BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi mikroba di alam
sekitar kita sangat besar dan kompleks. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba
biasanya terdapat pada udara, tubuh, lantai dan yang lainnya. Pada saat ini telah banyak ditawarkan berbagai macam produk
sediaan yang bertujuan untuk membunuh kuman atau mikroorganisme. Produk
tersebut ada yang digunakan pada lingkungan disebut desinfektan dan ada juga
yang digunakan untuk makhluk hidup disebut antiseptik.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan
kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti
bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat
digunakan untuk proses desinfeksi lantai, ruangan, peralatan dan pakaian. Pada penandaannya, yang memenuhi persyaratan
telah dicantumkan cara penggunaan produk yang sesuai sebagai bahan desinfeksi.
Namun demikian banyak pula produk desinfektan yang memuat cara-cara
penggunannya dan kompisisinya.
Untuk memeriksa baik tidaknya bahan-bahan yanng akan digunakan untuk
desinfeksi dalam industria, laboratorium maupun rumah sakit maka perlu
dilakukan uji kuantitatif untuk mengetahui kadar minimal suatu bahan yang masih
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan hal tersebut
maka dilakukanlah suatu uji konsentrasi hambat minimal (Minimal Inhibitory Concentration/MIC),
untuk menguji secara kuantitatif konsentrasi terendah yang masih dapat
menghambat pertumbuhan suatu mikroba atau bakteri uji.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah :
1.
Berapa nilai konsentrasi MIC dari desinfektan yang
digunakan?
2.
Berapa nilai koefisien Fenol yang diujikan?
- Maksud Praktikum
Adapun maksud dari
percobaan ini adalah :
1.
untuk Mengetahui dan
memahami cara-cara penentuan nilai Minimal Inhibitory Concentration
(MIC) dan Koefisien Fenol dari suatu desinfektansia yang digunakan.
2.
Untuk mengetahui dan memahami cara-cara pengujian
koefisien fenol
D. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah :
1.
Untuk menentukan nilai Minimal Inhibitory Concentration
(MIC) dari dari sampel desinfektan yaitu Listerin dengan menggunakan bakteri
uji Salmonella
thyposa.
2.
Untuk menentukan koefisien fenol dari hasil
pengenceran sampel desinfektan yaitu Listerine® yang dibandingkan dengan daya
mematikan dari larutan baku fenol dengan mengunakan bakteri uji Salmonella
thyposa.
E. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui mutu suatu desinfektan dengan menggunakan metode MIC dan koefesien
fenol, sebagai sumber informasi kepada masyarakat (konsumen)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Antimikroba adalah berbagai zat yang
digunakan untuk mengontrol pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan. Antimikroba dari bahan kimia dibagi menjadi 3
sub divisi, yaitu : Desinfektan ( yang digunakan pada benda mati,seperti meja
untuk mengurangi tingkat kontaminan bakteri). yang kedua antiseptic (digunakan
pada permukaan jaringan hidup) dan antibiotic (diserap kembali). dari ketiga antimikroba ini, tidak ada yang lebih baik, Agen antimikroba ini harus disesuaikan untuk oganisme dan kondisi lingkungan karena mereka semua memiliki modus yang berbeda dari
tindakan. Lysol, misalnya, merupakan disinfektan yang terbuat dari kresol 50% dan minyak nabati 50%. Efek kuman adalah karena fakta itu menyebabkan protein mengubah sifat. Hexachlorophene, sebuah
kimia ditambahkan ke sabun dan lotion memiliki aktivitas kuman yang sama. beberapa antibiotic misalnya menghambat sintesis protein atau menghambat sisntesis dinding sel. (Anonim : )
pada permukaan jaringan hidup) dan antibiotic (diserap kembali). dari ketiga antimikroba ini, tidak ada yang lebih baik, Agen antimikroba ini harus disesuaikan untuk oganisme dan kondisi lingkungan karena mereka semua memiliki modus yang berbeda dari
tindakan. Lysol, misalnya, merupakan disinfektan yang terbuat dari kresol 50% dan minyak nabati 50%. Efek kuman adalah karena fakta itu menyebabkan protein mengubah sifat. Hexachlorophene, sebuah
kimia ditambahkan ke sabun dan lotion memiliki aktivitas kuman yang sama. beberapa antibiotic misalnya menghambat sintesis protein atau menghambat sisntesis dinding sel. (Anonim : )
Desinfektansia adalah bahan
atau zat yang digunakan untuk menghilangkan atau menghancurkan bakteri baik
bakteri patogen ataupun non patogen, terutama bakteri yang membahayakan
(patogen). Istilah ini pada umumnya digunakan dalam proses membebaskan
benda-benda mati atau infeksi, dan aman dipakai dalam bidang industri atau pada
rumah sakit-rumah sakit atau industri-industri makanan/minuman dan industri
farmasi lainnya. Suatu desinfektan yang baik adalah yang mempunyai daya
mematikan atau merusak mikroba. Untuk mengetahui daya mematikan tersebut
biasanya distandarkan dengan fenol (Anonim, 2012).
Desinfektan dapat digolongkan
dalam beberapa kelompok, yakni : .(Tjay; 2002)
1.
Senyawa halogen: Povidon-iod,
iodoform, Ca-hipoklorit, Na-hipoklorit, tosilkloramida, klorheksidin,
kliokinol, dan triklosan.
2.
Derivat : fenol, kresol, resorsinol, dan timol.
3.
Zat-zat dengan aktivitas permukaan: cetrimida,
cetylpiridinium, benzalkonium, dan dequalinium.
4.
Senyawa alkohol, aldehida dan asam : etanol dan
isopropanol, formaldehida danglutaral, asam asetat dan borat.
5.
Senyawa logam: merkuri klorida, fenil merkuri
nitrat dan merbromin, perak nitrat dan silverdiazin, sengoksida.
6.
Oksidansia :
hidrogenperoksida, sengperoksida, Na-perborat dan kalium klorat.
7.
Lainnya : heksetidin dan
heksamidin, belerang, etilen oksida,oksikinolin dan acriflavin.
MIC (Minimum Inhibitory
Concentration) merupakan kadar obat, di mana kuman tidak tumbuh atau
berkembang biak lagi. Bagi obat lain (bukan kemoterapeutika) digunakan MEC (Minimum Effective Concentration), yakni
kadar plasma, dimana obat baru memberikan efek terapeutis yang diinginkan
(Tjay, 2002)
Fenol merupakan salah satu salah satu antiseptikum tertua (Lister,1870)
dengan khasiat bakterisid dan fungisid, juga terdapat basil dan spura, walaupun
memerlukan waktu yang lebih lama. Mekanisme kerjanya berdasarkan denaturasi
protein sel bakteri, yakni perubahan rumus bangunnya hingga sifat khasnya
hilang. Khaistnya dikurangi oleh zat organis dan ditiadakan oleh sabum, karena
dengan alkali terbentuk fenolat inaktif, karena sefat mendenaturasi juga
berlaku untuk jaringan utuh manusia fenol berdaya korosit (membakar) terhadap
kulit dan sangat merangsang sehingga jarang digunakan sebagai antiseptikum
kulit, berdasarkan sufat anestetik likjalonya adalkalanya senyawa ini digunakan
dalam lotion antigatal misalnya lotion alba (Tjay ,2002).
Fenol adalah zat pembaku daya
antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik dinyatakan dalam koefesien fenol.
Mekanisme kerja fenol sebagai desinfektan yaitu dalam kadar 0,01%-1% fenol
bersifat bakteriostatik. Larutan 1,6% bersifat bakterisid, yang dapat
mengadakan koagulasi protein. Ikatan protein dengan fenol mudah lepas, sehingga
fenol dapat berpenetrasi ke dalam kulit utuh. Larutan 1,3% bersifat fungisid,
berguna untuk sterilisasi ekskreta dan alat kedokteran. (Ganiswarna,1995).
Koefisien fenol adalah
kemampuan suatu desinfektan dalam membunuh bakteri dibandingkan fenol. Cara
mengujinya adalah dengan mengencerkan suatu ultur cair bakteri sebanyak 1 : 10
dengan desinfektan yang akan diuji pada kosentrasi yang berbeda disebut titik
akhir adalah kosentrasi terendah yang menghasilkan kultur steril setelah
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20o C (Djide :2003).
B. Uraian Bahan
1.
Alkohol ( Ditjen POM, 1979 hal.65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Sinonim :
Etanol, Alkohol
BM/RM :
46,07 / C2H5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap,
bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang idak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai desinfektan
2.
Aquadest (Ditjen POM,
1979, hal.96)
Nama
resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest
RM / BM :
H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kegunaan : Sebagai sumber nutrien mikroba dan pelarut
medium.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
3.
Extract beef (Ditjen
POM, 1979, hal.)
Nama
resmi : BEEF EKSTRAK
Sinonim : Kaldu nabati dan kaldu hewani.
Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah.
Kelarutan : Larut dalam air dingin.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai
sumber nutrien mikroba
4.
Pepton
(Ditjen POM, 1979)
Nama
Resmi : PEPTON
Sinonim : Pepeton
Kering
Pemerian :
Serbuk; kuning kemerahan
sampai coklat; bau khas, tidak
busuk.
Kelarutan : Larut
dalam air; memberikan larutan berwarna coklat kekuningan yang bereaksi agak
asam; praktis tidak larut dalam etanol (95 %) P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sumber nutrien mikroba
A.
Uraian
Bakteri
1. Salmonella
thyposa
a. Klasifikasi (Garrity, 2004)
Domain : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Bacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus :
Salmonella
Spesis :
Salmonella thyposa
b. Morfologi
(Entjang, 2003)
Bentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel
peritrich, muda tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan
yang mengandung empedu.
Sebagian besar Salmonella sp. Bersifat patogen pada
binatang dan merupakan sumber infeksi bagi manusia. Binatang-binatang itu
antara lain tikus, unggas, ternak, anjing dan kucing
Di alam bebas Salmonella typhi dapat tahan hidup lama
dalam air, tanah atau pada bahan makanan. Dalam feces di luar tubuh manusia
tahan hidup 1-2 bulan. Dalam air susu dapat berkembang untuk penularan
penyakitnya.
C. Uraian Sampel
1.
Dettol
Komposisi : Chloroxylenol 4,8% w/v
Kegunaan : Membunuh kuman pada seluruh tubuh
Peringatan : Jangan ditelan
Produksi : PT Reckitt Benckiser Indones
2.
Domestos
Komposisi : 3% Sodium hypochlorite
Kegunaan : Pembersih toilet dan Poreselen dengan
kandungan Sodium Hypochlorite
Peringatan : Jangan ditelan
Produksi : UNILEVER
VIETNAM INTERNATIONAL COMPANY LIMITED
3.
Harpic
Komposisi : HCl 95% w/v
Kegunaan : Dapat digunakan pada toilet,
menghilangkan kotoran dan noda membandel, membunuh kuman.
Peringatan : Jangan ditelan
Produksi : PT Reckitt Benckiser Indonesia
4.
Listerine
Komposisi : Water, Sorbitol Solution,
Alcohol, Polaxamer 407, Benzoic Acid,
Eucalyptol, Peppermint Oil, Methyl Salicylate, Thymol, Sodium Saccharine,
Spearmint Oil, Sodium Citrate, Anethole, Acid Ctric, Cl 42053
Keguanaan : Dapat mencegah pembentukan plak
serta melawan kuman-kuman penyebab bau mulut
Peringatan : Jangan ditelan
Produksi : PT Bayer Indonesia, Jakarta-Indonesia
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
- Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah autoklaf, botol pengencer, incubator, lampu
spiritus, ose bulat, rak tabung, spoit 1ml dan 5 ml, dan tabung reaksi.
- Bahan yang
Digunakan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest steril, biakan Salmonella thyposa, fenol 5%, kapas, medium
nutrien broth, sampel Listerine®.
- Cara Kerja
1.
Penyiapan bakteri uji
Disiapkan alat dan bahan, kemudian diambil bakteri uji Salmonella thyposa dari biakan murni dengan menggunkan ose bulat
kemudian diremajakan dalam medium NA miring dan dinkubasikan pada suhu 37 0C
selama 24 jam.
Setelah bakteri uji diremajakan kemudian disuspensikan dengan NaCl
fisiologi 0,9 % lalu diukur transmittannya untuk bakteri 25 % yang kekeruhannya
setara dengan standar Mc.Farland (108 sel/ ml).
2.
Penyiapan Medium NB (Nutrien Broth)
Ditimbang bahan-bahan kemudian
dimasukkan semua bahan kedalam erlenmeyer lalu dilarutkan dalam air suling
hingga 500 mL. Ditutup medium tersebut dengan kapas dan disterilkan diautoklaf
pada suhu 1210C selama 15 menit, kemudian disimpan dalam lemari
pendingin.
3.
Pembuatan fenol 5%
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Ditimbang fenol sebanyak 5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
Dicukupkan
volumenya sampai 100 ml dengan aquadest.
4.
Pengenceran
Listerine
Dibuat alat dan bahan. Dibuat
pengenceran Listerine® dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1 : 20, 1 : 40, 1 : 80, 1 : 160, dan 1 : 320, 1 : 640, 1 :
1280, 1 : 2560, 1 : 5120, 1 : 10240
5.
Pembuatan larutan
uji baku fenol
Disiapkan alat dan bahan.
Dibuat pengenceran baku fenol dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1 : 80, 1
: 90, dan 1 : 100.
6.
Uji MIC (Minimal Inhibitory
Concentration)
Disediakan 10 buah tabung reaksi steril, dan diisi 9,5 ml medium NB steril
ke dalam tabung pertama dan 5 ml ke dalam tabung lainnya. Ditambahkan ke dalam tabung
pertama sampel desinfektan akan diuji. Diambil dengan pipet steril 5 ml dari tabung
pertama dan dimasukkan ke dalam tabung ke dua, dicampurkan sampai homogen. Diperoleh pengenceran pertama yakni 1 : 540. Kemudian diambil lagi 5 ml
dari tabung ke dua ini dan dimasukkan ke dalam tabung ketiga dan seterusnya sampai
ada tabung ke sepuluh, setelah dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir
dan dibuang. Dimasukkan ke dalam tiap-tiap tabung 1 ose suspensi biakan bakteri. Diinkubasikan semua tabung
pada suhu 37OC dan diamati pertumbuhan bakteri setelah 1 x 24jam
2. Uji Fenol
a. Desinfektan Listerin®
Disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Disiapkan 5 tabung reaksi
yang berisi pengenceran sampel 1:540, 1 : 640, 1 : 740, 1 : 840, dan 1 : 940 (deret I), dan 15 tabung
yang beirisi 5 ml medium Nutrien Broth
(NB) yang dibagi menjadi 3 seri (deret II, deret III, dan deret IV)
masing-masing 5 tabung. Ke dalam tabung ke-1 dari
deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada
tabung ke-3, ke-4, dari deret I, kemudian diistirahatkan selama 3 menit dan
dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air es. Ke dalam tabung ke-1 dari deret
II, dimasukan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama
30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan
selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada
tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret II, kemudian diistirahatkan selama 3
menit. Ke dalam tabung ke-1 dari
deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian
didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian
didiamkan selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada
tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret III, Kemudian diistirahatkan selama 3
menit. Ke dalam tabung ke-1 dari
deret IV, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan
selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan
selama 30 detik. Hal yang sama dilakukan pada
tabung ke-3, ke-4, dan ke-5 dari deret
IV, Kemudian diistirahatkan selama 3 menit. Semua tabung dari deret II, deret III, dan deret
IV diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Diamati perubahan yang
terjadi berupa kekeruhan medium
b. Larutan baku fenol 5%
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Disiapkan 3 tabung reaksi yang berisi pengenceran
sampel 1:80, 1:90, dan 1:100 (deret 1), dan 9 tabung yang beirisi 5 ml medium Nutrien Broth (NB) yang dibagi
menjadi 3 deret(deret II, III, dan IV) masing-masing 3 tabung. Ke dalam tabung ke-1 dari
deret I dimasukkan suspensi baktrei sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose kemudian didiamkan 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari
deret I dimasukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ose ml kemudian diistirahatkan 4
menit dan dimasukkan ke dalam wadah berisi air es. Ke dalam tabung ke-1 dari deret II, dimasukan 1
ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan
selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari
deret II, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-3 deret I, kemudian
diistirahatkan 4 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari
deret III, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian
didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian
didiamkan selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari
deret III, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-3 deret, kemudian diistirahatkan
4 menit. Ke dalam tabung ke-1 dari
deret IV, dimasukkan 1 ose larutan dari tabung ke-1 deret I, kemudian didiamkan
selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-2 dari
deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-2 deret I, kemudian didiamkan
selama 30 detik. Ke dalam tabung ke-3 dari
deret IV, dimasukkan 1 ose dari larutan tabung ke-3 deret I, kemudian diistirahatkan 4 menit. Semua tabung dari deret II, deret III, dan deret IV diinkubasi dalam
inkubator pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam.
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
- Hasil Praktikum
1.
Tabel pengamatan Uji MIC
No
|
Pengenceran
|
Kelompok I
Harpic
|
Kelompok II
Domestos
|
Kelompok III
Dettol
|
Kelompok IV
Listerin
|
1.
|
1 : 20
|
+
|
+
|
+
|
+
|
2.
|
1 : 40
|
+
|
+
|
+
|
+
|
3.
|
1 : 80
|
+
|
+
|
+
|
+
|
4.
|
1 : 160
|
+
|
+
|
+
|
+
|
5.
|
1 : 320
|
+
|
+
|
+
|
+
|
6.
|
1 : 640
|
+
|
+
|
+
|
+ (MIC)
|
7.
|
1 : 1280
|
+ (MIC)
|
+ (MIC)
|
+
|
+
|
8.
|
1 : 2560
|
-
|
-
|
+ (MIC)
|
+
|
9.
|
1 : 5120
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10.
|
1 : 10240
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2.
Tabel Uji Koefisien Fenol
3.
Sample Uji
Listerine®
No
|
Pengenceran
|
Hasil pengamatan
Lama waktu kontak
|
Ket.
|
||
5 menit
|
10 menit
|
15 menit
|
|||
1.
|
1 : 2360
|
-
|
-
|
-
|
|
2.
|
1 : 2560
|
-
|
-
|
+
|
|
3.
|
1 : 2760
|
-
|
-
|
-
|
|
4.
|
1 : 2960
|
-
|
-
|
-
|
|
5.
|
1 : 3160
|
+
|
-
|
-
|
|
Keterangan ;
( + ) : Tidak tumbuh
mikroba ( jernih)
( - ) : Tumbuh mikroba
(keruh)
3.Uji
Sampel
NO
|
Pengenceran
|
Lama Kontak
|
||
5 menit
|
10 menit
|
15 menit
|
||
Kelompok 1
|
1 : 1080
|
-
|
+
|
-
|
1 : 1280
|
-
|
+
|
-
|
|
1 : 1480
|
-
|
+
|
-
|
|
1 : 1680
|
-
|
+
|
-
|
|
1 : 1880
|
-
|
+
|
-
|
|
Kelompok
II
|
1 : 1080
|
-
|
+
|
-
|
1 : 1280
|
-
|
-
|
-
|
|
1 : 1480
|
-
|
-
|
+
|
|
1 : 1680
|
-
|
-
|
-
|
|
1 : 1880
|
-
|
-
|
-
|
|
Kelompok
III
|
1 : 2060
|
-
|
-
|
-
|
1 : 2560
|
-
|
-
|
-
|
|
1 : 3060
|
-
|
-
|
-
|
|
1 : 3560
|
-
|
-
|
-
|
|
1 : 4060
|
-
|
-
|
+
|
|
Kelompok
IV
|
1 : 540
|
+
|
-
|
+
|
1 : 640
|
+
|
-
|
+
|
|
1 : 740
|
+
|
-
|
-
|
|
1 : 840
|
+
|
-
|
+
|
|
1 : 940
|
+
|
-
|
-
|
Keterangan :
+ tidak ada pertumbuhan mikroorganisme
-
ada
pertumbuhan mikroorganisme
- Pembahasan
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) yaitu konsentrasi terendah yang
masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Pada percobaan ini akan dipelajari
cara-cara penentuan nilai Minimal Inhibitory Concentration serta menentukan
daya hambat terkecil dari suatu desinfektan agar kita mengetahui seberapa besar
keefektifan atau kemampuan bahan-bahan yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektansia dalam membunuh kuman atau mikroorganisme sehingga kita dapat benar-benar memilih
produk sediaan yang tepat.
Desinfektan adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan disinfeksi.
Sering kali sebagai sinonim digunakan istilah antiseptik, tetapi pengertian
disinfeksi dan disinfektan biasanya ditujukan terhadap benda-benda mati,
seperti lantai, piring, pakaian.
Pengujian
koefisien fenol pada Listerine® dimaksudkan untuk membandingkan aktivitas suatu produk dengan daya bunuh fenol
dengan perlakuan yang sama sehingga kita mengetahui seberapa besar kekuatan
desinfektansianya. Pada percobaan ini dipelajari cara-cara penentuan nilai
Minimal Inhibitory Concentration serta menentukan daya hambat terkecil dari
suatu desinfektan agar kita mengetahui seberapa besar keefektifan atau
kemampuan bahan-bahan yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektansia dalam
membunuh kuman atau mikroorganisme sehingga kita dapat benar-benar memilih
produk sediaan yang tepat.
Mekanisme kerja dari fenol yaitu senyawa fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses
adsorpsi yang melibatkan ikatan hydrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks
protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti
penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi
protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein sel dan membran
sitoplasma mengalami lisis.
Konsentrasi yang
digunakan pada percobaan fenol yaitu 5 %. Karena pada konsentrasi 2 – 5% fenol efektif mendenaturasi protein dan
merusak membrane sel bakteri serta aktif pada pH asam. Persyaratan koefesien fenol yaitu jika nilai koefesien fenol antara 0,05-1 maka zat kimia uji adalah
antiseptik/desinfektan yang kurang efektif sedangkan jika nilai yang diperoleh
lebih besar dari 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik/desinfektan yang
efektif.
Medium yang cocok untuk bakteri adalah medium NA, tetapi pada praktikum
ini mdium yang digunakan adalah adalah medium NB ( dalam bentuk cair).
Digunakan medium cair karena ingin melihat kekeruhan atau kejernihan dari
medium, yang menandakan ada tidaknya pertumbuhan bakteri yang terjadi.
Mikroba-mikroba yang biasa digunakan pada koefisien fenol
seperti Salmonella thyposa, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Namun, pada
percobaan ini digunakan bakteri Salmonella
thyposa yang dimaksudkan untuk melihat sampel Listerine dan fenol baku 5% dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri
tersebut dan bakteri ini juga yang digunakan sebagai bakteri uji
koefisien fenol di Indonesia.
Nilai MIC (Minimal Inhibitory Concentration) diletakkan
pada tabung ke-2 deret 1 pada percobaan koefisien fenol, dimaksudkan untuk
melihat daya hambat konsentrasi desinfektan di atas Nilai MIC (Minimal
Inhibitory Concetration) dan menguji kembali apakah nilai MIC yang telah
diperoleh sudah mutlak. Sedangkan pada tabung 1 deret I yang berisi sampel, air
steril dan suspensi biakan mikroba direndam dalam wadah berisi es, bertujuan
untuk menjaga pertumbuhan mikroba yang dipengaruhi oleh suhu. Digunakan air
steril sebab dengan lingkungan yang steril maka mikroba tidak akan mengalami
pertumbuhan sehingga akan membantu kerja dari desinfektan yang digunakan.
Digunakan suspensi bakteri agar dapat diketahui apakah desinfektan yang akan
diuji mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri uji atau tidak.
Pada percobaan ini digunakan
lama kontak 5, 10 dan 15 menit untuk membandingkan pengenceran tertinggi tes
produk yang membunuh kuman dalam waktu 10 menit (tetapi tidak membunuh dalam 5
menit) dengan pengenceran fenol yang memberikan hasil yang sama. Secara umum
waktu yang diperlukan oleh bakteri untuk dapat mengadakan kontak dengan
desinfektan (lama kontak) adalah 5-10 menit, karena suatu desinfektan yang
memiliki koefisien fenol memiliki aktivitas kerja yang optimal pada lama kontak
tersebut sehingga pengukuran koefisien dilakuukan dengan melihat hasil positif
pada setiap pengenceran dalam waktu 5 menit. Pengenceran tertinggi dari
desinfektan dan baku fenol dapat mematikan bakteri uji dalam waktu kontak 10
menit, tetapi tidak mematikan bakteri uji dalam waktu kontak 5 menit. Dan
digunakan lama kontak 15 menit karena ditakutkan ada bakteri yang belum mati
pada menit ke 10.
Persyaratan hasil dari koefisien fenol yaitu :
1.
Jika koefisien fenol yang diperoleh dikalikan dengan
faktor 20 menghasilkan angka lebih kecil dari angka pengenceran yang tertera
dalam etiket, maka pengenceran desinfektansia tidak memenuhi syarat.
2.
Jika koefisien fenol yang diperoleh dikalikan dengan
faktor 20 menghasilkan angka yang sesuai angka pengenceran yang tertera dalam
etiket, maka pengenceran desinfektansia disebut memenuhi syarat.
3.
Jika diperoleh koefisien fenol lebih kecil dari 0,05 maka
contoh yang diperiksa bukan termasuk antiseptik atau desinfektan.
4.
Jika diperoleh koefisien fenol kurang dari 1 berarti
bahan tersebut adalah sama atau kurang efektif daripada fenol. Dan jika
diperoleh koefisien fenol lebih besar dari 1 berarti bahwa bahan kimia tersebut
lebih efektif dari fenol di bawah kondisi yang sama.
Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh data mengenai nilai MIC dari
masing sampel yaitu pada sampel Hapic®
dan Domestos®
diperoleh nilai MIC 1 : 1280, dan Dettol® dan Listerine®
1 : 640. Dan nilai koefisien fenol yang diperoleh adalah 9,33 dimana nilai Kf
> 0,05 menandakan sampel yang diujikan merupakan desinfektan , dan nilai
Kf > 1 berarti sampel yang diujikan
merupakan desinfektan yang efektif.
Faktor – faktor kesalahan yang dapat mempengaruhi nilai
koefisien fenol yang diperoleh antara lain karena kurangnya ketetlitian pada
saat praktikum dalam membuat pengenceran sampel maupun larutan baku fenol serta
ketidak telitian dalam masalah pengamatan interval waktu selama praktikum.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan
maka dapat disimpulkan bahwa Nilai MIC
pada sampel Listerine® adalah 1 : 640 dan Nilai Koefisien fenol adalah
9,33. karna nilai
Kf > 1 berarti sampel yang diujikan
merupakan desinfektan yang efektif.
B. Saran
Sebaiknya praktikum uji MIC dan koefisien
fenol di lakukan bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Penuntun Mikrobiologi Farmasi Terapan.Fakultas
Farmasi Universitas Muslim Indonesia : Makassar.
Ditjen POM.1979 . Farmakope
Indonesia Edisi III.Depkes
RI: Jakarta.
Djide M. Natsir, dkk.2003.Analisis Mikrobiologi Farmasi.Universitas Hasanuddin:Makassar.
Entjang, Indan.2003. Mikrobiologi dan Parasitologi,
PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.
Ganiswarna, S. G., et all.1995.Farmakologi dan Terapi.Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Tan Hoan Tjay. 2002. Obat-Obat Penting.PT. Gramedia: Jakarta.
PERHITUNGAN
1.
Perhitungan
Baku Fenol 5%
a. 1 : 80
1 x
X = 1
20
5 80
X = 1
100 80
X
= 1,25 ml
b. 1 : 90
1 x
X = 1
20 5 90
X = 1
100 90
X = 1,1
ml
c. 1 : 100
1 x
X = 1
20 5 100
X = 1
100 100
X
= 1 ml
2. Perhitungan desinfektan
a. 1 : 540
1 x X = 1
100 5
540
X =
1
500 540
X = 0,91 ml = 0,9 ml
b. 1: 640
1 x X
= 1
100 5
640
X =
1
500 640
X = 0,78 ml = 0,8 ml
c. 1 : 740
1 x X
= 1
100 5
740
X =
1
500 740
X = 0,67 ml = 0,7 ml
d. 1: 840
1 x X = 1
100 5
840
X =
1
500 840
X = 0,59 ml = 0,6 ml
e. 1 : 940
1 x X = 1
100 5
940
X =
1
500 940
X = 0,53 ml = 0,5 ml
3. Perhitungan nilai Kf
Nilai
Kf = FP(+)10’(-)5 disenfektan
FP(+)10’(-)5 baku fenol
Kf = 840
90
Kf = 9,33
Nilai koefisien fenol
listerin
Nilai Kf = 9,33>
0,05 (desinfektan)
= 9,33>1 ( desinfektan yang
efektif )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar