Kamis, 12 Desember 2013

Efek Samping Obat

EFEK SAMPING OBAT
1.    Pengertian
Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.
Efek samping obat dikelompokkan dalam 2 katagori yaitu efek samping obat yang dapat diperkirakan dan efek samping yang tidak dapat diperkirakan seperti reaksi alergi dan idiosikratik. Efek samping yang dapat diperkirakan dapat timbul karena aksi farmakologi yang berlebihan misalnya penggunaan obat antidiabetik oral menyebabkan efek samping hipoglikemia dan hipotensi pada pasien stroke yang menerima obat hipertensi dosis tinggi. Gejala penghentian obat dapat menimbulkan munculnya kembali gejala penyakit semula atau menimbulkan reaksi pembalikan terhadap efek farmakologi obat sehingga pasien memerlukan dosis yang makin lama makin besar respon karena penghentian obat, misalnya hipertensi berat karena penghentian klonidin. Efek samping yang tidak berupa efek utama obat juga sering terjadi. Pada sebagian besar obat munculnya efek samping ini sudah dapat diperkirakan sehingga tenaga kesehatan sudah mewaspadai munculnya efek samping ini. Sebagai contoh adalah adanya keluhan pedih,mual, muntah akibat penggunaan obat-obat penghilang nyeri dan radang serta rasa ngantuk setelah minum obat anti alergi atau obat mabuk perjalanan.
Pada kasus efek samping yang tidak diperkirakan seperti alergi sulit diperkirakan sebelumnya karena sering tidak tergantung dosis dan terjadi pada sebagian kecil populasi. Reaksi yang muncul juga bermacam-macam mulai yang ringan seperti kulit kemerahan sampai yang berat dan fatal seperti syok anafilaksis. Untuk mencegah dan mewaspadai munculnya reaksi alergi perlu diperhatikan sifat-sifat khasnya, yaitu: keluhan dan gejala ditandai reaksi imunologi seperti ruam kulit, gatal-gatal dan sesak nafas; reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, seringkali ada tenggang waktu antara minum obat dengan munculnya efek samping, dan reaksi hilang bila obat dihentikan. Pada kasus efek samping karena variasi genetik sulit dikenali secara spesifik, karena kelainan genetik hanya diketahui dengan pemeriksaan spesifik contohnya pasien dengan yang kekurangan enzim glukosa-6fosfat dehidrogenase mempunyai potensi menderita anemia karena penggunaan obat malaria seperti primakuin, antibakteri golongan sulfonamid dan obat jantung seperti kinidin.
2.    Faktor Penyebab Efek Samping Obat
Faktor-faktor pendorong terjadinya efek samping obat dapat berasal dari faktor pasien dan dari faktor obatnya sendiri.
a.    Faktor pasien. Yaitu faktor intrinsik yang berasal dari pasien, seperti umur, faktor genetik, dan penyakit yang diderita
1)    Umur
Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolismenya belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun.
2)    Genetik dan kecenderungan untuk alergi
pada orang-orang tertentu dengan variasi atau kelainan genetik, suatu obat mungkin dapat memberikan efek farmakologi yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya efek samping. Genetik ini juga berhubungan dengan kecenderungan terjadinya alergi. Contohnya pada penisilin, sekitar 1-5% orang yang mengonsumsi penisilin mungkin mengalami reaksi alergi.
3)    Penyakit yang diderita
Untuk pasien yang mengidap suatu penyakit tertentu, hal ini memerlukan perhatian khusus. Misalnya untuk pasien yang memiliki gangguan hati atau ginjal, beberapa obat dapat menyebabkan efek samping serius, maka harus dikonsultasikan pada dokter mengenai penggunaan obatnya.
b.    Faktor intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping, seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat.
1)    Pemilihan obat
Setiap obat tentu memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda, tempat kerja yang berbeda, dan tentunya efek yang berbeda pula. Maka dari itu, harus diwaspadai juga efek samping yang mungkin terjadi dari obat yang dikonsumsi
2)    Jangka waktu penggunaan obat
Efek samping beberapa obat dapat timbul jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Contohnya penggunaan parasetamol dosis tinggi pada waktu lama akan menyebabkan hepatotoksik atau  penggunaan kortikosteroid oral pada jangka waktu lama juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius seperti moonface, hiperglikemia, hipertensi, dan lain-lain. Lain lagi dengan penggunaan AINS (anti inflamasi non steroid) berkepanjangan, dapat muncul efek samping berupa iritasi dan nyeri lambung.
3)    Interaksi obat
Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Ada beberapa obat ketika dikonsumsi secara bersamaan, akan muncul efek yang tidak diinginkan. Contohnya kombinasi antara obat hipertensi inhibitor ACE dengan diuretik potasium-sparing (spironolakton) dapat menyebabkan hiperkalemia. Hal ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini. Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John's wort (Hypericum perforatum), yang digunakan untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam darah yang digunakan bersamaan.
3.    Efek Samping yang Paling Lazim Timbul
Efek samping yang lazim muncul yaitu sakit kepala, darah tinggi, atau seluruh badan terasa tidak enak. Lambat laun, gejala ini biasanya membaik dan hilang.
a.    Kelelahan : Odha sering melaporkan kadang-kadang merasa lelah. Mengetahui penyebab kelelahan dan menanganinya adalah penting.
b.    Anemia dapat menyebabkan kelelahan. Anemia meningkatkan risiko menjadi lebih sakit dengan infeksi HIV. Tes darah berkala dapat mengetahui adanya anemia, dan anemia dapat diobati.
c.    Masalah pencernaan: Banyak obat dapat menimbulkan rasa nyeri pada perut. Obat dapat menyebabkan mual, muntah, kembung, atau diare. Tanggapan yang lazim dipakai di rumah termasuk:
-       Daripada tiga kali makan secara besar, lebih baik makan sedikit tetapi sering.
-       Makan sup dan makanan lunak, jangan yang pedas-pedas.
-       Teh jahe atau minuman jahe lain dapat menyamankan perut. Begitu juga bau jeruk segar.
-       Sering berolahraga.
Jangan melupakan makan. Coba menghindari kehilangan berat badan berlebihan. Ada beberapa obat yang dapat mengurangi rasa mual. Namun hati-hati dengan interaksi antara obat antimual yang dibeli tanpa resep dengan ARV; bahas dengan dokter sebelum memakai obat apa pun.
d.    Perut kembung dapat dikurangi dengan menghindari makanan seperti buncis, beberapa macam sayuran mentah, dan kulit sayuran.
e.    Diare dapat berkisar antara gangguan kecil hingga berat. Periksa ke dokter jika diare berjalan terlalu lama atau menjadi berat. Banyak minum.
f.     Lipodistrofi termasuk kehilangan lemak pada lengan, kaki dan wajah; penambahan lemak pada perut atau di belakang leher; dan peningkatan lemak (kolesterol) dan gula (glukosa) dalam darah. Perubahan ini dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau serangan otak.
g.    Tingkat lemak atau gula yang tinggi dalam darah, termasuk kolesterol, trigliserida dan glukosa. Masalah ini dapat meningkatkan risiko penyakti jantung.
h.    Masalah kulit : Beberapa obat menyebabkan ruam. Sebagian besar bersifat sementara, tetapi dapat menimbulkan reaksi berat. Periksa ke dokter jika mengalami ruam. Masalah kulit lain termasuk kulit kering dan rambut rontok. Pelembab kulit dapat membantu masalah kulit.
i.      Neuropati adalah penyakit yang sangat nyeri disebabkan oleh kerusakan saraf. Penyakit ini biasanya mulai pada kaki dan tangan.
j.      Toksisitas mitokondria adalah kerusakan rangka dalam sel. Penyakit ini dapat menyebabkan neuropati atau kerusakan pada ginjal, dan dapat meningkatkan asam laktik dalam tubuh.
k.    Osteoporosis sering terjadi pada Odha. Mineral tulang dapat hilang dan tulang menjadi rapuh. Kehilangan aliran darah dapat menyebabkan masalah pinggul. Pastikan konsumsi cukup zat kalsium dalam makanan dan suplemen. Olahraga angkat beban atau berjalan kaki dapat membantu.

4.    Kiat Mencegah Efek Samping
Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk menyiapkan diri menghadapi efek samping. Belajar tentang efek samping umum obat yang kita pakai. Lembaran informasi (LI) untuk masing-masing obat membahas efek sampingnya secara umum.
a.    Bicara dengan dokter tentang efek samping yang dapat terjadi. Tanyakan kapan sebaiknya lapor ke dokter bila efek samping bertahan terlalu lama, atau menjadi berat.
b.    Tanyakan apakah kita dapat mengobati efek samping ringan dengan jamu atau cara yang lazim dipakai di rumah, atau dengan obat yang dapat diperoleh tanpa resep.
c.    Kadang kala, dokter dapat menyediakan resep untuk obat yang dapat membantu jika efek samping menjadi berat.
d.    Jika mengalami masalah perut, pastikan disediakan makanan yang cocok dan ringan.
e.    Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera di leafleat atau yang diresepkan dokter.
f.     Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di leafleat atau yang diresep dokter.
g.    Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi, pasien usia lanjut dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
h.    Perhatikan dan catat riwayat alergi akibat penggunaan obat
i.      Beritahukan ke dokter apabila anda sedang hamil, menyusui, alergi obat tertentu, memiliki penyakit diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang meminum obat lain atau suplemen herbal
j.      Hindari penggunaan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
k.    Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar