
kombinasi antara obat hipertensi inhibitor ACE dengan diuretik potasium-sparing
(spironolakton) dapat menyebabkan hiperkalemia. Hal ini terjadi
ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat
yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak
diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat
berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat
interaksi obat ini. Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat
dengan makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif
yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi
dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John's wort (Hypericum
perforatum), yang digunakan untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini
menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang berperan dalam metabolisme dan
eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien yang mengkonsumsi St
John's wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam darah yang
digunakan bersamaan.
3.
Efek
Samping yang Paling Lazim Timbul
Efek samping yang lazim muncul yaitu
sakit kepala, darah tinggi, atau seluruh badan terasa tidak enak. Lambat laun,
gejala ini biasanya membaik dan hilang.
a. Kelelahan : Odha sering melaporkan
kadang-kadang merasa lelah. Mengetahui penyebab kelelahan dan menanganinya
adalah penting.
b. Anemia dapat menyebabkan kelelahan. Anemia
meningkatkan risiko menjadi lebih sakit dengan infeksi HIV. Tes darah berkala
dapat mengetahui adanya anemia, dan anemia dapat diobati.
c. Masalah pencernaan: Banyak obat dapat menimbulkan rasa
nyeri pada perut. Obat dapat menyebabkan mual, muntah, kembung, atau diare.
Tanggapan yang lazim dipakai di rumah termasuk:
- Daripada tiga kali makan secara
besar, lebih baik makan sedikit tetapi sering.
- Makan sup dan makanan lunak, jangan
yang pedas-pedas.
- Teh jahe atau minuman jahe lain
dapat menyamankan perut. Begitu juga bau jeruk segar.
- Sering berolahraga.
Jangan melupakan makan. Coba
menghindari kehilangan berat badan berlebihan. Ada beberapa obat yang dapat
mengurangi rasa mual. Namun hati-hati dengan interaksi antara obat antimual
yang dibeli tanpa resep dengan ARV; bahas dengan dokter sebelum memakai obat
apa pun.
d. Perut kembung dapat dikurangi dengan menghindari
makanan seperti buncis, beberapa macam sayuran mentah, dan kulit sayuran.
e. Diare dapat berkisar antara gangguan kecil
hingga berat. Periksa ke dokter jika diare berjalan terlalu lama atau menjadi
berat. Banyak minum.
f. Lipodistrofi termasuk kehilangan lemak pada
lengan, kaki dan wajah; penambahan lemak pada perut atau di belakang leher; dan
peningkatan lemak (kolesterol) dan gula (glukosa) dalam darah. Perubahan ini
dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau serangan otak.
g. Tingkat lemak atau gula yang tinggi
dalam darah,
termasuk kolesterol, trigliserida dan glukosa. Masalah ini dapat meningkatkan
risiko penyakti jantung.
h. Masalah kulit : Beberapa obat menyebabkan ruam.
Sebagian besar bersifat sementara, tetapi dapat menimbulkan reaksi berat.
Periksa ke dokter jika mengalami ruam. Masalah kulit lain termasuk kulit kering
dan rambut rontok. Pelembab kulit dapat membantu masalah kulit.
i. Neuropati adalah penyakit yang sangat nyeri
disebabkan oleh kerusakan saraf. Penyakit ini biasanya mulai pada kaki dan tangan.
j. Toksisitas mitokondria adalah kerusakan rangka dalam sel.
Penyakit ini dapat menyebabkan neuropati atau kerusakan pada ginjal, dan dapat
meningkatkan asam laktik dalam tubuh.
k. Osteoporosis sering terjadi pada Odha. Mineral
tulang dapat hilang dan tulang menjadi rapuh. Kehilangan aliran darah dapat
menyebabkan masalah pinggul. Pastikan konsumsi cukup zat kalsium dalam makanan
dan suplemen. Olahraga angkat beban atau berjalan kaki dapat membantu.
4.
Kiat Mencegah Efek Samping
Ada beberapa langkah yang dapat kita
lakukan untuk menyiapkan diri menghadapi efek samping. Belajar tentang efek
samping umum obat yang kita pakai. Lembaran informasi (LI) untuk masing-masing
obat membahas efek sampingnya secara umum.
a. Bicara dengan dokter tentang efek
samping yang dapat terjadi. Tanyakan kapan sebaiknya lapor ke dokter bila efek
samping bertahan terlalu lama, atau menjadi berat.
b. Tanyakan apakah kita dapat mengobati
efek samping ringan dengan jamu atau cara yang lazim dipakai di rumah, atau
dengan obat yang dapat diperoleh tanpa resep.
c. Kadang kala, dokter dapat
menyediakan resep untuk obat yang dapat membantu jika efek samping menjadi
berat.
d. Jika mengalami masalah perut,
pastikan disediakan makanan yang cocok dan ringan.
e. Baca dosis dan aturan pakai
penggunaan obat sesuai dengan yang tertera di leafleat atau yang diresepkan
dokter.
f. Pergunakan obat sesuai indikasi yang
jelas dan tepat sesuai yang tertera di leafleat atau yang diresep dokter.
g. Berikan perhatian khusus terhadap
penggunaan dan dosis obat pada bayi, pasien usia lanjut dan pasien dengan
penyakit hati atau ginjal.
h. Perhatikan dan catat riwayat alergi
akibat penggunaan obat
i. Beritahukan ke dokter apabila anda
sedang hamil, menyusui, alergi obat tertentu, memiliki penyakit diabetes,
penyakit ginjal atau liver, sedang meminum obat lain atau suplemen herbal
j. Hindari penggunaan berbagai jenis
obat dan kombinasi sekaligus
k. Mintalah dokter mengevaluasi
penggunaan obat dalam jangka panjang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar