BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Diabetes merupakan suatu keadaan
hiperglikemia yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, Protein dan lemak. Diabetes
Militus disebabkan oleh sebuah ketidakseimbangan atau ketidakadanya persedian
insulin atau tidak sempurnanya respon seluler terhadap insulin yang ditandai
dengan tidak teraturnya metabolisme.
Dalam melakukan aktifitas, kita akan memerlukan energi baik itu berupa aktifitas fisik
maupupun psiologik. Energi yang ada pada manusia sebagian besar dan hampir
seluruhnya berasal dari glukosa yang dikomsumsi dan dimetabolisme oleh tubuh. Tapi kadang Karbohidrat yang di
konsumsi yang seharusnya menjadi sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang
mengganggu sistem kestabilan organ. Ini disebabkan
berbagai faktor, diantaranya disfungsi organ-organ tubuh yang berperan dalam
metabolisme tersebut. Glukosa yang
tidak dimetabolisme tersebut dapat mengganggu kerja fisiologis tubuh dan dapat
menyebabkan komplikasi penyakit akibat kerusakan organ yang dapat
ditimbulkannya.
Pada percobaan kali ini akan
diamati kegunaan obat-obat antidiabetik metformin dan glukofance pada hewan
coba mencit (Mus musculus) dengan
melihat efek penurunan kadar gula darah dengan menggunakan alat ukur gula darah
yaitu glucometer.
I.2
Maksud Percobaan
Adapun Maksud dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui efek dari obat antidiabetes.
I.3
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk
membandingkan efek dari obat antidiabetes berupa Metformin, Glukovance®, ekstrak beruas
laut dan Na-CMC sebagai kontrol.
I.4
Prinsip Percobaan
Prinsip praktikum ini
yaitu membandingkan efek obat antiidiabetes yaitu Metformin, Glukovance® dengan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih dulu dipuasakan dan diinduksi
dengan glukosa 10
% kemudian diukur kadar glukosanya pada menit awal
pemberian obat, 15’ , 30’, 45’, dan 60’ dengan menggunakan alat Glukometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Teori Umum
Diabetes
melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relativ
maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa kedalam sel
terhambat serta metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50%
glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5%
diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjai lemak. Pada diabetes
mellitus seua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel,
sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak.
Sebenarnya hiperglikemia sendiri relativ tidak berbahaya, kecuai bila hebat
sekai hingga darah darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang
nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik
osmotik, sehingga diuresis meningkat sehingga disertai dengan hilangnya
berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan
hilangnya elektrolit kepada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena
adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum
(polidipsia). Badan diberi 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi.
Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan dihipotalamus oleh
kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna,dkk,1995).
Pada diabetes melitus semua
proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi
terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia
sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi
hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria
yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat
meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang
tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka
badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan
4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi (Katzung,dkk,2002).
Kadar glukosa serum puasa
normal (teknik autonalisis) adalah 70-110 mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan
sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl. Glukosa
difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi oleh tubulus
ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika
konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar
bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria (Katzung,2002).
Metabolisme glukosa, setelah karbohidrat
dari makanan dirombak dalam usus, glukosa lalu diserap kedalam darah dan
diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk penyerapannya kedalam sel-sel tubuh diperlukan
insulin, yang dapat dianggap sebagai “kunci untuk pintu sel”.
Sesudah masuk kedalam sel, glukosa lantas diubah menjadi energi atau ditimbun
sebagai cadangan. Cadangan ini digunakan bila tubuh kekkurangan energi karena
misalnya berpuasa beberapa waktu ( Tan,dkk, 2002).
Insulin adalah polipeptida
dengan BM kira-kira 6000. Polipeptida ini terdiri dari 51 asam amino
tersusun dalam dua rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B
terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfide
yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain iu masih terdapat jembatan
disulfide antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai AKarena insulin babi
lebih mirip insulin insani maka dengan bahan insulin babi mudah dibuat insulin
insani semisintetik. Disamping itu juga dapat disintesis insulin manusia dengan
teknik rekombinan DNA (Ganiswarna,dkk,1995).
Sekresi insulin diatur tidak
hanya diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator
autonomik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang
tinggi dan difosforilasi dalam sel pankreas. Insulin umumnya diisolasi
dari pankreas sapi dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan
hormon hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E.
Coli yang telah diubah secara genetik. mengandung gen untuk insulin manusia.
Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia, yang dibedakan hanya
oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling
umum dan serius dari kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa
lipodistropi dan reaksi alergi.Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul
karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena
penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam
keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan
kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak (Siswandono, 1995).
Proinsulin disintesis dalam
elemen poliribosom reticulum endoplasmic sel ß pancreas. Prohormon tersebut
ditransfer kesistem reticulum endoplasmic dan kemudian ke kompleks Golgi.
Ditempat terakhir ini terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin. Granula
yang mengandung insulin, proinsulin dalalm jumlah kecil dan
II.2
Uraian Bahan
1. Air Suling (Dirjen POM,1995)
Nama resmi : Aqua
destillata
Sinonim : Air suling, aquadest
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna;
tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertrutup baik.
Kegunaan : Sebagai pencuci
alat
2.
Glukosa
(Ditjen POM, 1995)
Nama
Resmi : DEXTROSUM
Nama
Lain : Glukosa,
Dekstrosa
Pemerian : Hablur tidak berwarna,
serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air,
sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut
dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai induksi sumber
gula
3.
Na
CMC (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrium
carboksimetilselulosa
Nama lain : Natrium
karboksil metil selulosa
Pemerian : Serbuk atau
butiran putih atau kering gading tidak berbau atau hampir tidak berbau
hidrofobik
Kelarutan : Mudah
terdispersi dalam air membentuk seperti koloidal, tidak larut dalam etanol 95%
p dalam eter p dan dalam organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai
kontrol
II.3
Uraian Obat
1. Glukovance®
Golongan Obat : Sulfonilurea generasi kedua
Indikasi : Terapi tahap dua untuk diabetes tipe II bila diet,
olahraga dan pengobatan awal dengan suatu sulfonylurea dan metformin tidak
menghasilkan control glikemik yang cukup
Farmakodinamik : penurunan kadar glukosa darah yang terjadi
setelah pemberian sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi
insulin dipankreas. Sifat perangsangan
ini b erbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat
hiperglikemia gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang mencukupi,
obat-obat tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin. Itulah sebabnya
mengapa obat-obat in sangat bermanfaat pada penderita dietes dewasa yang pankreasnya masih mampu
memproduksi insulin.
Farmakokinetik : Absorbsi derivat sulfonylurea melalui usus baik,
sehingga dapat diberikan peroral. Setelah absorbsi, obat ini tersebar keseluruh
cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama
albumin (70 %-90%).
Efek Samping : Infeksi pernapasan atas,
daire, pusing mual dan muntah.
Kontraindikasi : Wanita hamil atau
menyusui, sakit ginjal, gagal jantung kongestif.
Dosis : Digunakan secara individu dengan mempertimbangankan keefektivan
dan toleransi dosis sehari tidak boleh lebih 20 mg. Gliblenklamid dan 2000 mg
metformin. Dosis awal yang direkomendasikan : 1,25/ 250 mg 1-2 X sehari atau
2,5 mg/500 mg 2 X sehari dengan makan
2.
Metformin (ISO : 170)
Nama
paten : Gliformin
Indikasi : Diabetes yang tidak tergantung
insulin dan kelebihan berat badan, tetapi tambahan penderita diabetes dengan
ketergantungan terhadap insulin yang simptomnya sulit dikontrol.
Efek
samping : Efek samping bersifat reversibel
pada saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan perut, muntah, rasa logam pada
mulut dan diare. Dapat menyebabkan asidosis laktat tetapi kematian akibat
insiden ini lebih rendah dari kasus hipoglikemia yang disebabkan oleh
glibenklamid/sulfonilurea. Kasus asidosis laktat dapat diobati dengan natrium
bikarbonat. Kasus individual dengan matformin adalah anamia megaloblastik,
pneumonitis, vaskulitis.
Dosis : Dosis awal 0,5 – 1 gram
sehari dosis tunggal atau dosis bagi, maksimum 3 g sehari.
Farmakodinamik :Tidak merangsang ataupun menghambat perubahan
glukosa menjadi lemak. Pada penderita diabetes yang gemuk, ternyata pemberiaan
biguanid menurunkan berat badan dengan mekanisme yang belum jelas pada orang
nonbiabetik yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar glukosa. (Ganiswara. 1995)
Farmakokinetik : Penyerapan biguanid oleh usus baik sekali
dan obat ini dapat digunakan bersamaan dengan insulin atau dulfonilurea.
Sebagian besar penderita yang gagal diobati dengan sulfonilurea dapat ditolong
dengan biguanid. (Ganiswara. 1995)
Farmakologi : Derivat biguanid mempunyai mekanisme kerja yang berlainan
dengan derivate sulfonylurea, obat-obat tersebut kerjanya tidak melali
perangsangan sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ sasaran . Pemberian
biguanid pada nondiabetik tidak menurunkan kadar glukosa darah, tetapi sediaan
biguanid ternyata menunjukkan efek potensial dengan insulin. (Ganiswara. 1995)
Indikasi : Sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen dan digunakan
pada terapi diabetes dewasa. (Ganiswara. 1995)
Kontraindikasi
: Sediaan
biguanid tidak dapat diberikan pada penderita dengan penyakit hati berat ,
penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit jantung kongestif. (Ganiswara. 1995)
II.4
Uraian Tanaman
II.4.1 Klasifikasi
Famili
: Goodniaceae
Genus : Scaevola
Spesies : Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb
Genus : Scaevola
Spesies : Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb
II.4.2
Morfologi
Tanaman
beruwas laut umumnya ditanam di pekarangan, di taman-taman atau dibudidayakan,
kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain, dapat ditemukan dari
1-1.400 m dpl. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak bentuknya seperti kerucut
pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal,
panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan,
agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Umbutnya
dimakan sebagai lalab atau acar, sedang buahnya merupakan salah satu ramuan
untuk makan sirih, dan merupakan tanaman penghasil zat samak. Pelepah daun yang
bahasa Sundanya disebut upih,
II.4.3
Kandungan Kimia dan Kegunaan
Daun beruwas laut
mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8 H13 NO2), dan flavanoid Nonaka (1989)
menyebutkan bahwa tanaman beruas laut berkhasiat sebagai obat panas, cacar,
sakit perut, kudis, cacingan dan obat gosok.
II.5 Uraian Hewan Coba
II.5.1
Klasifikasi
Mencit (Jassin,
M. 1992)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum: Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus
musculus
II.5.2 Karakteristik
Mencit (Mus musculus) (Malole M., 1989)
-
Mencit
adalah hewan pengerat yang dapat berkembang biak, mudah dipelihara dlam jumlah
banyak.
-
Dapat
hidup dalam berbagai iklim baik di dalam kandang maupun secara bebas sebagai
hewan liar, oleh karena itu mencit banyak digunakan di laboratorium.
-
Mudah
ditangani, memiliki sifat fotofobik (takut pada cahaya) maka cenderung
berkumpul sesamanya. Mereka
lebih efektif pada malam hari daripada siang hari karena kehadiran manusia
mengganggu dari aktivitas mencit.
-
Mencit mencapai umur 2 - 3 tahun, dan jika sedang
menyusui akan mempertahankan sarangnya
-
Lama kehamilan 19 - 21 hari (4 - 12 ekor sekali lahir)
-
Mulai dikawinkan :
jantan 50 hari dan betina 50 – 60 hari
Sifat fisiologisnya :
-
Walaupun ukuran tubuh relatif kecil namun denyut
jantungnya 400/menit
-
Konsumsi oksigennya 1,7 mL/g/hari
-
Luas permukaan tubuh 200 gram 36 cm2
-
Kecepatan respirasi/menit 136 – 216
-
Volume darah (% BB) : 7,5
-
Suhu tubuh (oC) 27,9 – 38,2
-
Tekanan darah 47/106
-
Volume tidal 0,15 Ml
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Alat Yang digunakan
Adapun alat yang digunakan
adalah Batang pengaduk, Gelas kimia, Gelas ukur, Glukometer, Kanula, Kertas
Timbang, Label, Spoit 1 ml, Sendok tanduk dan Timbangan Analitik.
III.2 Bahan
Yang digunakan
Adapun bahan yang
digunakan adalah Aquadest, Glukosa 10 %, Glukovance®, Metformin, Na.CMC dan Kapas.
III.3
Hewan Coba
Hewan yang di
gunakan pada praktikum ini adalah mencit (Mus
musculus) jantan.
III.4 Cara Kerja
III.4.1 Pemilihan dan
pemeliharan hewan coba
1.
Hewan coba hendaknya dipuasakan
semalam sebelum percobaan
2.
Sebelum digunakan hewan tersebut
harus terlebih dahulu ditimbang
3.
Diberikan tanda pada bagian
tertentu dari hewan coba untuk menyatakan berat hewan coba
III.4.2 Penyiapan Bahan
-
Na.CMC
1.
Disiapkan
alat dan bahan
2.
ditimbang
Na-CMC sebanyak 1 g, kemudian Na.CMC dilarutkan dengan air hangat 100 mL
3.
diaduk - aduk hingga jernih,
kemudian ditimbahkan lagi Na.CMC dengan 50 ml air dingin lalu diaduk hingga
homogen.
4.
disimpan
dalam Erlenmeyer dan Siap untuk digunakan setelah didiamkan 1X24 jam dalam
kulkas.
-
Glukovance
1.
Disiapkan
alat dan bahan,
2.
diambil
glukovance 1 tablet dimasukkan dalam lumping dan gerus hingga homogeny kemudian
3.
ditimbang
sesuai dengan perhitungan
4.
dimasukkan
ke dalam gelas kimia,
III.4.3 Perlakuan Hewan Coba
-
Penyiapan hewan uji
1.
Disiapkan
hewan uji yaitu mencit (Mus musculus)
2.
ditimbang
dan diberi tanda
3.
dipuasakan tujuh jam sebelum praktikum hewan uji tetapi tetap diberi minum.
-
Perlakuan hewan Uji
1.
Disiapkan
hewan uji
2.
diukur
kadar glukosa puasanya dengan menggunakan Glukometer
3.
diinduksi
dengan glukosa 10 % Kemudian diukur kembali kadar glukosanya setelah diinduksi
dengan glukosa
4.
mencit
pertama diberi secara oral Mencit obat Glukovance®,
mencit
kedua diberi metformin, mencit
ketiga diberi Na-CMC dan mencit keempat diberi ekstrak beruwas laut. Setelah itu diukur
kembali kadar glukosanya setelah 15’,
30, 45’, dan 60 menit.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
IV.1 Data Pengamatan
IV.2 Perhitungan Persen Penurunan
BAB V
PEMBAHASAN
Diabetes Militus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai
oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi). Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dalam
makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya.
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk
bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin. Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemia yang dapat
mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti dibetes ketoasidosis dan
sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka
panjang dapat mengakibatkan komplikasi mikrovaskular yang kronis (penyakit
ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). DM juga
meningkatkan insiden penyakit makrovaskuler yang mencakup insiden infark
miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer.
Kadar
glukosa serum puasa normal (teknik
autonalisis) adalah 70-110 mg/dl. Hiperglikemia
didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl.
Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi oleh
tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl.
Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar
bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria.
Gejala – gejala penyakit diabetes melitus adalah Polyuria yaitu volume urin
yang banyak atau sering buang air kecil,Poltpipsia yaitu kurangnya cairan dalam
tubuh,Polyphagia yaitu banyaknya makan yang dapat menyebabkan meningkatnya
glukosa dalam darah.
Diabetes terdapat 4 tipe, yaitu :
- Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh defisiensi absolut yang biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomin, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena sel batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi insulin.
- Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM ; tipe II) disebabkan oleh penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin yang menyebabkan hiperglikemia, tetapi tidak hetoksidosis.
- Berbagai sebab spesifik yang lain yang menyebabkan kadar glukosa darah meningkat, seperti penyakit nonpancreatic dan akibat terapi obat
- Disebut juga Gestational diabetes (GDM), tidak normalnya kadar glukosa darah di masa-masa awal kehamilan dimana plasenta dan hormon-2 plasenta menimbulkan resistensi insulin yang nyata pada trimester terakhir
Pengobatan diabetes melitus (DM) dapat
dilakukan dengan cara pemberian langsung insulin, atau dengan cara pemberian
obat-obatan hipoglikemia oral. Pada penderita DM, terjadi hiperglikemia, dimana
kadar gula dalam darah meningkat diakibatkan kurangnya insulin yang merombak
gula tersebut ataupun dikarenakan faktor lain, sedangkan dengan pengobatan DM
ini juga dapat mengakibatkan hipoglikemia atau kadar gula dalam darah menurun
bila tidak tepat dalam penggunaannya.
Pada pelaksaan
praktikum ini digunakan hewan uji yaitu
mencit jantan hal
ini disebabkan karena jika menggunakan mencit betina ditakutkan dalam keadaan hamil sehingga dapat
mempengaruhi pendataan, Sebagaimana kita
ketahui DM tipe tiga yaitu destasioner yang mana diderita oleh ibu hamil.Sebelum
pemberian obat antidiabetes hewan uji terlebih dahulu diinduksi dengan glukosa
10 % hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat sehingga mudah
diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi dari obat
tersebut.
Sebelum
perlakuan mencit dipuasakan terlebih dahulu dipuasakan untuk menghilangkan
factor makanan. Walaupun demikian factor variasi biologis dari hewan tidak
dapat dihilangkan sehingga factor ini relative dapat mempengaruhi hasil.
Untuk mengukur
kadar glukosa dari hewan uji digunakan alat yaitu seperangkat alat ukur yang
terdiri dari glukometer dan strip pembaca glukosa darah yang terpasang pada
bagian atas glukometer . Dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana
jika sampel darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.
BAB VI
PENUTUP
VI.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahan obat
paling efektif adalah metformin dengan persen penurunan pada menit ke 60
yaitu 69,86%.
VI.2
Saran
Adapun saran saya yaitu sebaiknya sistem lab yang
sekarang di pertahankan,karna menurut saya sudah sangat baik dari system yang
sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2012.Penuntun
Praktikum Farmakologi dan Toksikologi 3. Fakultas Farmasi UMI :
Makassar.
Dirjen POM.1979.Farmakope
Indonesia Edisi III. DEPKES
RI : Jakarta.
Dirjen POM.1995.Farmakope
Indonesia Edisi IV . DEPKES
RI : Jakarta.
Ganiswarna,
S.1995.Farmakologi
dan Terapi.
FK-UI : Jakarta.
Jassin, 1987.
Zoologi Vertebrata. Depkes RI.
Jakarta.
Katzung.G.B.2002.Farmakologi Dasar Dan Klinik.Salemba Medika : Jakarta.
Malole.1989.Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium.IPB. Bogor.
Mycek.1995.Farmakologi
Ulasan Bergambar.Gramedia
: Jakarta.
Siswandono,MS.1995. Kimia Medicinal jilid 1.Universitas
Gajah Mada Press : Yogyakarta.
Tjay,
Tan Hoan.Obat-Obat Penting. Gramedia : Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/74139424/Diabetes-Melitus
di akses tanggal 15 mei 2012, pukul 18.30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar